Catatan Khotbah: “Letters to the Seven Church. Part 1. Jemaat di Efesus: Pulihkan Kasih Mula-mula.” Ditulis dari sharing khotbah Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu Tgl. 18 Juni 2023..
Mengapa gereja kita perlu membahas topik ini? Karena di waktu pandemi yang telah berlalu sebelumnya adalah saat terbaik bagi kita semua untuk dapat mengevaluasi bagaimana kehidupan kita sebagai gereja-Nya selama ini. Kata “gereja” di sini bukan mengacu pada gedung bangunan fisiknya, tetapi pada komunitas kehidupan orang percaya. Bagaimana sikap kita sebagai gereja-Nya yang harus menjadi berkat dan terang-Nya, bagi lingkungan sekitar. Sebab gereja dapat punah bila tidak berhati-hati, dan melakukan apa yang Tuhan mau lakukan bagi gereja-Nya.
Memang, banyak pergumulan yang sedang dihadapi gereja-Nya dan hal ini seharusnya membuat kita lebih lagi mencari wajah Tuhan dan kembali pada apa yang tertulis di dalam firman-Nya / Alkitab, bukannya malah mengemas berbagai program untuk memikat banyak orang untuk datang ke dalam gereja kita. Dengan kembali pada apa yang tertulis di dalam firman-Nya, kita dapat berkaca mengenai kekurangan apa yang masih perlu untuk diperbaiki.
Selain itu, gereja Tuhan seharusnya bisa menjadi berkat, harapan, dan juga jawaban bagi dunia yang sedang sekarat ini. Gereja Tuhan adalah satu-satunya mempelai Kristus, dan kita harus tetap mempercayai bahwa Dia sedang menggenapkan dan menyelesaikan rencana terbaik-Nya, melalui gereja-Nya. Tuhan masih belum merubah rencana-Nya. Dia mau agar gereja yang menggenapinya, bukan lembaga sosial lainnya. Tetapi pertanyaannya adalah,
Apakah kita sudah berjalan menjadi gereja yang sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya?
Kalau kita sedang berjalan di dalam apa yang Dia mau untuk kita lakukan, maka berbagai krisis bisa saja terjadi, tetapi kita akan tetap bertahan dan selalu dimampukan-Nya untuk dapat menjadi berkat dan terang Kristus bagi sekitar.
Memang, tidak ada gereja yang sempurna tetapi Tuhan sudah memberikan wewenang bagi gereja-Nya. Dia memberikan kuasa,
“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:19).
Surat kepada Jemaat di Efesus.
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah." (Wahyu 2:1-7).
Di ayat 6 di atas sempat disinggung mengenai “pengikut Nikolaus,” yang di mana pengajarannya hanya membuat seseorang happy / bahagia, hanya mengejar kepuasan, dan keinginan seseorang itu harus dipuaskan. Tetapi Tuhan memanggil hidup kita yang terutama bukan untuk menjadi happy / bahagia, tetapi holy / kudus.
“Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” (Wahyu 1:3).
Gereja Tuhan harus belajar dan mau menaati apa yang menjadi maunya Tuhan atas gereja-Nya. Kalau pun ada teguran, milikilah cukup kebesaran hati untuk mau menerima teguran dari Tuhan, karena Dia selalu mengoreksi gereja-Nya.
Keadaan Gereja di Efesus.
“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.” (ayat 2-3).
Tentang jemaatnya. Mereka mau bekerja keras, berjerih lelah, tekun, tidak malas, dan tidak pasif. Jemaat di Efesus juga memiliki sistem “..tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat..” yang memiliki arti tegas terhadap orang-orang yang hidupnya tidak benar, dan “..engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul..” yang memiliki arti tidak sembarangan dan menguji bagaimana hidup seseorang yang mau melayani Tuhan. Selain itu gereja di Efesus juga memiliki sikap terhadap tantangan dari dunia: Sabar dan rela menderita karena nama Tuhan, tidak mengenal lelah / memiliki daya juang tinggi dalam pelayanan yang dipercayakan.
Gereja di Efesus adalah sebuah gambaran gereja yang sempurna. Pelayanannya luar biasa, dan tidak pasif. Namun satu hal yang hilang. Kasih.
“Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."” (Matius 22:37-40).
Kalau kita kehilangan kasih, baik itu kasih kita pada Tuhan maupun pada sesama, maka kita akan kehilangan semuanya karena Allah sendiri adalah Kasih. Dan bila kasih tersebut hilang, maka yang tersisa di dalam gereja-Nya hanyalah performance / penampilan / prestasi saja. Jiwa gereja yang sesungguhnya adalah kasih. Kalau kasih hilang, maka semuanya hanya sekadar legalistik atau hanya bersifat aturan-aturan saja. Dan seseorang yang dikasihi / tidak itu ada bedanya. Itulah pentingnya menjaga kasih.
Have Mercy O God.
Kapan terakhir kali kita meneteskan air mata, menangis bukan menangisi nasib sendiri, tetapi menangisi keadaan orang lain dengan kasih?
Ada seorang hamba Tuhan dari luar negeri yang bersama Ps. Andreas melewati jalan Embong Malang di kota Surabaya. Hamba Tuhan ini tidak mengenal siapa orang-orang yang berada di jalan tersebut, tetapi dirinya terus berdoa sambil meneteskan air mata..
“Have mercy o God.. Have mercy..”
Hatinya melihat melihat setiap orang yang lewat di sana seperti domba yang tidak memiliki gembala. Dan hal ini menjadi perenungan bagi kita semua. Paling mudah itu berkhotbah, tetapi melakukannya susah. Hanya sekadar berkata-kata itu mudah, tetapi mengasihi, tidaklah mudah. Dan ketika hamba Tuhan tersebut melayani, kuasa Tuhan banyak dinyatakan melalui pelayanan beliau. Dan ketika ditanya apa rahasianya, beliau bersegera menjawab,
Compassion / Belas Kasihan atas jiwa-jiwa yang terhilang, yang belum mengenal-Nya.
Ada juga cerita seorang anak muda yang datang kepada George Whitefield dan bertanya bagaimana caranya agar dapat dipakai Tuhan dengan luar biasa. Whitefield menyuruhnya pergi ke kamarnya, dan terus berdoa sampai dirinya dapat menangisi jiwa-jiwa yang terhilang, yang belum mengenal Allah. Dan doa anak muda ini begitu kencang, tetapi tetap dirinya tidak bisa menangis. Whitefield menyuruhnya berdoa dan berpuasa, dan kembali pergi ke kamarnya, menguncinya, dan jangan keluar sampai dirinya dapat menangis.
Dan setelah mencoba beberapa kali, akhirnya anak muda ini menyerah, dan dirinya hanya dapat berdoa meminta kepada-Nya,
Just give me Your holy heart..
Dan hadirat Tuhan turun memenuhi kamarnya tanpa henti, dan dirinya tak dapat berhenti menangisi betapa sengsaranya orang-orang yang tidak mengenal kasih Kristus. Dirinya menceritakan semua yang terjadi pada Whitefield, dan hamba Tuhan itu menjawab,
I see Revival..
Gereja mengalami kebangunan rohani ketika gereja mengalami dan dipenuhi kasih Kristus, dan mau membagikan kasih tersebut pada orang lain di sekitarnya. Bagi kita orang percaya, di dalam hati kita terdapat “sumur” yang berisi kasih Allah yang dapat digali dan dibagikan pada orang-orang di sekitar kita. Mereka membutuhkan kasih Allah yang terdapat di dalam diri kita. Jangan egois dengan menyimpan kasih Allah hanya untuk diri kita saja, tetapi bagikan pada sesama.
Suatu hari Ps. Andreas menghadiri sebuah pertemuan hamba-hamba Tuhan, dan di akhir khotbahnya, pembicara tersebut memanggil Ps. Andreas dan mengatakan beberapa hal yang dirinya lihat, yang di mana juga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.
Di dalam hidup Ps. Andreas, ada sebuah sumur dengan banyak air berlimpah di dalamnya. Dan di sekelilingnya banyak terdapat kekeringan. Ketika air itu ditimba dan dibagikan pada sekitarnya, orang-orang rasa dahaganya dipuaskan.
Kasih itu mengangkat orang-orang yang lemah, menghibur hidup mereka yang susah, dan juga mendorong untuk lebih dekat lagi pada Tuhan bagi orang-orang yang selama ini sudah menjauh dari-Nya. Ketika kita mau menjadi berkat bagi sekitar, maka “sumur” di dalam hidup kita tidak akan pernah menjadi kering, sebab Allah sendiri yang nantinya akan menjadi Sumber Kasih di dalam hidup kita.
Dan bisa jadi ada hal-hal tertentu di mana apa yang kita katakan itu tidaklah salah, tetapi bagaimana cara kita menyampaikannya yang salah. Sehingga maksud kita yang baik jadi tidak terlihat dan tidak tersampaikan, malah emosi kita yang terlihat. Dan bila kita mau sabar dan mendengar sejenak, terkadang inti dari permasalahannya justru terlihat begitu sederhana.
Apakah kita sebagai gereja-Nya mau dan mampu untuk menghadirkan kasih Allah bagi dunia yang terhilang ini? Ketika gereja-Nya kehilangan kasih, maka gereja juga kehilangan pijakan untuk Tuhan dapat berkarya di dalam dan melalui hidup gereja-Nya. Tidak ada sesuatu hal yang baik, bila kasih itu memudar dari hidup gereja-Nya.
Bagian Pertama. Allah masih memegang dan menjaga kehidupan jemaat-Nya.
"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.” (Wahyu 2:1).
Kalau Tuhan sanggup “..memegang ketujuh bintang di tangan kanan-Nya..”, berarti hal ini menunjukkan hal yang luar biasa. Allah kita adalah Allah yang Mahakuasa dan berkuasa. Dan dikatakan juga “.. berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.” Apa artinya? Kaki dian adalah tempat di mana seseorang menaruh lilin agar dapat menerangi jalan orang-orang di sekitarnya. Dan bila Dia berjalan di antara ketujuh kaki dian emas tersebut, maka tandanya Dia mau masuk dan terlibat sepenuhnya di dalam hidup kita.
Setiap kita akan dimampukan untuk dapat mengalami Pribadi-Nya, dan juga hidup kita dapat menjadi kesaksian yang menguatkan bagi sesama. Tuhan sangat menyayangi gereja-Nya. Berilah ruang gerak, yakni Kasih, agar Tuhan dapat bergerak bagi dan melalui gereja-Nya.
“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.” (Wahyu 2:2-4).
Bagian Kedua adalah Kasih yang tak tergantikan, yakni kasih kita pada Tuhan dan juga pada sesama. Kita mulai hitung-hitungan dan tidak mau berkorban lagi melayani Tuhan. Kita berpikir merasa cukup melayani Tuhan hanya dengan ucapan perkataan kita, tetapi tidak dengan tindakan kita yang melayani-Nya.
E.M. Bounds mengatakan,
Tuhan tidak mengurapi program, tetapi mengurapi manusia yang mau memberikan dan mempunyai kasih.
Sekali lagi bukan tentang programnya, tetapi tentang kita yang mau melayani-Nya dengan memberikan kasih bagi sekitar, dan hal ini tidak akan tergantikan. Kalau kasih hilang, maka nyawa gereja juga hilang, dan gereja akhirnya menjadi “zombie” dan “entertainment centre” atau hanya sebagai tempat hiburan saja.
Bagaimana Kasih dapat Hilang?
Pertama. Terlalu memperhatikan aktivitas di dalam pelayanan, sampai kita lupa membangun hubungan pribadi dengan Tuhan.
Bisa jadi banyaknya aktivitas akan melahirkan berbagai prestasi yang luar biasa, tetapi untuk relasi kita bersama-Nya.. bisa-bisa sudah pergi dengan senyap, tanpa kita sadari.
Demikian juga dengan suami yang bekerja keras untuk mengembangkan perusahaannya, bagi suaminya dirinya melakukan semua ini untuk istri dan anak-anaknya. Tetapi masalahnya, keluarganya mendambakan adanya relasi, bukan prestasi. Banyak orang kehilangan relasi dengan keluarganya, karena mengejar prestasi.
Demikian hal yang sama, kalau kita mengatakan bahwa kita menyayangi Tuhan, maka kita juga mau taat dan menjaga relasi kita bersama-Nya.
Kedua. Adanya Ketidaktaatan pada Tuhan.
“Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” (Yohanes 15:10).
Ketiga. Karena ada Dosa.
“Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.” (Matius 24:12).
Karena adanya dosa, maka kasih menjadi dingin. Dulunya ikut Tuhan begitu berapi-api, dan tidak hitung-hitungan. Bila sudah seperti ini, apa yang Tuhan rindukan bagi kita?
Bagian Ketiga. Bertobat dari Kejatuhan yang Dalam.
“Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.” (Wahyu 2:5).
Selama ini kita beranggapan “betapa dalamnya engkau telah jatuh” ketika kita jatuh ke dalam dosa yang besar dan serius. Tetapi di ayat sebelumnya kita justru belajar, kita jatuh begitu dalam ketika kehilangan kasih yang semula.
Watchman Nee mengatakan,
Ada dua macam pertobatan. Yang pertama adalah pertobatan untuk orang-orang yang tidak mengenal Kristus. Yang Kedua adalah pertobatan untuk orang-orang yang sudah percaya pada Kristus, dan hal ini mengajak kita agar jangan pernah menjauhkan diri kita dari yang namanya pertobatan, karena ketika tidak ada pertobatan maka tidak ada yang namanya pemulihan.
Bagian Keempat. Gereja yang Menang: Bertahan Selamanya.
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah." (Wahyu 2:7).
Pdt. Yeremia Rim pernah mengajarkan bahwa kita harus belajar untuk selalu connect / terhubung dengan Allah Roh Kudus yang ada di balik setiap perkataan firman Tuhan yang ada di dalam Alkitab. Bukan hanya untuk menambah pengetahuan firman kita saja, tetapi agar kita juga dimampukan untuk dapat memahami apa yang menjadi maksud dari firman Tuhan yang kita baca. Dengan kita connect dengan Roh Kudus, maka Dia akan berbicara dan mewahyukan, serta membawa pencerahan di dalam hidup kita.
Jangan hanya melihat performance / penampilan tampak luar saja, tetapi perhatikan bagaimana kondisi di dalamnya. Gereja yang Menang bukanlah gereja yang memiliki program dan pendeta yang luar biasa, tetapi gereja yang menerima dan mengimpartasikan / membagikan kasih Kristus bagi sesama kita yang membutuhkan. Kalau kita selalu hidup di dalam kasih-Nya, maka kasih-Nya itu yang akan memberikan apa yang dunia tidak dapat berikan.
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14:27).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments