top of page

Agus Lianto - Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!

Catatan Khotbah: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Doa Malam pada Tgl. 2 Mei 2023..


Ayat Bacaan: Markus 10:46-52.


Kalau berbicara tentang mukjizat yang pernah dilakukan Tuhan Yesus selama pelayanan-Nya di atas muka bumi ini, maka sangatlah banyak dan tak dapat dihitung dengan jari kita. Bahkan firman Tuhan mengatakan,


“Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” (Yohanes 21:25).


Tetapi bila ada kisah yang sampai ditulis di dalam Alkitab, berarti kisah tersebut adalah hal yang sangat penting dan signifikan, di mana Tuhan mau agar kita dapat belajar darinya.


Melalui pembacaan ayat firman Tuhan di atas, hal apakah yang membuat Bartimeus berteriak dan memohon belas kasihan dari Yesus, bahkan ketika banyak orang menegurnya supaya diam, semakin keras dirinya malah semakin berteriak? Hal apakah yang membuat kisah ini berbeda dari kisah lainnya di dalam Alkitab?


Kira-kira satu minggu sebelum Tuhan Yesus disalibkan, Dia terang-terangan dan tidak lagi menyembunyikan identitas jati diri-Nya. Dia telah menjadi sosok penting dan begitu dihormati di mana-mana. Tetapi ketika Dia bertanya,


"Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" (ayat 51).

Dia mau menempatkan diri-Nya sebagai “seorang pelayan” bagi Bartimeus. Sebuah pertanyaan yang begitu menyentuh hati, Pencipta dari alam semesta ini bertanya pada ciptaan-Nya, dan Dia mau melakukan apa yang kita kehendaki.


Harapan untuk Melihat.


Yang membuat Bartimeus berteriak semakin keras adalah dirinya memiliki harapan yang begitu besar untuk dapat melihat. Memang Alkitab tidak menceritakan pada kita apakah dirinya ini sudah buta sejak lahir, atau pada mulanya dapat melihat dan ada sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Tetapi satu hal yang pasti dari kebutaannya ini, Bartimeus telah mendapatkan banyak uang. Dan bisa saja hal ini telah membuatnya nyaman dan tidak mau memperjuangkan apa-apa lagi.


Manusia dibentuk dari habit / kebiasaan yang sering dilakukannya. Bisa jadi seorang pengemis disuruh berhenti dari kebiasaannya belum tentu mau, karena sudah terbiasa dan nyaman, tidak perlu bekerja keras tetapi bisa mendapat banyak uang dengan begitu mudahnya. Bisa jadi seorang yang mengalami kebutaan tidak benar-benar ingin dapat melihat kembali, karena ketika dirinya bisa melihat, maka minggu-minggu pertama harus mengadakan banyak penyesuaian.


Persepsinya memandang dunia selama ini pastinya akan berubah, karena selama ini dirinya hanya melihat gelap, dan sekarang dapat melihat terang lengkap dengan realita hidup yang tak dapat diduga sebelumnya. Bartimeus juga tahu dengan pasti ketika dirinya nanti dapat melihat, maka dia akan kehilangan pekerjaannya yang selama ini begitu nyaman. Tetapi Bartimeus berharap dengan begitu kuat, sehingga dia berteriak begitu kerasnya pada Yesus.


Buta saat Melihat.


Bagi kita yang dapat melihat, ada beberapa sisi dari hidup kita yang bisa jadi telah “mengalami kebutaan” dan tidak lagi dapat melihat dengan jelas apa rencana Tuhan yang terbaik bagi diri kita. Hal itu terjadi mungkin saja dikarenakan ada beberapa peristiwa yang mengecewakan, atau beberapa hal yang membuat kita malas untuk ribut dengan sesama, sehingga kita pada akhirnya “menutup mata” atasnya.


Ada dua hal yang dapat menggelapkan / membutakan pandangan mata kita.


Pertama. Mamon.


“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Matius 6:24).


Mengapa Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita tidak dapat mengabdi pada Allah dan Mamon? Karena Mamon membuat arah pandang mata kita tidak dapat berfokus hanya pada Tuhan. Selain itu, ada banyak hal dalam pekerjaan yang mungkin saja membuat kita “menutup mata,” kalau tidak demikian maka kita tidak akan bisa mendapat uang / keuntungan. Tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah,


Kalau kita berjumpa dengan Tuhan Yesus pada saat ini, kira-kira apakah Dia akan memuji atau marah dengan cara kerja kita selama ini? Apakah Dia bersukacita? Atau justru malah bersedih?


Mungkin apa yang terjadi pada kita selama ini bukanlah tentang kita yang mengalami proses dari Tuhan, tetapi bisa jadi karena mata kita sedang “tertutup”. Semakin banyak uang yang dipertaruhkan di dalam pekerjaan kita, bisa jadi mata kita akan semakin tertutup.


Ibarat kita sedang masuk ke dalam ruangan yang besar dan bercahaya, kita sebenarnya bisa melihat apa saja yang sedang terjadi dan letak posisi dari barang-barang tertentu, karena mata rohani kita terbuka. Tetapi bila hari-hari ini kita mengalami kekosongan hati, gelisah berkepanjangan, konflik dengan diri sendiri dan sesama.. hal itu terjadi mungkin karena mata kita sedang tertutup. Seandainya mata kita mau melihat, maka kita akan dimampukan untuk dapat melihat dan memahami rencana Allah yang terbaik sedang terjadi di dalam hidup kita.


Bartimeus selama ini sudah nyaman, bahkan harta kekayaan yang telah dikumpulkannya selama ini bisa jadi lebih banyak jumlahnya dari yang dikumpulkan oleh orang-orang yang dapat melihat. Dengan “menutup mata”, mungkin dapat membuat kita lebih banyak mendapat keuntungan. Tetapi yang menjadi pertanyaannya, apakah kita masih berharap pada-Nya?


"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (Markus 10:47).

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (Yohanes 1:4).

Dikatakan di ayat di atas bahwa di dalam Kristus ada hidup, dan di dalam Dia tak ada kegelapan. Dan bila “hidup itu adalah terang manusia”, maka setiap kita dipanggil untuk menjadi terang-Nya. Tetapi tak sedikit dari kita yang sudah terbiasa hidup dalam kebutaan rohani. Dan bila kita tidak berhati-hati mengenai the way we see money, maka uang / kekayaan dapat membuat mata rohani kita rusak, dan bahkan kita mengalami kebutaan rohani, tidak bisa lagi melihat rencana Allah yang terbaik bagi setiap kita.


Kedua. Membenci Saudara.


“Tetapi barangsiapa membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan itu telah membutakan matanya.” (1 Yohanes 2:11).


Kebutaan rohani bisa saja terjadi karena adanya “luka” dari sesama, mengalami kekecewaan karena Tuhan tak kunjung menjawab doa, dan menerima perlakuan menyakitkan dari sesama.. semuanya ini membuat kita kehilangan harapan, tidak berani lagi untuk berharap sepenuhnya pada Tuhan, dan pada akhirnya membutakan mata rohani kita. Kita disakiti sesama, dan akhirnya “menutup mata” terhadapnya.


Tetapi kebencian terhadap seseorang tidak selalu bersifat “menyerang”, bisa juga kita menarik diri dan tidak mau peduli lagi terhadap keadaannya. Kita tidak mau peduli lagi apakah seseorang itu hidup / mati, dan sikap ini yang nantinya akan membutakan mata kita terhadap kelemahan yang dimiliki. Bagaimanapun juga, hidup kita tidak didesain untuk berjalan dengan mata tertutup, baik hal itu tertutup secara fisik ataupun rohani. Bartimeus memang buta, tetapi dirinya memiliki visi agar dapat melihat. Dan visi ini yang membuat Bartimeus berteriak mati-matian, meminta Yesus agar dirinya dapat melihat.


Tak banyak dari kita yang ingin “dapat melihat”. Mungkin apa yang selama ini berada di dalam pikiran kita asal bisa bertahan hidup, cukuplah sudah. Kalau misal kita dapat melihat, maka ada banyak hal yang nantinya menakutkan dan membuat diri kita cemas menghadapinya.


Melihat dengan Kacamata Kasih.


Kalau hari ini Tuhan Yesus datang dan bertanya, apa yang kita minta? Mintalah agar mata rohani kita dapat melihat dengan lebih jelas lagi atas setiap rencana-Nya, dan Dia mengubah seluruh hidup kita. Memampukan kita untuk dapat melihat keberadaan orang-orang di sekitar dengan kacamata kasih. Di dalam diri setiap orang, sekalipun orang tersebut sudah menyakiti kita sedemikian rupa, tetap mereka memiliki rencana Allah yang luar biasa dalam hidupnya.


“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” (2 Korintus 4:16).

Tantangan hidup yang perlu kita perhatikan di usia dua puluh tahunan adalah nafsu, usia tiga puluh sampai akhir empat puluh tahunan adalah ambisi dan kesombongan, dan usia empat puluh tahun ke atas adalah prasangka. Semakin bertambah usia, maka semakin banyak sudut pandang kita yang menyempit dan tertutup. Kita cukup merasa dengan asal hidup enak, mendapat cukup keuntungan, hidup tidak mengganggu dan tidak diganggu orang, bisa menikmati hidup.. maka tanpa disadari kita mulai masuk setahap demi setahap, sehingga kita mengalami kebutaan rohani, dan tidak lagi bisa berdoa.


Tetapi marilah meminta agar Dia terus memampukan kita untuk dapat mengasihi sesama, sama seperti Allah mengasihi. Bagaimana kita dapat membenci, padahal Allah begitu mengasihi mereka? Mengapa kita disuruh mengasihi? Karena Allah juga mengasihi hidup mereka. Tuhan Yesus juga sudah mati untuk menebus dosa mereka. Satu perjumpaan dengan Bartimeus mungkin hanyalah perjumpaan sambil lalu, tetapi hal itu sangatlah berarti.


Berdoalah agar mata rohani kita dapat dibuka lebar-lebar. Kebohongan mungkin dapat menjadi “penolong” dalam kesesakan, tetapi pada akhirnya hal itu dapat membutakan mata rohani kita. Mintalah selalu hikmat dan tuntunan dari Tuhan, dan jangan bertindak bodoh. Jangan pernah membenci seseorang.


Sikap menarik diri seharusnya dapat dipertimbangkan bersama untuk mengajak berkomunikasi. Bagaimanapun juga, sikap menarik diri ini sudah menyakiti hati Tuhan, karena Dia sendiri adalah Tuhan yang penuh kasih. Kita tidak merasa apa-apa karena kita “buta rohani”. Kalau mata kita mau terbuka, maka bisa jadi kita akan melihat hal-hal yang dirasa menyakitkan.


Meminta seperti Bartimeus.


Marilah mengikut Yesus dengan hati nurani yang murni. Kenyataan hidup memang terkadang menyakitkan untuk dilihat dengan jelas. Baik hal itu berupa konflik tidak selesai-selesai, stres berkepanjangan, doa yang dijawab tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, apa yang terjadi diizinkan tidak sesuai dengan janji-Nya.. Bagaimanapun juga, Tuhan masih memiliki rencana dan kehendak terbaik-Nya.


Marilah meminta visi dari-Nya, apa pun keadaan yang sedang kita alami. Harapan tetap berada di dalam Kristus, karena di dalam-Nya ada terang. Mungkin selama ini hidup kita telah diizinkan melihat hal-hal yang sifatnya mengecewakan. Tetapi tangan Tuhan tetap memegang kuat hidup kita dan tidak pernah melepaskan. Di dalam terang-Nya ada kesempatan bagi kita untuk dapat menerangi realita kehidupan yang gelap. Memancarkan terang Kristus bagi orang-orang di sekitar yang membutuhkan-Nya.


“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14-16).


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

5 tampilan0 komentar

Comments


bottom of page