Catatan Khotbah: Bertumbuh dan Berbuah, Bagian Kedua. Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 13 Oktober 2024.
Hal terpenting di dalam ibadah yang kita adakan bersama adalah menyiapkan hati terlebih dahulu, agar Roh Kudus dapat berbicara dan bekerja lebih lagi di dalam hidup kita. Teruslah membuka hati pada setiap perenungan firman Tuhan yang disampaikan, karena Roh Kudus sendiri yang nantinya akan menerjemahkan setiap pesan agar dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan hidup kita masing-masing. Selain itu pada saat kita memuji dan menyembah-Nya, Roh Kudus bekerja dengan menjamah, melembutkan, dan juga mengubah hati serta hidup kita.
Di minggu yang lalu kita telah belajar dan membahas bahwa setiap dari kita telah dipanggil dan dimampukan-Nya untuk terus berbuah, berubah, bertumbuh dewasa secara rohani, serta sanggup mewujudkan dan menghadirkan Kristus di dalam kehidupan pribadi setiap kita.
Tetapi kita tidak bisa menghadirkan kehidupan Kristus dengan kekuatan kita sendiri, yang harus dilakukan adalah menempel pada Tuhan Yesus sebagai Pokok anggur. Sebab ranting hanya dapat menghasilkan buah, apabila ranting tersebut melekat pada pokok pohonnya.
Demikian pula hal yang sama, hidup kita dapat berbuah apabila kita terus menempel kepada Kristus sebagai Pokok anggur. Kehidupan kita yang diumpamakan sebagai ranting ini akan terus dimampukan Tuhan untuk dapat memiliki pertumbuhan “daun yang sehat,” dan dapat berbuah pada musimnya. Tetapi bila kita terputus dari Pokok anggur, maka ranting kita tidak akan dapat menghasilkan buahnya sendiri.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5).
Menambahkan pada Iman..
Di dalam kehidupan ini tidak hanya berfokus pada bagian yang harus Tuhan lakukan saja, tetapi juga pada bagian yang harus kita perbuat. Itulah sebabnya Rasul Petrus menuliskan,
“Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (2 Petrus 1:5-8).
Ada beberapa hal yang memang menjadi tanggung jawab dan bagian yang harus kita lakukan—kita harus bekerja keras dan berdisiplin untuk melakukannya. Tetapi yang terpenting adalah tetaplah tinggal di dalam Kristus, dan lakukan sesuatu di dalam kehidupan yang sudah dipercayakan ini. Jangan hanya berdiam diri.
Pertama. Kebajikan / Virtue.
Kebajikan sendiri merupakan perilaku atau tindakan yang menunjukkan keunggulan moral / moral excellence, hidup di dalam kebenaran, dan juga kesalehan. Di dalam dunia yang sudah jatuh dan dicemari oleh dosa ini, kita menemukan bahwa dosa telah merusak moralitas. Tetapi di dalam Kristus kita diciptakan untuk dapat memiliki dan menjalani moralitas hidup yang baik.
Tiger Woods, seorang pegolf Amerika terkenal, telah melalui perjalanan karier yang begitu hebat. Tetapi di tengah perjalanan hidupnya telah terungkap bahwa dirinya memiliki hubungan di luar pernikahan dengan banyak perempuan. Pada akhirnya karier yang dibangun dengan penuh kerja keras selama ini merosot tajam.
Beberapa sponsor memutuskan untuk tidak lagi memakai dirinya karena moralitasnya yang kurang baik, dan mereka tidak mau merek dagangnya terpengaruh gara-gara sikap Tiger Woods. Memang, namanya masih tetap berkumandang tetapi dirinya sudah lama tidak memenangkan perlombaan. Hidupnya kini hancur karena salah memilih, telah menjalani moralitas yang buruk.
Ada kisah seorang pemain golf lainnya dari Amerika, yang bernama Tom Watson. Pada suatu perlombaan, bola golfnya melenceng dan masuk ke dalam hutan. Di dalam peraturan golf, kita harus memukul bola dan tidak boleh menggeser bola tersebut dengan sengaja sebab bisa terkena penalti. Tetapi di dalam hutan itu, dirinya tidak sengaja menggeser posisi dari bola tersebut.
Sekalipun tidak ada seorang panitia yang melihat apa yang dilakukannya di dalam hutan, tetapi dirinya mau jujur dan mengakui pada pihak panitia tentang apa yang sebenarnya terjadi. Akibatnya, dirinya terkena penalti dari pihak panitia, dan ada orang lain yang pada akhirnya memenangkan perlombaan serta menjadi juara pertama.
Pada hari itu dirinya memang kalah dari pertandingan golf, tetapi sesungguhnya dia sudah memenangkan pertandingan di dalam hidup ini. Kejujuran dan integritas sangat dihargai dengan begitu rupa sehingga golfdigest.com membuat sebuah rubrik khusus mengenai berbagai tips yang harus dilakukan oleh seorang pemain golf, di mana rubrik ini khusus ditulis Tom Watson dan rubrik ini dipertahankan selama bertahun-tahun.
Bukan karena mainnya Tom Watson lebih bagus, tetapi karena dirinya memilih untuk memiliki moralitas hidup yang baik, dan keputusannya ini dihormati dan dihargai banyak orang.
Marilah memilih untuk mengejar moralitas yang baik di dalam hidup ini. Kalau kita menghormati seseorang, kita tidak hanya menghormati dari sisi kekayaan dan kepandaiannya saja, tetapi karena dirinya memiliki karakter luar biasa.
Kedua. Pengetahuan / Knowledge.
“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah..” (Hosea 4:6).
“My people are destroyed for lack of knowledge..” (King James Version).
Tuhan memberi kita pikiran supaya bisa terus belajar dan berkembang, serta bertumbuh di dalam pengetahuan. Hari-hari ini kita mendapati banyak orang itu rajin untuk berdoa, tetapi dirinya tidak bisa mengalami kuasa Tuhan karena memiliki cara berpikir yang keliru. Setiap orang memang memiliki dunianya sendiri, tetapi bagaimana caranya kita dapat mengembangkan dunia kita?
Semakin bertambahnya usia, maka dunia yang kita hidupi menjadi semakin sempit. Dengan menjadi murid Kristus, kita dipanggil untuk terus belajar (Matius 28:19). Karena itulah, perluas kehidupan kita dengan banyak belajar hal yang baru.
Ibunda dari Pdt. Andreas Rahardjo tidak bisa berbahasa Mandarin, dan baru berusia 70 tahun mencoba mempelajarinya. Pada usia 80 tahun, beliau belajar untuk membatik. Melalui kisahnya, kita terinspirasi agar tidak pernah berhenti untuk belajar, agar dunia kita terus berkembang.
Masih ada banyak hal yang perlu dipelajari di dalam hidup ini. Kita mungkin merasa mengenal Tuhan selama ini, karena kita telah menjadi seorang Kristen selama bertahun-tahun. Kita tahu bahwa Dia adalah Allah yang Mahakudus, tetapi pada saat ditanya di mana letak ayatnya di dalam Alkitab, kita hanya menjawab sesuai dengan lirik lagu “Holy Forever” yang dikarang Chris Tomlin,
“And the angels cry, Holy. All creation cries, Holy. You are lifted high, Holy. Holy forever..”
Kita juga mengetahui bahwa anugerah Allah itu begitu besar di dalam mengasihi setiap kita, tetapi ketika ditanya di mana letak ayatnya di dalam Alkitab yang menunjukkan hal tersebut, lagi-lagi kita menjawabnya hanya sesuai lirik lagu “Besar Anugerah-Mu” yang ditulis Welyar Kauntu,
“Besar anug’rah-Mu. Berlimpah kasih-Mu. Semakin hari s’makin bertambah. Besar anug’rah-Mu..”
Bagaimana caranya kita dapat mengetahui dan tinggal di dalam kehendak Tuhan, kita dapat meningkatkan iman, mendengar suara Roh Kudus, dapat menguji berbagai hal, dan mengalami setiap janji-Nya di dalam hidup ini.. bila kita hanya mengenal-Nya berdasarkan lirik lagu saja?
Tidak ada cara lain selain terus meningkatkan pengetahuan kita dengan membaca firman-Nya di dalam Alkitab, dan bisa disertai dengan membaca berbagai buku yang dapat meningkatkan iman dan pengetahuan, serta yang membuat kita semakin bertambah dekat dan mengasihi Tuhan.
Apa yang kita ketahui lebih, Tuhan bisa melakukan hal yang lebih lagi di dalam hidup kita.
Ketiga. Penguasaan Diri / Temperance.
“Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” (1 Korintus 9:25).
Pengetahuan tanpa penguasaan diri, itu berbahaya. Penguasaan diri tanpa pengetahuan, juga kurang berbijaksana. Berkat besar tanpa penguasaan diri bisa berakhir pada mencelakakan hidup kita. Semuanya harus berjalan dengan seimbang.
Tuhan ingin agar setiap kita bisa menguasai diri di dalam segala hal, agar hidup kita ini dapat berbuah dan memuliakan nama-Nya. Ketika ada sikap dari sesama yang membuat kita ingin marah, tetapi kita belajar untuk menguasai diri, maka buah Rohnya akan keluar, yakni kesabaran. Saat kita ingin membalas perlakuan seseorang yang kurang berkenan, tetapi kita belajar menguasai diri, maka buah yang keluar adalah pengampunan.
Ketika Ibunda dari Pdt. Andreas dulu pernah bekerja menjadi seorang dokter dan tempat tinggalnya tidak jauh dari perumahan dinas kepolisian.. Pdt. Andreas pada saat berusia anak-anak sering melihat dan bahkan bermain mengikuti pelatihan bintara yang pada saat itu dilatih baris-berbaris. Mereka harus dilatih selama kurun waktu 2-3 bulan, tidak dilatih menembak, membawa senapan tetapi tidak diisi peluru.
Melalui masa 2-3 bulan tersebut, para bintara dilatih untuk menundukkan ego dan diajar taat pada perintah atasannya. Kalau mereka diberi senapan yang ada pelurunya tetapi tidak mau belajar menundukkan diri pada atasannya dan tidak dilatih penguasaan diri, maka hal ini sangatlah berbahaya. Kita bisa melihatnya dari beberapa contoh masyarakat di Amerika. Mereka diperbolehkan membawa senjata untuk melindungi diri, tetapi ketika mereka memiliki masalah yang berujung pada depresi, mereka tidak akan segan untuk melampiaskan amarah dengan menembak orang-orang yang berada di sekitarnya.
Bisa jadi kita masih memiliki banyak kelemahan, tetapi kita perlu belajar untuk menguasai diri di dalam segala hal. Hal ini sangatlah penting untuk dilakukan di dalam hidup ini.
Ketika Pdt. Andreas sering mengikuti pertandingan golf, sebelum pertandingan dimulai ada berbagai peraturan yang harus dilakukan. Salah satunya adalah menguasai diri dengan tidak memakan sembarangan, agar badan tetap sehat sampai pertandingan tersebut selesai diselenggarakan.
Keempat. Ketekunan / Patience.
“agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.” (Ibrani 6:12).
Sering kali kita mudah untuk menjadi silau dengan besar dan hebatnya talenta yang dimiliki seseorang, padahal talenta yang terlihat sederhana tetapi kita mau menjalankannya dengan tekun, tetap juga membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Kebanyakan orang cerdas, belajarnya hanya dengan cara asal-asalan dan meremehkan, karena merasa dirinya sudah terlampau pintar. Tetapi bagi yang kurang cerdas, ketekunannya di dalam belajar menghasilkan banyak hal luar biasa.
Ada kisah seseorang yang diberi talenta luar biasa sama Tuhan, dirinya memiliki pendengaran / hearing yang begitu kuat. Sekali mendengar sebuah lagu, dirinya langsung dapat mengenal apa not dan kunci lagu yang akan dipergunakan, dan langsung dapat memainkannya dengan alat musik piano. Tetapi bagi sebagian besar orang yang tidak memiliki talenta ini, dirinya harus tekun dan bekerja keras mendengar berulang-ulang lagunya, dan menulis satu per satu not dan kunci lagu yang akan dimainkan di alat musik piano.
Hasil akhirnya adalah, seorang yang cerdas memang berhasil memainkan lagu tersebut dengan mudahnya. Tetapi pada seorang yang kurang cerdas, tetapi mau untuk terus bertekun, dirinya kini mendapatkan pengetahuan yang lebih lagi mengenai aransemen dari lagu tersebut.
Hal-hal yang kita kerjakan dengan tekun dan setia, sekalipun tampak remeh, tidak ada satupun yang akan berlalu dengan sia-sia. Semua ketekunan kita dapat dipakai Tuhan untuk menghasilkan hal yang luar biasa, dan memuliakan nama-Nya.
Banyak orang tidak membuahkan apa-apa karena tidak tekun dalam mengembangkan hidupnya. Setialah dalam hal kecil dan remeh, tetaplah bertekun dan menyelesaikan segala hal yang sudah dipercayakan Tuhan dengan sabar, maka Dia yang nantinya akan mempercayakan banyak hal besar di dalam hidup kita. Firman Tuhan berkata,
“Maka kata Tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.” (Matius 25:21).
Di dalam Ibrani 6:12, Tuhan telah berjanji,
“..tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.”
Tuhan memang telah berjanji akan memberkati hidup kita, tetapi bukan berarti kita terus malas-malasan dan tidak bekerja dengan keras. Ada kisah seorang yang tumpang tangan di atas mobil mewah, dan mengimani bahwa mobil tersebut akan menjadi miliknya pada suatu hari kelak. Tetapi mobil tersebut tidak akan serta-merta menjadi milik kita hanya dengan berdoa saja, tetapi juga dibutuhkan ketekunan dan kerja keras dari pihak kita.
“The stone is hard and the drop is small, but a hole is made by the constant fall.” (Spanish Proverb).
Batu itu memang wujudnya keras, dan tetesan air sangat kecil ukurannya, tetapi lubang di atas batu dapat terbentuk dari tetesan air yang terjatuh secara konsisten / terus-menerus.
Demikian juga dengan berbagai tokoh iman yang kisahnya telah ditulis di dalam Alkitab. Mereka adalah manusia biasa sama seperti kita yang memiliki banyak kelemahan, tetapi kita dapat belajar dari sikap mereka yang tidak malas dan terus bekerja keras untuk memberikan yang terbaik, agar nantinya dapat melihat buah / hasil dari kerja keras yang sudah kita perjuangkan.
Kelima. Kesalehan / Godliness.
Kesalehan adalah ketika kita memutuskan untuk mau berjalan bersama dengan Tuhan di dalam setiap aspek di hidup kita, dari apa yang terlihat paling kecil / remeh sampai kepada hal yang paling besar / dilihat orang. Hal ini memiliki arti,
Kita memutuskan untuk mau menjalani hidup yang menyukakan hati Tuhan, hidup di dalam kekudusan dan juga kebenaran yang sesuai dengan firman-Nya di dalam Alkitab, serta menyadari selalu akan kehadiran Tuhan di setiap aspek di hidup kita. Melalui kebenaran firman yang kita baca di setiap harinya, dapat membersihkan dan menjernihkan hati dan hidup kita, agar selalu diselaraskan sesuai dengan kebenaran firman-Nya.
Jadi bukan hanya karena ada Bp. Pdt. Andreas Rahardjo dan Ibu Mariani selaku Bapak dan Ibu Gembala yang hadir di dekat kita, dan lalu kita menjaga perkataan dan sikap.. tetapi ketika mereka tidak hadir, kita pun juga tetap menjaga integritas hidup kerohanian karena ada Tuhan yang terlebih lagi melihat bagaimana kita menjalani hidup ini. Jangan sampai kerohanian kita menjadi “bocor” karena tidak menjaga sikap dan perkataan. Mari tingkatkan lebih dalam lagi kerohanian kita.
Kita dapat belajar dari Yusuf yang menjaga kesalehan dan kerohanian di dalam hidupnya dengan luar biasa, sebelum dirinya dipercaya untuk menjadi seorang raja muda di Mesir.
Memang dirinya telah dikhianati dan dijual sebagai seorang budak oleh saudara-saudaranya (Kejadian 37:25-28,36), tetapi dia terus menjaga integritas di dalam hidupnya dan ada penyertaan Tuhan sehingga dirinya dapat menjadi seorang budak yang disayangi Potifar (39:2-6). Bahkan ketika istri Potifar tergoda dan akhirnya berujung pada fitnah, Yusuf harus masuk ke dalam penjara (ayat 7-20).. karena adanya penyertaan dan pembelaan dari Tuhan, Yusuf itu tetap dibuat Tuhan berhasil akan apa saja yang dikerjakannya. Bahkan di dalam penjara sekalipun, Yusuf kini menjadi tawanan kesayangan bagi kepala penjara tersebut (ayat 21-23).
Dari kisah Yusuf kita dapat belajar,
Sekalipun kita hari-hari ini merasa sedang tidak berada di waktu dan di tempat yang tepat, tetapi yang terpenting adalah kita menjaga hidup tetap berbuat benar dan saleh di hadapan Tuhan. Dia pasti yang akan menyertai, membela, dan juga melakukan sesuatu di dalam hidup kita.
Ada kisah dari seseorang yang bernama Andy Sulaiman, yang dulunya pernah menggembalakan jemaat di gereja MDC di Singapura.
Dirinya pernah menjadi seorang karyawan senior di sebuah perusahaan, yang tingkat jabatannya sudah lumayan tinggi. Tak lama berselang, ada seorang karyawan baru yang dipekerjakan dan diberi upah yang lebih tinggi dari upahnya. Bagi seorang Andy Sulaiman, hal ini bukanlah sebuah masalah besar karena yang terpenting baginya adalah bekerja dengan baik dan benar. Masalah siapa yang digaji lebih tinggi, itu adalah urusan bosnya.
Sampai akhirnya bosnya mengetahui hal ini, dan Bp. Andy menerima promosi dua kali lipat dari sebelumnya. Kualitas yang sudah dikerjakannya, telah berbicara sendiri di hadapan bosnya.
Hari-hari ini mungkin kita mengalami seperti apa yang dialami Bp. Andy. Cuma bedanya adalah, kita tidak mendapat promosi dan tuntutan pekerjaan kita tetap sama, bahkan cenderung meningkat lebih banyak. Poin ceritanya di sini bukanlah soal apakah kita akan mendapat promosi lebih / tidak.. tetapi setiap keputusan yang diambil haruslah mengarahkan hidup kita untuk tetap berbuat saleh di hadapan Tuhan dan sesama, mengerjakan yang terbaik, serta menyelesaikan setiap hal yang sudah dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita.
Keenam. Kasih akan Saudara-saudara / Brotherly Kindness.
“Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.” (Kisah Rasul 2:44-45).
Jemaat mula-mula menunjukkan bagaimana wujud dari kasih persaudaraan dengan saling berbagi akan apa yang menjadi kebutuhan di dalam hidup mereka. Hal ini juga dapat kita sesuaikan dan terapkan di dalam Contact / Covenant in Action, yang merupakan komunitas kelompok kecil di dalam gereja MDC Surabaya, wadah rohani bagi kita semua untuk dapat saling menguatkan di dalam kebenaran firman Tuhan di Alkitab, dan juga dalam perbuatan baik yang memuliakan nama-Nya.
Ketujuh. Kasih akan Semua Orang.
“Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Galatia 6:10).
Jangan sampai kita hanya ingin dilihat orang tampak luar biasa, tetapi kita mengabaikan orang-orang di dalam komunitas sendiri yang memiliki kebutuhan mendesak.. dan kita tutup mata serta tidak peduli terhadap mereka. Semuanya harus berjalan dengan seimbang, tidak semua orang itu sama dengan apa yang kita pikirkan.
Oleh sebab itu di dalam gereja ada persembahan diakonia, di mana persembahan ini disisihkan dari persembahan perpuluhan, untuk dapat menolong orang-orang yang memiliki tingkat perekonomian yang membutuhkan pertolongan lebih. Tuhan ingin agar kita dapat menjadi komunitas yang bisa memberkati kehidupan banyak orang, tidak hanya orang-orang tertentu saja. Di dalam Galatia 5:22 sendiri, buah Roh yang pertama dimulai dari kasih.
Survei Johns Hopkins University.
Pada suatu kali, universitas ini mengadakan sebuah survei dengan mengirim mahasiswanya ke pelosok daerah yang kumuh. Mahasiswa tersebut melihat bagaimana latar belakang hidup setiap anak yang tidak mendapatkan kasih sayang di dalam keluarga, anak-anak melihat berbagai hal yang seharusnya bukan konsumsi mereka, dan bahkan ironisnya, mereka memiliki orang tua kejam yang tidak segan untuk menjual anak-anak mereka hanya demi mendapatkan sejumlah uang dan juga obat-obatan terlarang. Para mahasiswa tersebut diberi tugas untuk memberikan prediksi mengenai hal apakah yang akan terjadi di masa depan, bila keadaan tersebut didiamkan terus-menerus.
Seluruh mahasiswa tersebut sepakat untuk meramal bahwa 90 persen dari anak-anak itu hidupnya akan berakhir di balik penjara. Sudah tidak ada harapan lagi bagi masa depan mereka.
Selang waktu berjalan 25 tahun ke depan, dari 200 anak yang sudah disurvei dan yang masa kecil hidupnya begitu berantakan.. ternyata ditemukan hanya 4 anak saja yang pernah dipenjara dan sekarang sedang berada di dalam proses pembebasan. Para mahasiswa tersebut begitu terkejut dan bertanya-tanya, mengapa prediksi mereka bisa meleset dan tidak terjadi.
Saat mereka mulai melakukan penyelidikan, temuan mereka mengerucut pada seorang guru yang sekarang usianya sudah sangat senior dan dirawat di panti jompo. Mahasiswa yang melakukan survei begitu penasaran dan bertanya pada guru tersebut, apa rahasianya dan apa saja yang sudah diperbuat, karena sang guru sudah berhasil mengubah wajah sebuah komunitas yang sebelumnya terlihat begitu kumuh dan sudah tidak ada lagi pengharapan, kini telah berubah menjadi wajah yang dipenuhi banyak orang yang dapat memberi dampak positif bagi sekitarnya.
Guru ini adalah seorang yang cinta Tuhan, dan dirinya mengatakan pada mahasiswa tersebut,
“I just love them.”
Gurunya ini hanya menerima dan mengasihi setiap anak yang memerlukan perhatian, merangkul, dan memperkenalkan mereka pada Kristus.
Tahukah kita, bahwa kasih yang Tuhan sudah beri di dalam hidup kita ini sesungguhnya memiliki dampak, dan dapat mengubah kehidupan orang-orang yang ada di sekitar kita? Bila kasih Kristus yang tinggal di dalam hidup kita ini disentuhkan kepada orang-orang yang membutuhkan kasih-Nya, maka mereka juga mendapat kesempatan untuk bisa merasakan kasih Kristus yang tinggal di dalam diri kita. Oleh karena itu, jangan pernah membatasi hidup kita untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya dan menyalurkan kasih-Nya kepada sesama.
Kesaksian Pdt. Andreas Rahardjo.
Pada suatu hari Pdt. Andreas diberi kesempatan untuk dapat berkhotbah di sebuah gereja di Los Angeles. Selesai berkhotbah, gembala dari gereja tersebut meminta tolong pada Pdt. Andreas untuk melayani seorang anak muda yang juga berasal dari kota Surabaya, yang penampilannya nyeleneh / menyimpang dari kebiasaan atau kaidah yang berlaku. Rambutnya dicat berwarna hijau, dan tampilannya seperti model anak punk.
Lalu anak muda ini berkata bahwa Pdt. Andreas pasti disuruh pendetanya, untuk mendekatinya. Tetapi Pdt. Andreas menjawab bahwa mereka berdua sama-sama dari Surabaya, dan lalu pembicaraan tersebut berlanjut di cafe, sembari anak muda itu menyalakan sebatang rokok untuk menikmati asyiknya berbagi cerita dari orang-orang yang berasal dari kota yang sama.
Setiap kali Pdt. Andreas mendapat kesempatan melayani Tuhan di Amerika, beliau selalu menyempatkan ke Los Angeles untuk bertemu dengan anak muda ini, hanya untuk sekadar berbagi cerita dan bertanya apa kabarnya.
Hingga pada suatu hari anak muda ini bertanya pada Pdt. Andreas, mengapa selama ini dirinya tidak pernah menegur dan mengatakan padanya untuk tidak boleh merokok? Sebab sangat sering pendeta di dalam gerejanya mengulang larangan yang sama, agar dirinya berhenti merokok.
Pdt. Andreas kemudian menjawab kalau orang yang menegur kesalahan orang lain itu adalah seorang yang bisa melihat kelemahan pada dirinya sendiri. Tetapi sering kali kita berkata pada orang lain agar jangan menjadi sombong, dan tanpa disadari, kita sendiri sudah bersikap sombong selama ini.
Pdt. Andreas dan anak muda tersebut sama-sama mengetahui bahwa merokok itu bisa merusak kesehatan dan tubuh. Tetapi Pdt. Andreas sendiri juga masih bergumul dengan masalah menjaga pola makan sehari-hari agar dapat berjalan dengan teratur, sehat, dan juga seimbang.
Pada hari itu juga, anak muda tersebut melepas kebiasaan merokoknya. Bukan karena berhasil dikhotbahi seorang pendeta yang asal kotanya sama dengan dirinya.. tetapi karena anak muda itu melihat ada seorang biasa yang walau pergumulan hidupnya berbeda, tetapi dirinya tidak pernah menyerah dan terus berjuang untuk menang atas berbagai pergumulan yang sedang dihadapi.
Selain itu, anak muda ini juga menemukan ada seseorang yang tidak dengan begitu mudahnya menghakimi dirinya, tidak merasa lebih hebat dan lebih suci dari dirinya, tetapi tetap mengasihi dan menginginkan yang terbaik, terjadi pada dirinya.
Setelah waktu berjalan cukup lama, pada suatu hari Pdt. Andreas mendapat surat undangan bahwa anak muda ini akan menikah. Ketika sampai di Los Angeles, Pdt. Andreas dijemput dengan mobil mewah, dan anak muda tersebut mengatakan bahwa Tuhan sungguh baik, karena sudah memberkati dan mengubah total arah hidupnya.
Anak muda tersebut juga mengungkap bahwa dirinya telah mengundurkan diri dari gerejanya yang lama, karena mereka tidak mau bersabar dan menerima perubahan dirinya yang membutuhkan proses waktu yang tidak sama dengan lainnya.
Sentuhkan kasih Kristus pada orang-orang yang membutuhkan kasih-Nya, dan kita akan melihat bagaimana Tuhan dapat mengurapi dan memakai hidup kita untuk dapat mengubah orang lain.
Kehidupan kita yang mau berbuah lebat dan memuliakan nama-Nya, dapat mempengaruhi seseorang untuk juga dapat merubah dirinya. Jadikanlah diri kita sebagai seorang teladan, menjadi garam dan terang dunia yang rasa dan kehangatan-Nya dapat dirasakan orang-orang yang berada di sekitar. Lambat laun kita juga akan melihat Tuhan berkarya, dan mengubah hidup orang-orang yang berada di sekitar kita.
Artificial Intelligence (AI) Tsunami.
Hal yang perlu kita waspadai adalah mengenai topik ini, di mana nantinya AI akan “menghantam” banyak generasi dari berbagai usia. AI sendiri selama ini telah menyediakan dan bila kita tidak berhati-hati, dapat membuat kita menjadi sangat sibuk untuk berfokus pada apa yang berada di dalam dunia maya, sehingga kita tidak lagi dapat memperhatikan keadaan dari orang-orang yang berada di sekitar kita / dunia nyata.
Segala macam informasi bisa kita dapatkan, bahkan di tahun 2025 rencananya AI akan me-launching,
“The World Without Borders.”
Dunia tanpa batasan apa-apa, semua informasi di dalam dunia maya terbuka dengan lebar dan bisa kita akses dengan begitu mudahnya.
Jangan sampai hidup kita dikendalikan oleh AI, kitalah yang seharusnya mengendalikannya. Kita juga harus mempersiapkan generasi dari anak-anak kita untuk menghadapi hal ini, sebab bila tidak, mereka akan diserap masuk ke dalam dunia maya dengan begitu mudahnya.. dan bila mereka tidak siap dan tidak dapat berbijaksana di dalam menyikapi banyaknya info yang dengan mudahnya bisa mereka terima, maka hal tersebut dapat menuntun mereka pada dampak negatif dunia maya yang menurut artikel di Halodoc,
Pertama. Memicu kecemasan, kesedihan, dan depresi. Kedua. Tidak bisa mengatur waktu. Ketiga. Kurang tidur. Keempat. Isolasi sosial dan terputus dari hubungan keluarga dan teman-temannya di dunia nyata. Kelima. Memicu ketidakjujuran dan kebohongan. Keenam. Adanya perubahan hati ketika mereka harus berhenti menggunakan internet atau tidak dapat mengaksesnya, mereka menjadi murung atau jengkel, dan marah.
“Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” (Filipi 2:12-15).
Bekerjalah dengan keras (work out) atas apa yang sudah Tuhan taruh dan kerjakan di dalam hidup kita (work in). Tuhan Yesus sudah mati di atas kayu salib untuk mengorbankan diri-Nya dan bangkit pada hari yang ketiga bukan untuk nothing, tetapi agar kita dapat mengembangkan kehidupan Kristus bisa menjadi nyata di dalam hidup kita.
Itulah sebabnya kita perlu rajin dan melatih hidup kita dengan disiplin, melakukan segala sesuatu di dalam hidup ini dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan agar kita dapat,
“..tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,” (ayat 15).
Kita tidak akan pernah tahu ancaman seperti apa yang akan datang di masa depan, tetapi kita harus yakin dan percaya masih ada janji Tuhan yang sanggup untuk memberkati dan memelihara hidup kita, dan juga hidup anak-anak kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments