Catatan Khotbah: “Luka Batin”. Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu Tgl. 3 September 2023.
Di Amerika, populasi dari babi hutan jumlahnya meningkat tajam sehingga para pemburu diperbolehkan pemerintah setempat untuk memburu mereka. Dan bila hewan buruannya terkena tembakan dari sang pemburu, maka tinggal diikuti dan hanya menunggu waktunya saja, kapan hewan tersebut akan kolaps di tempat di mana mereka berada.
Setiap orang memiliki emosi dan perasaan, dan di dalam hidupnya pasti pernah dilukai perasaannya. Dan seseorang yang terluka perasaannya kalau tidak dengan bersegera diobati maka tinggal menunggu waktu saja kapan dirinya akan kolaps, dan luka tersebut nantinya juga akan mematikan hidup kerohaniannya. Selain itu, luka tersebut dapat menjadi celah bagi Iblis untuk mencuri damai sejahtera dan menghancurkan hidupnya. Mempengaruhi cara berpikirnya, karena tidak dapat berpikir dengan jernih dan menyelesaikan masalah yang terkadang sebenarnya berukuran kecil, tetapi yang berada di sekitarnya besar: Sakit hati, iri hati, menyimpan amarah, dan kepahitan.
Kepahitan tidak memandang bulu, siapa pun tidak ada yang kebal terhadapnya. Itulah sebabnya kita perlu berhati-hati menyelesaikan setiap masalah yang ada di dalam hati. Hurt people hurt others. Seseorang yang terluka perasaannya, cenderung melukai lainnya.
Mengapa Luka Batin tidak mudah diobati?
Pertama. Karena tidak terlihat secara fisik.
“Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan.” (Amsal 14:13).
Kita hidup di dalam dunia yang tidak sempurna dan sudah jatuh ke dalam dosa. Siapa pun bisa menyakiti hidup kita. Karena itu kita perlu berhati-hati terhadap berbagai “goresan” yang dapat melukai hati dan juga hidup kita.
Kedua. Karena tidak mudah untuk dipahami.
“Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain tidak dapat turut merasakan kesenangannya.” (Amsal 14:10).
Itulah sebabnya di dalam kata “simpati” kita belajar untuk memahami kesusahan yang sedang dialami orang lain, dan marilah melanjutkannya dengan memiliki “empati” dengan menempatkan diri kita di posisi orang tersebut. Kita belajar memahami kepedihan hatinya dan membayangkan bagaimana bila kita sendiri yang diizinkan mengalami pergumulannya.
Bagaimana kita dapat terluka?
Pertama. Melalui Perkataan.
“Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati.” (Amsal 15:4).
Di dalam versi New Living Translation dikatakan,
“Gentle words are a tree of life; a deceitful tongue crushes the spirit.”
Lidah yang jahat itu memiliki kekuatan untuk menghancurkan roh. Karena itu, berhati-hatilah dengan perkataan yang tidak bisa ditarik kembali. Hutang uang dapat dikembalikan, tetapi waktu yang sudah berlalu tidak dapat dikembalikan. Itulah sebabnya ketika Rev. Billy Graham yang sudah berusia 92 tahun dan diwawancarai oleh “Christianity Today” diberi pertanyaan apakah akan melakukan hal yang berbeda jika dirinya diberi kesempatan untuk memulai dari awal lagi, dia menjawab pertanyaan tersebut,
“Saya akan meluangkan lebih banyak waktu bersama dengan keluarga, lebih banyak belajar, dan lebih sedikit berkhotbah.”
Kedua. Melalui Penderitaan.
“Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, tetapi penderitaan merobek jiwa.” (Amsal 27:9).
Ketika kita diizinkan berada di dalam tekanan, tenangkan diri kita dengan meminta hikmat Tuhan untuk menuntun langkah kaki kita di tahap selanjutnya. Kalau tidak berhati-hati, kita dapat mengalami kehancuran di dalam hati.
Ketiga. Karena Ketidakadilan.
“Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.” (Kejadian 37:5).
Yakub memiliki banyak anak, tetapi yang dimanja Yusuf. Dan karena ketidakadilan Yakub dalam mengasihi anak-anaknya, hal ini menimbulkan kebencian mendalam di hati saudara Yusuf.
Keempat. Karena Musibah.
“Tetapi Ayub menjawab: "Sekarang ini keluh kesahku menjadi pemberontakan, tangan-Nya menekan aku, sehingga aku mengaduh.” (Ayub 23:1-2).
Luka Batin dapat mempengaruhi tubuh kita.
“Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah.” (Mazmur 31:9-10).
Berhati-hatilah dengan pikiran yang berputar ke mana-mana, tetapi tubuh tidak dapat mengimbangi padatnya isi pikiran kita.
Mikhal yang Sinis.
“Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: "Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!" (2 Samuel 6:20).
Apa yang sebenarnya dialami Mikhal?
Pertama. Mikhal dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan. Saul ayahnya, adalah seorang raja yang suka berperang. Saul juga mau membunuh Daud dengan menempatkannya ke berbagai perang yang dahsyat karena alasan,
“dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa." Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.
Kedua. Diperlakukan bukan sebagai pribadi.
“Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."” (1 Samuel 17:25).
“sebab pikir Saul: "Baiklah Mikhal kuberikan kepadanya; biarlah ia menjadi jerat bagi Daud, dan biarlah tangan orang Filistin memukul dia!" Lalu berkatalah Saul kepada Daud untuk kedua kalinya: "Pada hari ini engkau boleh menjadi menantuku."” (18:21).
Ketiga. Mikhal ditinggal Daud (setelah dinikahi), karena Saul ingin membunuh Daud.
“Tetapi Mikhal, isteri Daud, memberitahukan kepadanya, demikian: "Jika engkau tidak dapat meluputkan dirimu malam ini, maka besok engkau akan dibunuh." Lalu Mikhal menurunkan Daud dari jendela, ia pergi melarikan diri dan luputlah ia.” (19:11b-12).
Keempat. Setelah Mikhal menikah dengan orang lain, dirinya direbut dari suaminya oleh Daud setelah Saul meninggal.
“Tetapi Saul telah memberikan Mikhal, anaknya perempuan, isteri Daud, kepada Palti bin Lais, yang dari Galim itu.” (25:44).
“Jawab Daud: "Baik, aku akan mengadakan perjanjian dengan engkau, hanya satu hal kuminta dari padamu, yakni engkau tidak akan menghadap aku, kecuali jika engkau membawa lebih dahulu Mikhal, anak perempuan Saul, apabila engkau datang menghadap aku." Daud mengirim utusan juga kepada Isyboset, anak Saul, dengan pesan: "Berikanlah isteriku Mikhal, yang telah kuperoleh dengan seratus kulit khatan orang Filistin." Lalu Isyboset menyuruh mengambil perempuan itu dari pada suaminya, yakni Paltiel bin Lais. Dan suaminya berjalan bersama-sama dengan dia, sambil mengikuti dia dengan menangis sampai ke Bahurim. Lalu berkatalah Abner kepadanya: "Ayo, pulanglah." Maka pulanglah ia.” (2 Samuel 3:13-16).
Tuhan masih memiliki rencana yang luar biasa di dalam hidup kita. Cek selalu hati kita agar jangan sampai penuh dengan luka, dan bila hal ini tidak dengan segera diselesaikan, maka akan berakibat lebih buruk karena akan menuntun kita pada berbagai keputusan yang tidak bijaksana. Karisma memang dapat membawa kita pada posisi atas, tetapi hanya Karakter yang membuat kita bertahan di sana. Lepaskan pengampunan dan damai sejahtera pada orang-orang yang telah melukai hati kita. Dan izinkan Allah yang membalut dan menyembuhkan luka tersebut, karena hanya Dia yang bisa melakukannya.
“Engkau memang melihatnya, sebab Engkaulah yang melihat kesusahan dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu sendiri. Kepada-Mulah orang lemah menyerahkan diri; untuk anak yatim Engkau menjadi penolong.” (Mazmur 10:14).
Langkah-langkah menuju pemulihan.
Pertama. Terbuka di hadapan Tuhan. Kedua. Belajar untuk mau mengampuni. Dan Ketiga. Melakukan kehendak Tuhan.
Luka batin memang terlihat lebih mudah untuk disangkal daripada diakui, tetapi marilah kita terbuka di hadapan Tuhan dan menunjukkan pada-Nya di bagian mana kita terluka. Kita tidak bisa mengampuni dengan kekuatan sendiri, mintalah selalu agar Tuhan memberikan kasih karunia-Nya untuk memampukan hidup kita, untuk mau mengampuni sesama kita.
Nelson Mandela dan Kepala Penjara.
Tak lama setelah terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan (1994-1999), Nelson Mandela mengajak beberapa pengawalnya untuk keliling kota. Dia singgah di sebuah restoran, dan tidak meminta perlakuan khusus. Dia memesan makanan untuk disantap bersama rombongan. Di meja bagian pojok ada seorang laki-laki yang duduk menunggu pesanannya. Nelson meminta pengawalnya untuk mengajak laki-laki tersebut bergabung ke meja Nelson. Laki-laki itu pun dipersilakan duduk tepat di samping Nelson.
Hidangan sudah lengkap, Nelson dan rombongan siap menyantap, termasuk laki-laki yang berada di sampingnya. Namun, laki-laki itu tampak aneh. Wajahnya berkeringat dan tangannya gemetar. Dia tidak sanggup menyantap hidangan yang ada, kecuali hanya sepotong roti dan beberapa tegukan air. Pengawal pun bingung.
“Tampaknya dia sedang sakit, dan sebaiknya segera kami bawa ke rumah sakit,” ujar pengawal kepada Nelson.
Nelson hanya diam sampai selesai makan. Pengawal semakin bingung melihat kondisi laki-laki tersebut, hingga dia dipersilakan untuk kembali ke mejanya yang pertama dia pesan.
Kata Nelson kepada pengawal,
“Dia tidak sakit. Keringat yang keluar dan tangan yang gemetar itu bukan karena dia sakit. Dialah kepala penjara yang dulu menyiksa aku ketika aku dipenjara di ruang isolasi. Pernah, ketika aku haus dan meminta air darinya, dia malah mengencingi kepalaku. Jadi, dia sedemikian gemetar karena takut kalau aku akan membalas apa yang pernah dia perbuat terhadap aku. Tetapi aku tidak akan membalasnya. Dendam bukan akhlakku.”
"Dendam tidak akan dapat membangun negara, tetapi memaafkan selalu akan menjadi jalan menuju kebangkitan sebuah bangsa.”
Pengampunan membuka berkat dan pintu promosi. Tuhan mau mengangkat setiap kita, tetapi hidup kita juga harus rela untuk dibersihkan-Nya. Siapkan hati dan hidup kita untuk rencana-Nya yang jauh lebih besar.
Let Go. Let God be God.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments