Catatan Khotbah: “Melakukan Kehendak Tuhan.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 23 Juni 2024.
“Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.” (Kisah Rasul 13:22).
Di ayat di atas dikatakan bahwa Tuhan telah mengangkat Daud sebagai raja bukan karena prestasinya yang luar biasa yang telah berhasil mengalahkan raksasa Goliat, bukan pula karena Daud selalu menang di dalam setiap pertempuran di medan perang.. tetapi dikatakan bahwa Daud telah berkenan di hati Tuhan, dan dia telah melakukan segala sesuatu yang menjadi kehendak-Nya.
Lebih lanjut di ayat 36 dikatakan,
“Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan.”
Pada waktu Pdt. Andreas Rahardjo masih belajar di dalam sekolah Alkitab, oleh dosen pengajarnya dirinya dan semua murid di kelas diberikan secarik kertas kosong. Lebih lanjut dosen pengajarnya memberi waktu satu hari penuh untuk memikirkan dan juga menulis di atas kertas kosong, perihal kalau setiap murid di kelas meninggalkan dunia ini pada suatu hari kelak, kata-kata apa yang akan ditulis di atas batu nisan tersebut?
Pdt. Andreas lalu diingatkan ayat firman Tuhan di dalam Kisah Rasul 13:36, dan lebih lanjut beliau juga memiliki kerinduan dan berdoa agar dapat diberikan Tuhan umur panjang supaya dapat menjadi berkat bagi banyak orang.
Pada hari esoknya, dosennya mengajar tentang The Purpose of Life / Tujuan Hidup seraya mengingatkan setiap calon pendeta yang berada di dalam kelas tersebut agar berhati-hati.. kalau mereka memiliki teori dan pengajaran yang keliru sejak semula, maka mereka nantinya dapat menyesatkan kehidupan jemaat yang hadir di dalam ibadah mereka. Apa dan bagaimana tujuan hidup yang mereka miliki, akan menentukan bagaimana pertumbuhan model jemaat mereka nantinya.
Dosen pengajarnya juga mengingatkan bahwa yang terpenting adalah, melakukan dan menyelesaikan kehendak Tuhan di dalam hidup ini.
“Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”” (Yohanes 4:34).
Kita tidak bisa hidup tanpa makanan. Di ayat di atas, Tuhan Yesus menganggap melakukan kehendak Bapa sebagai “makanan”-Nya, dan Dia sudah menyelesaikan dengan tuntas seluruh kehendak dan pekerjaan-Nya saat Dia berada di atas kayu salib. Firman Tuhan berkata,
“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.” (Yohanes 19:30).
Sukses tidak hanya berbicara tentang memiliki banyak uang dan nama besar saja, karena apa pun yang berada di dalam dunia ini sifatnya hanyalah sementara. Tetapi yang menjadi pertanyaannya,
Berapa persen kehendak Allah yang sudah kita selesaikan?
Setiap dari kita, Tuhan pasti memiliki rencana.
Di mata Bapa, Tuhan Yesus sukses dan sudah tuntas dalam menyelesaikan kehendak-Nya. Tetapi bagaimana dengan penilaian di mata dunia?
Bagi dunia, kehidupan Seseorang yang bernama Yesus ini sungguhlah ironis. Mengapa? Karena Dia mengawali hidup-Nya dengan luar biasa, pengajaran-Nya sungguh memukau dan banyak melakukan mukjizat yang di mana tidak ada seorang manusiapun dapat meniru-Nya. Tetapi justru hidup-Nya berakhir tragis dengan dihukum mati di atas kayu salib, sebuah hukuman yang seharusnya diterima oleh seseorang yang benar-benar jahat kelakuannya di mata masyarakat.
Melakukan kehendak Tuhan? Atau ...
Pada saat bangun pagi, hal apakah yang pertama kali kita pikirkan? Apakah kita akan melakukan kehendak Allah dan hal tersebut menjadi prioritas di dalam hidup kita? Atau kita sibuk melakukan apa yang menjadi keinginan diri kita sendiri?
Hidup ini bukanlah milik kita sendiri, dan Tuhan itu masih memiliki rencana. Jangan pernah mengoperasikan hidup kita di luar dari rencana dan kehendak Tuhan. Kalau kita tidak menyelesaikan kehendak Dia, maka kita tidak akan pernah bisa maksimal dalam menjalani hidup ini. Bukankah salah satu istilah dosa di dalam bahasa Yunani adalah ἁμαρτία / hamartia, yang di dalam bahasa Indonesianya adalah tidak mencapai target atau sasaran.
Ada kata-kata bijak yang terkenal,
“Jangan berusaha keras memanjat tembok ke atas, hanya sekadar untuk menemukan bahwa kita telah memanjat tembok yang salah.”
Waktu di dalam hidup ini berjalan dengan begitu cepat. Apakah kita sudah menjalani sebuah kehidupan yang meaningful / memiliki arti? Apakah kehidupan kita dapat menjadi legacy / warisan keteladanan yang jejaknya dapat diikuti oleh sesama kita? Apakah orang-orang di sekitar kita dapat melihat Yesus, yang hidup di dalam dan melalui hidup kita?
Prioritaskan pada saat bangun pagi, kita mencari terlebih dahulu hal apakah yang menjadi kehendak Tuhan? Sesungguhnya Dia rindu untuk dilibatkan seutuhnya. Percayalah, kalau Tuhan yang memimpin maka Tuhan juga yang pasti menyediakan dan mendukung setiap kita.
“Rencana Tuhan untuk hidup kita itu jauh lebih baik dari semua rencana kita untuk diri sendiri. Jadi jangan pernah takut pada kehendak Tuhan, meski jika kehendak Tuhan yang terjadi di dalam hidup kita itu berbeda dengan kehendak dan keinginan diri kita sendiri.” (Pastor Greg Laurie).
Yakinlah bahwa kehendak Tuhan itu tetap adalah yang terbaik. Banyak orang tidak mau dan tidak bisa mengenal kehendak Tuhan, karena dirinya merasa curiga, kalau kehendak Tuhan yang terjadi di dalam hidup kita, pasti ada yang tidak baik. Tetapi marilah kita belajar untuk percaya dan menyerahkan semua perencanaan kita ke dalam tangan Tuhan. Karena,
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Ketika Pdt. Andreas menyatakan kerinduannya untuk menjadi seorang hamba Tuhan sepenuh waktu, ayahnya memberinya nasihat,
“Kalau kamu pada suatu hari nanti menjadi seorang hamba Tuhan dan pemimpin, jangan pernah melupakan orang-orang kecil, yang selama ini mungkin suaranya tidak terdengar. Mereka membutuhkan dukunganmu, dan justru merekalah yang mendukungmu di dalam doa selama ini.”
Sedangkan ibunya memberikan nasihat,
“Asalkan kamu bekerja dengan rajin, kamu tidak sampai tidak makan. Apalagi kamu ini melayani Tuhan Pencipta dari semesta alam.”
Tuhan memiliki rencana yang luar biasa atas hidup setiap orang. Demikian pula dengan suami dan istri yang hidupnya saling berdampingan dan saling mendukung masing-masing, agar mereka dapat menyelesaikan kehendak Allah di dalam hidupnya. Mereka berdua dapat mengembangkan talenta yang sudah diberikan Tuhan, agar mereka sama-sama bisa dipakai Tuhan dengan luar biasa.
Dua sifat dasar kehendak Tuhan.
Pertama. Kehendak Tuhan itu baik, bahkan yang terbaik di dalam hidup kita.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)
Tuhan mempunyai rencana yang luar biasa untuk setiap kita. Jangan pernah merasa memiliki dan menjalani hidup dengan biasa-biasa saja, dan tidak bisa melihat bahwa kita masih memiliki masa depan yang luar biasa bersama dengan Tuhan, karena Dia sudah memilikinya bagi kita.
Di dalam Matius 25:14-30, yang menjadi titik permasalahannya bukanlah soal mengapa Tuhan tidak adil dan memberi masing-masing orang satu, dua, dan bahkan ada yang lima talenta.
Tetapi Dia ingin mengajar bahwa kita tidak perlu menjadi iri dengan talenta yang dimiliki orang lain. Menurut sumber Wikipedia,
Talenta (bahasa Yunani Kuno τάλαντον, talanton ‘skala, ukuran, keseimbangan’) adalah suatu satuan ukuran yang beratnya kira-kira 80 pon (36 kg), dan bila digunakan sebagai satuan uang senilai dengan berat perak tersebut. Sebagai satuan mata uang, satu talenta nilainya sekitar 6.000 denarius (jamak: denarii, Alkitab TB menggunakan kata “dinar”). Karena satu denarius merupakan upah yang lazim untuk kerja satu hari, nilai satu talenta adalah sekitar 20 tahun kerja, oleh seorang pekerja biasa.
Dan satu talenta ini diberikan pada setiap kita, yang bisa berbuat banyak hal dengannya. Tetapi kita mendapati ada hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lubang di dalam tanah, lalu menyembunyikan uang tuannya (Matius 25:18).
Kita seharusnya sadar, Tuhan memberikan talenta yang di mana bila kita mau memakainya bersama dengan Tuhan, maka Dia dapat bekerja dengan luar biasa. Dia pasti memiliki maksud, dan beranilah bersama dengan Dia yang selalu memampukan setiap kita.. untuk dapat mengembangkan talenta dan kapasitas di dalam hidup kita.
Kedua. Kehendak Tuhan itu dapat ditaati, atau bisa juga dapat ditolak.
“Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes.” (Lukas 7:30).
Kita masih memiliki pilihan apakah mau taat melakukan kehendak-Nya? Atau justru menolak-Nya, dengan menjalani hidup ini tanpa melibatkan Dia? Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-Nya pada kita, Dia tidak mau membuat kita seperti robot yang harus taat dengan terpaksa untuk melakukan segala perintah-Nya.. tetapi Dia membuat kita menjadi seorang pribadi, Dia rindu agar dengan kemauan kita sendiri, kita mau menaati perintah-Nya dan menyukakan hati-Nya.
Bagaimana kita merespon kehendak Tuhan di dalam hidup?
Kalau kita bangun pagi, tanyakan terlebih dahulu akan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi hidup kita. Bacalah firman-Nya di dalam Alkitab, dan berdoalah. Tuhan itu yang memberikan kehidupan dan memiliki rencana terbaik di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mau melibatkan-Nya, maka hal itu sama saja kita seperti berkata kepada-Nya,
Stay away. I can handle my life without You. Pergilah menjauh. Aku dapat menjalani kehidupan ini tanpa penyertaan-Mu, Tuhan.
Hidup ini dibangun di atas berbagai keputusan. Dan pertanyaannya, apakah yang terjadi di dalam hidup kita ini sudah selaras dengan apa yang menjadi kehendak Tuhan? Bila tidak, maka kita akan menjalani kehidupan yang berpusat hanya untuk kepuasan diri kita sendiri saja, dan bisa jadi, malah pada akhirnya akan mengalami berbagai kehancuran, karena tidak sesuai dengan apa yang menjadi maunya Tuhan di dalam hidup kita.
Bagaimana Tuhan menyatakan kehendak-Nya?
Pertama. Melalui firman Tuhan di dalam Alkitab.
“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:16-17).
Ada dua hal penting yang terjadi, bila kita bersekutu dengan kebenaran firman Tuhan,
Pertama adalah to be, firman Tuhan mengubah hidup kita menjadi lebih baik.
Di ayat di atas dikatakan bahwa firman Tuhan itu bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang di dalam kebenaran.
Kedua adalah to do, firman Tuhan memperlengkapi hidup kita agar kita dapat tetap berbuat baik dan juga tetap berbuat benar.
Itulah sebabnya bila ada seseorang yang berkata,
“Aku ya seperti ini. Aku tidak bisa berubah.”
Maka hal itu bukan berarti dirinya tidak bisa berubah, tetapi dirinya tidak mau dan tidak mengizinkan firman Tuhan mengubah hidupnya.
Tujuan hidup kita adalah menjadi serupa seperti Kristus. Pada waktu hidup kita diubah oleh Dia dan kuasa firman-Nya, maka kita akan dimampukan untuk dapat berbuat baik dan benar. Tetapi lebih dari itu, keluarga kita tidak membutuhkan sekadar perbuatan baik saja, tetapi membutuhkan Kristus yang ada di dalam hidup kita.
Karena itu, belajarlah mengasihi dan rajinlah di dalam membaca kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab agar dapat menjadi rhema, dan membawa perubahan luar biasa di dalam hidup kita.
Contoh. Pdt. Andreas pada suatu hari pernah berada di bawah tekanan hidup yang berat / depressed. Lalu Pdt. Andreas berdoa dan diingatkan,
“Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.” (Yesaya 50:7).
Firman Tuhan tersebut menjadi hidup, menjadi rhema, dan membuat dirinya menjadi lebih bersemangat di dalam menatap kehidupan.
Melalui kebenaran firman Tuhan di atas, Pdt. Andreas, dan kita juga pastinya, akan selalu diingatkan bahwa apa pun keadaan yang kita alami.. Tuhan pasti akan menolong hidup kita. Kita tidak akan dipermalukan. Teruslah maju dan menjalani hidup ini, untuk kemuliaan-Nya.
Marilah kita lebih banyak membaca kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab, supaya kita semakin dikuatkan dan dapat mengenal kehendak-Nya.
Kedua. Melalui Roh Kudus.
“Pada suatu hari ketika mereka beribadah kepada Tuhan dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” Oleh karena disuruh Roh Kudus, Barnabas dan Saulus berangkat ke Seleukia, dan dari situ mereka berlayar ke Siprus.” (Kisah Rasul 13:2,4).
Sesungguhnya Roh Kudus rindu untuk memberikan arahan dan tuntunan, serta banyak kali Dia berusaha untuk berbicara di dalam hidup kita. Tetapi masalahnya, kita terlalu sibuk dan tidak memiliki waktu tenang untuk dapat mendengarkan suara-Nya. Kalau kita mau tenang, bisa jadi Dia akan berbicara bagi kita, atau memberikan dorongan untuk berbicara sesuatu bagi orang-orang di sekitar kita. Semakin kita taat dalam mendengar dan melakukannya, maka semakin kepekaan kita akan terus dikembangkan untuk bisa melakukan banyak hal yang positif, dan men-encourage keberadaan orang-orang di sekitar kita.
Pada suatu hari Pdt. Andreas ada pelayanan di Amerika, dan ketika hendak membayar di kasir, dirinya mendapat dorongan dari Roh Kudus untuk menyampaikan sesuatu bagi seseorang yang bekerja menjadi kasir tersebut. Setelah memperkenalkan siapa dirinya, Pdt. Andreas meminta izin untuk menyampaikan dorongan di dalam hatinya dan mulai berkata-kata,
“Kamu yang sabar. Tuhan sudah mendengar semua doamu. Tunggulah waktu Tuhan yang terbaik. Walau rasanya tidak ada jawaban, tetapi tetaplah bersabar, karena sesungguhnya Tuhan akan menjawab doamu di waktu-Nya yang terbaik.”
Ternyata seseorang yang bekerja sebagai kasir tersebut sedang berdoa bagi anaknya, tetapi dirinya merasa Tuhan mengabaikannya, karena sepertinya tidak ada jawaban dari-Nya. Tetapi dorongan kata-kata encourage dari Roh Kudus melalui Pdt. Andreas, menjamah dan menguatkan hatinya.
Pada suatu hari, Roh Kudus berbicara dan menggerakkan para pemimpin di Gateway Church di kota Dallas, Amerika Serikat untuk memulai sebuah pelayanan online. Sebelum pandemi mereka berdoa, dan seperti mendapat tuntunan-Nya untuk memulai pelayanan tersebut.
Rasanya hal ini seperti tidak masuk di akal, karena saat itu keadaan tampak berjalan dengan baik-baik saja. Tetapi mereka mau taat pada tuntunan suara Roh Kudus, agar bisa menjangkau lebih banyak orang dengan berita Injil Keselamatan.
Tak lama setelah memulai pelayanan online, pandemi COVID-19 datang. Ketika semua gereja kalang kabut, Gateway Church sudah mempersiapkan semuanya. Setelah pandemi berakhir, gereja tersebut justru berkembang dengan luar biasa lagi. Ketika mereka taat pada tuntunan suara Roh Kudus, mereka dapat menjaring lebih banyak jiwa lagi bagi kemuliaan-Nya.
Ada kalanya tuntunan suara dari Roh Kudus itu tidak selalu mudah dan ada yang membuat kita tidak nyaman, tetapi asalkan kita mau belajar untuk taat, Dia dapat menyampaikan kehendak-Nya bagi setiap kita, dan kita juga dapat menyampaikan isi hati-Nya bagi orang-orang di sekitar kita.
Ketiga. Melalui nasihat dari sesama.
“Jalan orang bodoh lurus dalam anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak.” (Amsal 12:15).
Kenapa kita tidak bisa menjadi bijaksana, karena kita menutup telinga dari nasihat yang diberikan orang lain. Anak-anak di zaman now mungkin tahu dan menguasai segala hal, tetapi bukan berarti mereka cukup dewasa dalam menghadapi segala hal. Selain itu, nasihat bisa datang dari mana saja. Kita tidak boleh membatasi cara Tuhan untuk bekerja, untuk membuat kehidupan kita menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Pada suatu hari Pdt. Andreas sakit dan didoakan Kevin, anak pertamanya. Isi dari doanya begitu menyentuh hatinya. Tetapi dari Karina anak keduanya, dirinya hanya mendapat nasihat,
“Sudah diberitahu jangan makan sembarangan..”
Di lain waktu, Karina memberikan 6 S untuk tips dalam menyampaikan khotbah di gereja,
S pertama adalah Step by Step, yang teratur. S kedua adalah Simpel. Jangan ruwet. S ketiga adalah sertai dengan Story atau cerita, atau kesaksian yang mendukung apa yang ingin kita sampaikan. S keempat adalah Set the tone. Jangan monoton, berilah nada di dalam setiap kalimat yang ingin kita sampaikan. Ada nada naik, kadang ada nada turun. Ada emosinya. S kelima adalah Salvation. Isi khotbah boleh saja bagus, tetapi jangan lupa untuk selalu mengingatkan jemaat bahwa keselamatan hanya didapat di dalam Tuhan Yesus saja. S keenam adalah Stop jangan terlalu banyak menyampaikan isi khotbah, karena jemaat bisa merasa jenuh.
Jangan pernah meremehkan seseorang yang memberikan nasihat. Tetaplah dengarkan. Kalau memang hal itu baik dan membangun iman, tidak ada salahnya untuk kita terima dan lakukan.
Keempat. Mimpi dan penglihatan.
“Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”” (Kisah Rasul 16:9).
Kedua hal di atas adalah karunia yang diberikan Roh Kudus. Bahkan menurut ilmu pengetahuan, setiap orang itu setiap malam pasti bermimpi. Hanya saja setelah bangun tidur, selalu lupa.
Pada suatu hari Pdt. Andreas bermimpi melihat temannya berlari, tetapi tidak ada yang mengejar. Sampai akhirnya, Pdt. Andreas menelepon temannya tersebut dan menceritakan mimpinya. Ada apa yang sedang terjadi, karena mimpi tersebut terus berkecamuk di dalam benaknya.
Ternyata temannya ini baru dikecewakan saudara seiman lainnya, dan dirinya mau melarikan diri dari pelayanan, dan juga dari Tuhan karena merasa dikecewakan.
Setiap mimpi memang harus diuji, dan tidak semuanya kita bisa katakan adalah kehendak Tuhan. Ada yang hanya bunga tidur, karena mungkin kita kecapaian atau bisa jadi karena sedang banyak pikiran. Atau bisa jadi karena ada si jahat yang berusaha menjauhkan hidup kita dari menggenapi rencana Tuhan yang terbaik.
Kelima. Melalui keadaan sekeliling.
“Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.” (Amsal 22:3).
Kalau ada satu pintu yang tertutup, jangan hanya berfokus di depan pintu tersebut saja. Bisa jadi Tuhan membuka pintu lainnya, tetapi kita tidak dapat melihatnya karena kita hanya menunggu di depan pintu yang tertutup terus.
Pada suatu hari ada seorang ibu yang melahirkan bayi prematur, dan harus dimasukkan di dalam inkubator karena membutuhkan perawatan khusus, akibat organ tubuhnya yang belum berkembang sempurna. Karena human error / kesalahan perawatnya, ada salah satu bagian yang menyebabkan mata dari bayi ini menjadi buta selamanya. Mamanya sedih dan merasa tertuduh.
Setelah anaknya mengetahui bahwa matanya yang tidak dapat melihat adalah hasil dari human error, anak ini hidup di dalam pemberontakan. Dia benci dan menyalahkan kedua orang tuanya.
Tetapi anak ini terus bertumbuh besar dan dirinya belajar bermain piano. Anak ini lulus dari National University of Singapore (NUS), dan memenangkan World Competition Handycap dan menjadi juara satu di dalam perlombaan bermain piano.
Terkadang kita berpikir mengapa keadaan tertentu berjalan seperti ini, dan merasa tidak sesuai dengan apa maunya kita. Tetapi bagaimanapun juga, pasti tetap ada maksud dan tujuan Tuhan yang luar biasa. Kalau sikap hati kita benar, maka keadaan yang ada bisa dipakai Tuhan untuk dapat memuliakan nama-Nya lebih lagi.
“Ajarlah aku melakukan kehendak-Mu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya Roh-Mu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!” (Mazmur 143:10).
Libatkan Tuhan selalu di dalam hidup kita, dan biarlah hidup kita terus dipakai dan dimampukan-Nya untuk dapat memuliakan nama-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments