Catatan Khotbah: “7 Pilar Doa Efektif”. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Andreas Rahardjo di Ibadah Minggu pada Tgl. 30 April 2023..
Doa adalah sesuatu yang harus selalu dikumandangkan, karena doa merupakan sumber dari kehidupan kerohanian. Kita bisa saja sibuk dalam melayani, berkhotbah, dan juga berbagai aktivitas lainnya.. tetapi bila semuanya itu tidak dimulai dan ditopang dengan doa, maka segala sesuatu akan menjadi hal yang jauh berbeda. Kalau kita tidak pernah berdoa, maka lambat laun kerohanian kita menjadi mati. Melalui doa, kita dapat mengenal dan membina hubungan lebih karib lagi bersama dengan-Nya.
“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14-16).
Ayat di atas mengatakan bahwa kita adalah terang dunia. Dan kata “terang” itu sendiri berbicara tentang kehidupan spiritualitas / kerohanian. Pada waktu kita karib dalam doa dan mengenal pribadi Yesus lebih dalam lagi, maka Dia yang akan menjadi Sumber Terang yang akan menerangi hidup kita dan sesama, serta memampukan kita untuk dapat membagikan nilai-nilai kebenaran pada sekitar. Kita telah dipanggil untuk menjadi terang-Nya, karena tidak ada nilai-nilai kebenaran firman Tuhan yang diterapkan di dalam dunia ini.
Dan ketika kita karib bersama-Nya, maka cara berpikir kita akan diubah, iman pun dapat semakin bertambah dalam. Seseorang yang memiliki kehidupan doa yang karib dengan-Nya adalah seseorang yang serius dengan hidup kekristenannya. Rumah Tuhan harus menjadi Rumah Doa bagi segala bangsa, dan hal ini harus dimulai dari dalam pribadi kita terlebih dahulu.
7 Pilar yang membuat Doa menjadi Efektif.
Pertama. Ketidakberdayaan.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5).
Doa adalah relasi yang kita jalin bersama-Nya. Banyak orang menjadikan doa hanya sebagai variasi di dalam hidupnya, tetapi doa harus dilandaskan seperti sikap seorang anak yang datang dan membutuhkan pertolongan ayahnya. Sikap seorang anak yang benar-benar mengandalkan pertolongan dari ayahnya. Hal yang sama ketika kita berdoa, kita mau mengakui bahwa kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa penyertaan dan pertolongan dari-Nya. Sama seperti ayat di atas yang mengatakan bahwa di luar Dia, kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Daud menjadi seorang pemazmur yang luar biasa karena ketika dia masuk ke dalam hadirat-Nya dan berhadapan dengan-Nya, sekalipun Daud adalah seorang raja yang besar, dia menjadi nothing / bukan siapa-siapa di hadapan-Nya.
When we become nothing, God become everything in our life. Ketika kita menjadi bukan siapa-siapa, maka Tuhan yang akan berubah menjadi segalanya dalam hidup kita.
Milikilah spirit kerendahan hati. Ucapan Bahagia di atas bukit di dalam Matius 5, Tuhan Yesus memulainya dengan perkataan,
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (ayat 3).
Kata “miskin” di atas berbicara tentang sikap kita yang merasa tidak ada apa-apanya ketika kita berhadapan dengan-Nya. Kita membutuhkan pertolongan-Nya dan mengakui ketidakberdayaan kita di dalam doa, dan Dia yang akan bergerak melalui doa-doa kita. Menyadari bahwa kita hanyalah,
Seorang berdosa yang diselamatkan hanya karena anugerah Tuhan, dan Dia yang bekerja melalui hidup kita dengan luar biasa.
Seseorang yang keras hati tidak mau dan tidak bisa untuk berdoa, karena terlalu tinggi hatinya. Karena itu, doa adalah rahasia yang luar biasa bagi orang-orang yang memiliki kerendahan hati karena menyadari bahwa tidak ada lagi yang dapat diandalkan selain dari Pribadi-Nya.
Kedua. Memuliakan Nama Tuhan.
“Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” (Yakobus 4:3).
Setiap dari kita memiliki ego, dan setiap ego memiliki keinginannya tersendiri. Karena itu berhati-hatilah dengan keinginan yang berasal dari ego, karena tidaklah mudah untuk berdoa..
“Semua hanyalah untuk mendatangkan kemuliaan bagi nama Tuhan”.
Marilah menyalibkan keegoisan kita dan memiliki motivasi hati yang murni agar doa yang kita naikkan tersebut benar-benar semuanya mendatangkan kemuliaan hanya bagi nama-Nya. Setiap doa yang dinaikkan selalu ada motivasinya. Manusia memang tidak dapat melihatnya, tetapi Tuhan dapat.
Ada kisah seorang ibu dari grup paduan suara yang mengajak rekan-rekannya yang bergabung di dalam paduan suara tersebut untuk menyumbang uang bagi seorang mahasiswa yang baru saja ayahnya meninggal dunia, sehingga terancam di-dropout dari tempat kuliahnya, dan juga tidak bisa membayar uang kos yang ditempati. Rekan-rekannya merasa terharu dan bertanya apakah ibu ini anggota keluarganya, atau kerabat jauhnya? Tetapi ibu ini berkata tidak pada semua pertanyaan, dan menjelaskan bahwa dia hanyalah ibu pemilik kos dari yang ditempati mahasiswa tersebut.
Jadi, ibu ini memiliki motivasi agar nantinya setelah mahasiswa tersebut mendapat uang, mahasiswa tersebut dapat membayar uang kos dan juga melanjutkan sewa selanjutnya.
Ketiga. Kerajinan.
“Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.” (Amsal 13:4).
Tuhan membenci kemalasan tetapi memberkati orang-orang yang rajin. Jangan sampai doa hanya dijadikan alasan untuk menggantikan kerajinan kita, dan kita lalu hidup santai. Tetap kita harus melakukan bagian yang masih mungkin kita dapat mengerjakannya, dan yang tidak mungkin biar Tuhan yang mengerjakannya.
Banyak orang beranggapan bahwa “bekerja keras” adalah sebagai hasil “hukuman” dari manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Tetapi jangan pernah lupakan bahwa sebelum manusia pertama jatuh ke dalam dosa,
“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kejadian 2:15).
Kalau kita masih dapat bekerja, maka hal itu adalah berkat yang datangnya dari Tuhan. Marilah belajar untuk menjadi seorang yang rajin. Tidak ada orang yang bodoh, asal dirinya mau rajin dan bekerja keras. Tuhan sudah banyak memberikan hal yang luar biasa selama ini di dalam hidup kita, tetapi masalahnya adalah apakah kita ini mau rajin untuk terus mengembangkannya? Ketika kita taat dan mau mengembangkan, selebihnya kita dapat meminta Tuhan untuk menyempurnakannya.
Keempat. Iman.
“Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.” (Yudas 1:20).
“Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” (Yakobus 5:15).
Doa bukan hanya sekadar memberikan berbagai laporan, tetapi juga harus diyakini dengan iman bahwa Tuhan akan melakukan perkara yang luar biasa di dalam hidup kita. Iman kita kepada Tuhan dapat mengembangkan hidup kita.
Ada cerita seorang profesor yang berkendara, dan ketika dirinya sejenak berhenti di persimpangan jalan, dia melihat ada seorang anak muda yang bergegas bekerja, dan membersihkan jendela mobilnya. Karena di saku bajunya hanya terdapat US$ 20, maka diberikannya uang tersebut sebagai pengganti jasanya. Tetapi anak tersebut menolaknya dan bertanya apakah profesor tersebut berasal dari Amerika, karena melihat uang Dolar yang sudah disodorkannya barusan.
Anak muda tersebut bertanya banyak tempat kuliah di Amerika, dan profesor tersebut tertegun karena melihat anak muda ini sangat sopan dan baik sikapnya, serta memiliki semangat untuk belajar. Lebih lanjut ditanya bahwa anak muda ini masih berusia enam belas tahun, dan sudah menyelesaikan sekolahnya dengan waktu yang singkat. Tetapi anak muda ini memiliki cita-cita untuk dapat berkuliah di Amerika.
Dan lalu profesor tersebut berusaha membantu anak muda tersebut untuk mencarikan tempat kuliah di Amerika yang mau memberinya beasiswa. Dan selama enam bulan, ada satu universitas yang mau menerimanya. Dan dua tahun berikutnya, kisah anak ini masuk ke dalam New York Times dan diangkat sebagai pakar teknologi dan dosen termuda. Saat pulang ke negara asalnya, anak muda ini mencari rumah profesornya, dan kembali mencuci kaca jendela dari mobil milik profesor tersebut. Ketika ditanya mengapa melakukan hal tersebut padahal sudah menjadi seorang hebat, dirinya menjawab,
“Saya mencuci kembali jendela mobil, agar saya selalu mengingat dari mana saya berasal.”
Dari persimpangan jalan, dirinya sampai ke Harvard University.
Tuhan memiliki rencana yang luar biasa bagi setiap kita. Dare to dream a big dream, karena kita memiliki Allah yang luar biasa. Iman kita kepada Tuhan memberi ruang untuk Dia bergerak dan mengadakan mukjizat dalam hidup kita. Dari mana kita berasal? Dan hidup kita mau dibawa ke mana? Enlarge your life. Biarlah hidup kita terus dikembangkan untuk kemuliaan-Nya. Waktu Dia melihat iman, Dia yang akan bekerja.
“Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!"” (Markus 2:2b-5).
Tuhan melihat hati dan iman kita. Milikilah iman yang besar, Tuhan masih sanggup menjawab berbagai permohonan doa kita sesuai dengan kehendak-Nya yang terbaik bagi diri kita.
Kelima. Ucapan Syukur.
“dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.” (Mazmur 37:4).
Tuhan membenci omelan, Alkitab mencatat gara-gara bangsa Israel suka mengomel dan menggerutu, mereka dibinasakan. Ayat di atas mengajar kita bahwa kita bergembira karena Pribadi Tuhan, bukan karena berkat-Nya. Kita bangga dan bergembira bahwa Dia adalah Allah yang Mahakuasa, Mahakasih, luar biasa, dan Dia mengasihi setiap kita.
Hana. Kita semua sudah hafal dengan kisahnya. Hatinya begitu pahit karena: Tidak memiliki anak (zaman dahulu dianggap aib), suaminya mengambil Penina sebagai istri keduanya, Penina memiliki anak sedangkan Hana tidak, Penina selalu menyakiti hatinya, saat menangis dan tidak mau makan Hana pergi ke bait suci Tuhan dan menyangkanya mabuk (1 Samuel 1:1-17).
Tetapi ketika Hana mau mengubah sikapnya,
“..Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.” (ayat 18b).
Lebih lanjut dikatakan,
“..Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya. Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."” (ayat 19b-20).
Ketika Hana mau makan dan mukanya tidak menjadi muram lagi, dirinya mau melayani suaminya dengan baik, relasinya dengan sesama juga diperbaiki.. maka dikatakan bahwa TUHAN itu ingat kepadanya. Dan Dia memberikan anak yang dinamakan Samuel, seorang nabi pertama yang nantinya akan mengurapi Saul sebagai raja pertama atas Israel. Dan Tuhan mengubah sejarah bangsa Israel melalui keberadaan Samuel. Bagi Hana, masalahnya hanya sebatas tidak memiliki anak. Tetapi di baliknya, Tuhan masih memiliki rencana yang besar.
Setiap masalah yang diizinkan-Nya terjadi, yang harus kita hadapi, masih ada rencana Allah yang luar biasa. Jadikan doa itu efektif, apa pun yang dialami, tetaplah belajar mengucap syukur.
Kalau tempat landing pesawatnya Tuhan itu jalannya dipenuhi dengan “paku kepahitan” hidup, maka pesawatnya Tuhan itu tidak akan berani untuk landing dikarenakan takut ban pesawatnya menjadi gembos.
Keenam. Pantang Menyerah.
“Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” (Lukas 18:1).
Melalui ayat di atas dituliskan bahwa Yesus menegaskan, bahkan mengulangi kata untuk “selalu berdoa”, ditambahi “dengan tidak jemu-jemu”. Ada kata persistence / ketekunan. Apakah selama ini yang didoakan masih belum dijawab-Nya? Teruslah berdoa. Tuhan menghargai ketekunan kita dalam berdoa, dan Dia yang akan memberikan jawaban terbaik-Nya.
Ada kisah mengenai seorang istri yang konseling dengan seorang hamba Tuhan mengenai betapa jahat sikap dari suaminya, bahkan dikatakan jahatnya sedunia, dan mungkin sudah ditakdirkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan ketika ditanya sudah berapa lama istrinya berdoa agar Tuhan menjamah suaminya.. istrinya menjawab dirinya baru berdoa selama empat hari.
No pain no gain. Teruslah berdoa, karena nantinya kita akan melihat jawaban doa terbaik dari-Nya. Sama seperti pohon yang membutuhkan waktu bermacam-macam untuk usia bertumbuhnya. Untuk kecambah, mungkin hanya membutuhkan waktu sekitar dua sampai enam hari. Tetapi bagaimana dengan pohon beringin? Bisa-bisa membutuhkan waktu ratusan tahun, yang tidak sama dengan kecambah.
Smith Wigglesworth pernah mengatakan bahwa ukuran iman setiap orang itu bermacam-macam. Kalau dibangun dari doa yang kecil, maka akan menghasilkan iman yang kecil. Tetapi kalau dibangun dari doa yang terus-menerus, bukan sekadar doa makan harian, maka imannya akan bertumbuh semakin besar. Imannya akan bertumbuh besar sama seperti keuletan dan ketangguhan kita untuk terus berdoa.
Tetaplah berdoa dengan tekun bagi keluarga, anak-anak, pekerjaan, dan setiap aspek di dalam hidup kita. Pada waktu terbaik-Nya, Dia akan menjawabnya bagi setiap kita. Amin.
Ketujuh. Kebersamaan.
“Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 18:19).
Tuhan itu senang bila ada spirit of togetherness. Ketika para murid meminta untuk diajari doa Bapa Kami, mereka melihat ada relevansi antara doa yang dibangun Yesus di setiap paginya dengan kehidupan-Nya. Dan di doa tersebut dikatakan “Bapa kami..” bukan “Bapaku..”
Doa pribadi memanglah penting, tetapi marilah memperkuat setiap doa pribadi kita dengan doa bersama. Nantinya, doa bersama akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
“Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” (Yohanes 16:24).
Apa pun yang kita minta, biarlah itu lahir dari doa-doa yang kita bangun di setiap hari bersama-Nya. Memang akan datang masa-masa yang sulit, tetapi asal Tuhan menjawab doa-doa kita, maka kita akan melalui tahun-tahun kita bersama dengan kemenangan yang Dia berikan di dalam hidup setiap kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments