Catatan Khotbah: Bertumbuh & Berbuah. Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 6 Oktober 2024.
Mengapa proses Bertumbuh dan Berbuah merupakan hal yang sangat penting?
“Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Lukas 3:9).
Karena Tuhan ingin agar setiap kita tidak hanya mengalami pertumbuhan secara rohani saja, tetapi juga menjalani kehidupan yang menghasilkan buah. Ayat di atas begitu keras, karena Tuhan benar-benar ingin agar hidup anak-anakNya dapat berbuah. Selain itu, tujuan hidup kita menjadi seorang Kristen adalah menjadi garam dan terang dunia.
Firman Tuhan mengatakan,
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:13-16).
Seseorang bisa saja faithful / setia di dalam menjalankan berbagai ibadah dan pelayanan, tetapi juga harus disertai kehidupan yang fruitful / berbuah, yang dapat menghadirkan Kristus dan juga disertai dengan adanya transformasi kehidupan. Jadi tidak hanya sekadar menjalani aktivitas kerohanian saja, sebab kehidupan yang tidak menghasilkan buah bisa jadi merupakan tanda kematian rohani, ada sesuatu yang salah dengan pertumbuhan kerohanian kita.
Mengapa Tuhan ingin agar anak-anakNya berbuah? Karena setiap dari kita dipanggil untuk berbuah.
“Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Lukas 3:8a).
Kalau selama ini hidup kerohanian kita tidak pernah menghasilkan buah, apakah kita ini sudah sungguh-sungguh menjalani kehidupan yang benar dan yang sesuai dengan pertobatan? Apakah orang-orang di sekitar selama ini dapat melihat dan merasakan perubahan di dalam hidup kita?
Ada kesaksian seorang Ibu dari Shine MDC Surabaya, yang mengalami perubahan di dalam hidupnya. Bahkan perubahan ini dapat dirasakan dan dikenali oleh suaminya, sampai suaminya ini penasaran tentang apa saja yang sudah dipelajari, bahkan sampai ingin beribadah di gereja MDC Surabaya. Mengapa? Karena istrinya kini banyak memperkatakan dan menjalani hidup yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.
Apa artinya Bertumbuh & Berbuah?
Hal ini memiliki arti adanya perubahan hidup, bertumbuh dewasa secara rohani tidak hanya secara usia jasmani saja, dapat mewujudkan sifat dan karakter Kristus dengan menghasilkan buah Roh (Galatia 5:22-23), serta menghadirkan kehidupan Kristus di dalam dunia ini.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil tidak hanya untuk menjadi successful / sukses / berhasil saja, karena dengan menjalani kehidupan yang berbuah, kita juga menjalani kehidupan yang menjadikan kita useful / berguna.
Banyak gereja Tuhan selama ini kurang berfokus pada kehidupan yang berbuah, berkarakter, dan useful / berguna, padahal semuanya ini dapat menjadi pondasi / dasar dari kehidupan Kekristenan. Karisma memang dapat membawa kita pada puncak keberhasilan, tetapi hanya karakter yang membuat kita dapat bertahan di sana.
Sehingga yang menjadi pertanyaan sesungguhnya adalah, apakah dampak kesuksesan dari hidup orang tersebut? Apakah hidupnya sudah menghasilkan buah, yang “manisnya” dapat dirasakan orang-orang di sekitarnya?
John C. Maxwell pernah mengatakan kalau kita ingin mengetahui bagaimana karakter dari seseorang, berilah kepadanya banyak berkat, posisi, berbagai ketenaran, dan juga segala sesuatu yang luar biasa. Maka lambat laun akan terlihat bagaimana sifat aslinya yang sesungguhnya.
Sebab bangunan rumah yang besar tanpa didasari pondasi karakter teguh, maka bangunan itu dapat dikatakan berdiri di atas dasar yang rapuh.
Victor Hugo pernah mengatakan bila kita tidak berhati-hati dengan apa yang namanya prosperity / kemakmuran, maka hal tersebut dapat mengubah diri kita menjadi seorang “monster”. Kita dapat merasa diri paling hebat, paling unggul dari sesama kita, dan pada akhirnya semua dapat berbalik dan menghancurkan diri kita sendiri.
Mungkin kita merasa bahwa selama ini kita telah menjadi seseorang yang sangat sukses dan dapat menafkahi anggota keluarga kita. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,
Saat anak-anak kita kesepian dan membutuhkan kehadiran kita, apakah kita sudah ada buat mereka? Apakah kita mau menemani untuk mendengar berbagai kisah mereka, memberi semangat dan membangkitkan harapan, serta menjadi orang tua teladan bagi mereka?
“Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku!” (1 Korintus 4:15-16).
Kita tidak akan mungkin dapat berkata sama seperti yang dikatakan Paulus di ayat di atas, kalau hidup kita tidak mau menghasilkan buah.
Orang sukses itu banyak, tetapi tidak banyak yang hidupnya mau menghasilkan buah. Ketika kita memutuskan untuk mau bertumbuh secara rohani, menjalani kehidupan yang menghasilkan banyak buah yang memuliakan nama Tuhan, maka kuasa-Nya akan memampukan setiap kita untuk berkata “turutilah teladanku”, dan kita dapat menjadi berkat dan terang Kristus bagi sesama.
Semakin kita bertumbuh di dalam kedewasaan rohani, maka setiap masalah yang besar akan kita buat menjadi mengecil. Masalah yang kecil, bukan kita sepelekan, tetapi dengan kasih dan hikmat Tuhan yang pasti akan menuntun.. kita akan dimampukan untuk dapat membuat masalah tersebut memudar, bahkan menghilang.
Contohnya, sering kali di dalam keluarga terdapat banyak masalah yang pada mulanya berawal dari hal-hal sederhana dan sepele seperti, masalah pasta gigi, kita tidak mau menaruh sandal / sepatu di tempat yang seharusnya, dll. Bahkan ada seorang istri yang marah besar karena suaminya lebih mementingkan kebersihan mobil pribadinya daripada dirinya, bahkan suaminya ini membersihkan mobilnya sampai ke hal detail memakai cotton bud / gumpalan kapas kecil yang dilekatkan pada gagang kecil yang biasa digunakan untuk membersihkan telinga.
Kalau kita tidak mau bertumbuh dewasa secara rohani, maka masalah kecil dapat semakin membesar. Kedewasaaan rohani akan membuat perselisihan yang ada semakin berkurang.
Keadaan Manusia di Akhir Zaman.
“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.” (2 Timotius 3:1-4).
Mengapa di hari-hari terakhir dikatakan akan datang masa yang sukar? Karena keadaan manusianya seperti ayat 2-4 di atas. Bahkan ironisnya di ayat 5 dikatakan,
“Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!”
Secara lahiriah, mereka mungkin menjalankan ibadah seperti biasanya. Tetapi tidak ada perubahan hidup yang signifikan, dan hidupnya sama sekali tidak menghasilkan buah yang dapat memuliakan nama Tuhan. Kalau kita menjalani hidup seperti ayat di atas, bagaimana caranya hidup kita dapat menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar?
Demikian pula hubungan kita bersama orang tua, kalau selama ini kita tidak bisa menghormati dan mengasihi mereka.. bagaimana caranya hidup kita dapat menjadi kesaksian hidup bagi mereka? Bukankah setiap dari kita ini dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, yang rasa dan kehangatannya dapat dirasa serta menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar yang membutuhkan, termasuk juga bagi kedua orang tua kita.
Teladan Kehidupan yang Berbuah.
“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lukas 2:52).
Ayat di atas adalah contoh dari kehidupan Tuhan Yesus yang telah memberikan teladan bagi setiap kita untuk dapat mengikuti-Nya, untuk menjalani kehidupan yang manghasilkan buah. Ayat ini begitu luar biasa, sebab ayat ini ditulis sebelum Tuhan Yesus memperkenalkan Diri-Nya dengan berkhotbah, dan mengadakan banyak mukjizat. Banyak orang sayang dan hormat pada Tuhan Yesus karena kualitas hidup yang sudah diberikan-Nya benar-benar dapat menghasilkan buah, dan dapat menjadi berkat bagi sekitar-Nya.
Ada kisah seorang sahabat dari Pdt. Yeremia Rim, yang di mana sahabatnya ini adalah seorang yang diutus untuk menjadi misionaris di sebuah desa yang tertutup untuk pemberitaan Injil Kristus. Peraturan di desa tersebut sangatlah ketat, bila ketahuan ada seseorang yang telah memberitakan Injil, bahkan setelah mendengar ada yang meresponi dengan bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.. maka konsekuensinya adalah hukuman mati.
Sahabat dari Pdt. Yeremia Rim ini pergi ke tempat tersebut, tetapi hikmat Tuhan menuntunnya untuk menjadikan dirinya sebagai seorang teman bagi siapa saja yang berada di desa tersebut.
Sampai waktu penugasannya sudah selesai dan dirinya harus kembali ke Amerika, diceritakan bahwa rakyat seisi desa tersebut mengantar kepergian dari misionaris ini dengan menangis, karena mereka merasa telah kehilangan seorang sahabat yang luar biasa. Pada akhirnya, organisasi misi di mana misionaris ini bekerja memutuskan untuk memberikan beasiswa bagi setiap anak di desa, yang mau bersekolah di Amerika.
Setiap orang yang hidupnya telah disentuh oleh kebaikan misionaris ini setelah menyelesaikan beasiswanya di Amerika, banyak yang bertobat dan menyerahkan hidupnya pada Kristus.
The messenger is not as important as the message. Kehidupan sang pembawa pesan dari pemberitaan Injil, harus menjadi berita Injil itu sendiri. Apakah orang-orang di sekitar dapat melihat perwujudan kasih Bapa di Surga, melalui hidup kita? Ini yang menjadi pertanyaan besarnya.
Bagaimana hidup kita bisa berbuah?
Pertama. Kita dapat berbuah jika kita tinggal di dalam Kristus.
“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:1-3).
Kita tidak mungkin menjadikan diri kita sebagai seorang manusia rohani yang berbuah, bila kita tidak mau tinggal di dalam Kristus. Kalau kita mau tinggal di dalam Kristus, maka yang kita hadirkan adalah kehidupan Kristus itu sendiri.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:4-5).
Untuk tinggal di dalam Kristus, sangatlah penting untuk memiliki keterbukaan di hadapan-Nya. Datanglah pada Tuhan dengan apa adanya, bukan ada apanya. Banyak orang hidupnya tidak dapat mengalami transformasi, karena selama ini tidak mau terbuka dan jujur kepada-Nya.
Semenjak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, manusia memiliki banyak lapisan untuk mengutarakan pembelaan pribadinya sebagai alasan dirinya untuk menutupi berbagai dosanya. Manusia memiliki dan berusaha untuk mengutarakan pembenaran pribadi, ketika Tuhan menunjukkan di bagian mana kita harus bertobat dan meninggalkan dosa-dosa kita.
Ketika Tuhan bertanya pada Adam,
“Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” (Kejadian 3:11).
Bukannya menjawab “Iblis yang memberitahukan” dan berkata pada-Nya “Ya, Adam memakannya”, Adam malah menjawab,
“Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” (ayat 12).
Pdt. Damaris pernah mengatakan bahwa kita tidak akan pernah tahu betapa dalamnya hati manusia. Itulah sebabnya bila jatuh ke dalam dosa, kalau hal tersebut tidak disingkapkan Tuhan kepada kita, maka kita tidak akan pernah tahu betapa banyaknya keburukan yang ada di dalam hati kita. Karena itu, begitu pentingnya bagi kita untuk selalu memiliki keterbukaan di hadapan Tuhan, mengizinkan Dia untuk mengoreksi hati dan hidup kita, agar kita mau bertobat dan meninggalkan dosa-dosa yang pernah kita buat selama ini.
Kita juga tidak lagi memiliki pembelaan diri sendiri, yang berusaha menutupi dan membenarkan diri dari segala dosa yang kita perbuat selama ini.
Contohnya. Ada seseorang yang disuap lima ratus ribu rupiah, pada mulanya dirinya menolak mentah-mentah disertai dengan marah yang luar biasa. Bagaimana bila angka nol ditambah satu, menjadi lima juta rupiah? Mungkin masih bisa menolak, hanya sekarang marahnya berkurang sedikit. Bila ditambah nolnya satu lagi menjadi lima puluh juta rupiah, kata-katanya bisa berubah menjadi “tidak perlu sampai seperti itu.”
Bila ditambah nolnya satu lagi menjadi lima ratus juta rupiah, kata-katanya bisa berubah menjadi “sebenarnya seperti ini tidak perlu, karena..” Bila ditambah nolnya satu lagi dan sekarang jumlahnya berubah menjadi lima milyar rupiah, kata-katanya bisa jadi akan berubah menjadi “baiklah, bisa kita bicarakan dan atur lebih lanjut..”
Melalui kisah di atas kita bisa melihat bahwa ada roh korupsi yang bekerja di dalamnya. Semua hanya menunggu waktu dan jumlah yang tepat saja. Padahal firman Tuhan mengatakan,
“Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” (Matius 5:37).
Kita bisa belajar juga dari perkataan dan sikap Yusuf yang menolak rayuan istri Potifar,
“Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku, bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” (Kejadian 39:8-9).
Semuanya ini dapat terjadi ketika Yusuf mau terbuka di hadapan Tuhan, dan kuasa-Nya itu yang terus mentransformasi hidupnya, mengubah apa yang berada di dalam hidup Yusuf terlebih dahulu, baru setelah itu mengubah hidupnya.
Kita dapat berbuah, semuanya bukan karena usaha dan kekuatan kita semata, tetapi ketika kita mau taat pada firman-Nya dan terus membuka diri di hadapan Tuhan, maka kuasa-Nya yang akan turun dan memampukan setiap kita untuk menjalani kehidupan yang memuliakan nama-Nya.
Semakin dalam kita berakar di dalam Kristus dan juga di dalam firman-Nya / Alkitab, maka semakin tinggi pula kita akan dibawa untuk bertumbuh di dalam Tuhan dan juga anugerah-Nya.
Kedua. Kita dapat berbuah, jika kita hidup di dalam ketaatan pada kebenaran firman-Nya / Alkitab.
“Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.” (1 Petrus 1:22).
Semakin kita mau taat pada Tuhan dan pada kebenaran firman-Nya di dalam Alkitab, maka semakin kita akan menenun karakter Kristus di dalam hidup kita. Kalau kita tidak mau taat pada kebenaran firman-Nya, kita tetap akan menjadi diri kita sendiri. Tetapi bila kita mau taat, maka hidup kita akan terus ditenun dan dibentuk agar dapat menggenapi semua rencana-Nya yang mulia, yang telah ditetapkan-Nya dari semula.
Di dalam setiap ketaatan-ketaatan kecil yang kita lakukan dengan setia di setiap harinya, maka hal itulah yang akan menentukan sejauh apa kemenangan yang dapat kita raih di dalam hidup ini. Di dalam setiap ketaatan kita pada perintah-Nya, kuasa Tuhan yang nantinya akan mengubah kita untuk dapat menjadi seseorang yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya.
Ketiga. Kita dapat berbuah, jika hidup kita mau untuk diproses-Nya.
“Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:10).
Tinggal dan berakar di dalam Kristus, hidup dan bertumbuh di dalam ketaatan pada setiap perintah Tuhan di dalam firman-Nya, di tahap yang ketiga ini kita akan berbuah jika hidup kita mau diproses dan dibersihkan dari segala pencemaran rohani.
Arti dari “senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami” berbicara tentang manusia lama kita yang telah turut disalibkan supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa (Roma 6:6).
Ada kisah seorang suami yang jahat dan semena-mena kepada istrinya, hingga pada suatu hari istrinya ini terkena kanker dan meninggal dunia. Barulah setelah itu suaminya ini menyadari bahwa dirinya tidak kehilangan harta, tetapi seorang pribadi yang paling berharga di dalam hidupnya. Dengan momen istrinya yang meninggal dunia ini telah membawa dirinya pada pertobatan yang sungguh di dalam Kristus, hidupnya benar-benar berubah, dan dirinya memutuskan untuk melayani di gereja kecil di daerah rumahnya.
Bapak gembalanya melihat bagaimana perubahan yang tampak signifikan dari pria ini yang semakin bertumbuh dewasa secara rohani, semakin dalam mencintai Tuhan, dan semakin giat di dalam melayani-Nya. Sampai pada suatu hari bapak gembala ini mendoakan dan mengharapkan yang terbaik, serta mengatakan bahwa berbahagialah perempuan yang menikah dan dapat menggantikan posisi istrinya yang telah meninggal dunia.
Singkat cerita, pria ini bertemu dan akhirnya menikah dengan seorang perempuan yang hidupnya hancur akibat dari broken family. Tetapi pria ini begitu sabar dan mengasihi istrinya, hingga pada suatu hari pria ini dipanggil Tuhan / meninggal dunia. Istrinya memberikan beberapa pesan di ibadah penghiburan suaminya,
“Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya hidup saya, bila saya tidak bertemu dengan suami saya dan menikah dengannya. Melalui kehidupan suami saya, justru saya dapat bertemu dengan Kristus yang berada di dalam hidupnya, dan Kristus yang ada di dalam hidupnya itu telah mengubah dan memulihkan hidup saya, serta memberikan kerinduan mendalam di hati saya untuk mengasihi dan melayani-Nya dengan lebih sungguh.
Dengan kekuatan Tuhan yang terus memampukan, saya akan tetap setia mengiring Tuhan dan melanjutkan pelayanan suami saya, hingga hari di mana saya akan dipanggil Tuhan pulang, dan saya dapat bertemu dengan suami saya di dalam kekekalan Surga kelak. Saya akan berterima kasih kepadanya karena dirinya telah memperkenalkan Kristus melalui hidupnya, bagi saya.”
Kisah di atas adalah kisah dari kehidupan seseorang yang telah ditransformasi oleh Tuhan dan juga kuasa-Nya agar dapat menjadi useful / bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Dunia tidak dapat melihat Kristus, dunia hanya dapat melihat Kristus melalui bagaimana kehidupan sehari-hari dari gereja-Nya. Mari bertumbuh dan berbuah.
Karakter anak-anak Tuhan.
Ditulis oleh Bill Britton, yang merupakan ayah rohani dari Pdt. Yeremia Rim..
Mampu disakiti tanpa kepahitan. Mampu memiliki sedikit tanpa mengomel. Mampu memiliki banyak tanpa rakus. Mengasihi tanpa menuntut imbalan. Mampu diabaikan tanpa mengasihi diri sendiri. Mampu mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan berikan. Mampu hidup kudus dalam dunia yang penuh dengan pencobaan. Mampu melihat kesalahan orang lain tanpa mengkritik. Mampu rendah hati waktu disanjung. Mampu menghadapi kesulitan dan tuduhan yang salah tanpa membela diri.
Semuanya ini tidak akan bisa dimunculkan bila Kristus tidak tinggal di dalam hidup kita, dan tidak dimunculkan melalui hidup kita. Biarlah kita terus dimampukan oleh Tuhan dan juga kuasa-Nya, untuk dapat menjadi orang-orang yang useful / berguna, dan terus berbuah lebat bagi kerajaan Allah.
Jangan pernah mengesampingkan dan menganggap remeh kehidupan rohani yang harus kita bangun di setiap harinya di dalam doa, dan juga melalui pembacaan firman-Nya di dalam Alkitab.. karena Tuhan Yesus sudah mati menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib dan Dia sudah bangkit dari kematian untuk mengalahkan kuasa maut yang selama ini telah mencengkeram erat kehidupan kita.
Jangan pernah berhenti untuk terus bertumbuh dewasa secara rohani, dan tetaplah setia melayani di dalam pekerjaan Tuhan. Biarlah perubahan hidup kita dapat dilihat dan dirasakan oleh orang-orang yang berada di sekitar kita. Tuhan dan kuasa-Nya yang akan terus memampukan setiap kita untuk menjadi, dan menggenapi rencana-Nya yang mulia, yang telah ditetapkan bagi setiap kita.
Tidak hanya di area kesuksesan saja, tetapi kita terus dimampukan Tuhan untuk dapat menjadi orang-orang yang useful / bermanfaat, menjadi berkat dan terang Kristus, serta menjadi garam dan terang Kristus, bagi dunia yang terhilang ini.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Commentaires