top of page

Agus Lianto - Renungan Doa Puasa Masa Prapaskah, Hari Pertama

  • mdcsbysystem
  • 2 hari yang lalu
  • 9 menit membaca

Diperbarui: 18 jam yang lalu

Renungan Doa Puasa Masa Prapaskah, Hari Pertama.


Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto, pada Tgl. 14 April 2025, melalui Ibadah Zoom Online.


“Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,” (Lukas 9:51).

Dari ayat di atas kita mendapati bagaimana Tuhan Yesus itu mengarahkan pandangan mata-Nya dan juga memantapkan hati-Nya untuk pergi ke Yerusalem. Selain itu menarik sekali dikatakan setelah momen Minggu Palma ini, Lukas menulis genap waktunya Tuhan Yesus diangkat ke sorga, padahal seharusnya ditulis, dekat waktunya Dia pada proses penyaliban.


Salib Kristus tidak hanya berbicara sekadar pengorbanan. Memang kita semua tahu bahwa momen Jumat Agung ini adalah momen di mana kita dapat memperingati kasih, pengorbanan, dan kerelaan-Nya yang mau pergi ke atas kayu salib demi menebus dosa, mengampuni, dan mengeluarkan kita dari segala perbudakan dosa. Tetapi sesungguhnya, apa yang Tuhan Yesus kerjakan dari atas kayu salib melebihi semuanya itu. Hal ini dilakukan-Nya bukan hanya demi kita saja, tetapi ada tujuan yang jauh lebih besar, yang ingin dicapai-Nya.


Sang Mesias.


“Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit.” Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus: “Mesias dari Allah.” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapapun.” (Lukas 9:18-21).


Setelah ayat di atas ditulis, di mana Tuhan Yesus seolah sudah menyatakan diri-Nya sebagai Mesias, maka di ayat selanjutnya dikatakan,


Dan Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (ayat 22).


Di ayat lainnya bahkan dikatakan,


“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.” (Matius 16:21-22).


Bagi Petrus dan orang-orang Yahudi, konsep Mesias yang “..harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh..” (ayat 21) itu mustahil dan tidak dapat diterima oleh akal dan pikiran mereka yang terbatas. Itulah sebabnya di ayat 20 sebelumnya dikatakan,


“Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.”


Mengapa? Karena Dia tahu bahwa murid-muridNya dan bangsa Yahudi tidak siap untuk menerima konsep Mesias ini, dan nantinya jangan-jangan bisa menjadi batu sandungan. Dia tidak ingin ada seorangpun yang tersandung dan meninggalkan-Nya. Tetapi hal ini justru terbukti pada saat ayat Matius 16:21 digenapi maka kita membaca,


“Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.” (Matius 26:56b).

Murid-murid telah kehilangan iman dan kepercayaan karena melihat Mesias yang mereka harapkan dan agung-agungkan selama ini ternyata telah ditangkap dan menderita di momen penyaliban-Nya. Hal ini sama sekali tidak nyambung bagi konsep mereka. Mereka tidak paham akan apa yang Tuhan Yesus ingin capai melalui momen salib ini, dan juga melalui momen kebangkitan-Nya kelak.


Tujuan Sesungguhnya.


Lukas 24:13-33 mengisahkan pada kita kisah tentang Tuhan Yesus yang setelah kebangkitan-Nya itu menampakkan diri di jalan ke Emaus, pada dua orang murid-Nya. Bisa jadi salah satunya adalah Lukas sendiri. Mereka berdua bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.


Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Tuhan Yesus mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.


Tuhan Yesus berkata kepada mereka,


“Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?”


Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya,


“Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”


Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?”


Jawab mereka,


“Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.


Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat.”


Lalu Ia berkata kepada mereka,


“Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”


Lalu Ia menjelaskan pada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.


Tuhan Yesus mengingatkan kembali pada dua murid-Nya ini bahwa penderitaan Sang Mesias memang sudah ditulis di dalam seluruh Kitab Suci. Tetapi mereka tidak bisa menangkap konsep ini, dan bisa jadi, tak sedikit dari antara kita yang juga berpikir mengapa Dia harus menderita?


Kita semua tahu bahwa Tuhan Yesus mati menebus dosa-dosa kita, tetapi saat Dia memberitahukan apa yang nantinya akan dialami sebagai Sang Mesias di dalam Matius 16:21.. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut kepada murid-muridNya bahwa Dia akan menebus dosa-dosa mereka. Sepertinya Dia masih menyimpan erat hal ini, karena tidak ada ayat selanjutnya yang ditulis mengenai ini.


Apa yang sebenarnya Tuhan Yesus ingin capai melalui momen penyaliban-Nya, selain menebus dosa-dosa kita? Pastinya, fokus-Nya tidak selalu hanya untuk diri kita sendiri saja.


Kita telah tahu bahwa,


“Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:” (Kolose 2:13-14).


Tetapi ayat ini tidak berhenti hanya sampai di pengampunan dan penghapusan surat hutang dosa kita saja. Ayat ini dilanjutkan dengan,


“Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.” (ayat 15).


Waktu Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, ada sesuatu yang terjadi, dan ini adalah tujuan jauh lebih besar dari yang ingin dicapai-Nya yakni,


“Kekuasaan Iblis dikalahkan.”

Neraka yang begitu gelap, Iblis yang selama ini begitu kuat.. ketika Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, Iblis seperti menjadi Superman yang terkena Kryptonite / zat fiksi yang merupakan kelemahan utama Superman dalam cerita komik DC.


Di dalam Perjanjian Lama (PL), Iblis digambarkan begitu kuat. Di dalam kisah Ayub, dia sepertinya memiliki kuasa untuk menuduh dan menjatuhkan. Dalam kisah Daniel, jawaban dari doa-doanya dihalangi oleh Iblis yang berwujud “pemimpin kerajaan orang Persia”.


Tetapi ketika Tuhan Yesus datang,


“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.” (Ibrani 2:14-15).


Ini adalah agenda yang sesungguhnya ketika Tuhan Yesus mengalahkan Iblis yakni agar kita dapat dibebaskan dari segala perhambaan dosa. Tuhan Yesus mati di atas kayu salib sebagai Seorang Pemenang, dan Salib-Nya bukan hanya sekadar lambang penderitaan.


Sebagai seorang manusia, sering kali kita berpikir tentang betapa baiknya yang sudah dilakukan Tuhan Yesus, yang mau mati dan menebus dosa-dosa kita. Tetapi tujuan-Nya bukan hanya sekadar untuk itu saja. Sering kali kita berpikir karena Dia adalah Tuhan Yesus yang baik, yang sudah menebus dosa-dosa kita maka,


“Kita merasa bebas untuk hidup jatuh bangun di dalam dosa, kita merasa bahwa anugerah Tuhan pasti akan mengampuni dosa-dosa kita..”


Kenyataannya adalah, Tuhan Yesus sudah menghancurkan sumbernya, yakni Iblis, dan melucuti semua kekuasaannya. Dia tidak ingin kita memiliki kehidupan yang terus jatuh bangun di dalam dosa, dan kembali diperhamba Iblis yang sebenarnya, sudah selesai dihancurkan-Nya.


Zaman dahulu itu kalau ada kerajaan yang menang perang, maka raja dan pasukannya yang kalah akan diarak dan dijadikan tontonan di depan umum. Raja yang memenangkan pertempuran akan berdiri dan menginjak kepala raja yang kalah. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan,


“Ia (Tuhan Yesus) telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.” (Kolose 2:15).


Tuhan Yesus sudah menang atas kuasa Iblis.


Menyangkal Diri, Memikul Salib, Mengikut Yesus.


Ketika Tuhan Yesus membagikan apa yang harus dialami Sang Mesias di dalam Lukas 9:22, Dia kemudian melanjutkannya dengan,


“Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (ayat 23-25).


Kalau Salib Kristus hanya berbicara sebatas hidup kita yang sudah diampuni dan disucikan dari segala dosa, semua sudah selesai dikerjakan Kristus dan kita hidup berdasar anugerah-Nya yang selama ini menjaga dan memelihara hidup kita.. maka konsep ayat di atas kesannya tidak masuk di logika kita. Mengapa? Karena kita merasa bahwa Tuhan Yesus sudah menyelesaikannya dengan tuntas, untuk apa lagi Dia berkata bahwa siapa yang mau mengikuti-Nya harus,


“Menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”

Pada hari-hari ini, perintah di atas kesannya seperti menjalani hidup yang susah, tidak enak, dan penuh penderitaan. Tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk kemenangan rohani dan kemuliaan, untuk menyelamatkan hidup kita agar dapat mengikuti dan menyelaraskan hidup kita di setiap harinya agar dapat terjadi sesuai dengan kehendak-Nya, di dalam firman-Nya.


Bukan berarti Tuhan Yesus sepertinya memberi kita syarat moral hidup yang berat, tetapi poinnya di sini adalah agar kita dapat hidup di dalam Kerajaan Allah, dapat mengalami dan hidup di dalam kuasa-Nya, serta mengalami realita kerajaan-Nya.. selama kita masih hidup di dalam dunia ini.


Ibarat kalau kita mau menguasai ilmu dan rumus Matematika, maka kita akan diberikan pekerjaan rumah (pr) agar kita dapat berlatih soal-soal yang sudah diberikan oleh guru kita. Tujuan akhirnya bukan untuk menyusahkan hidup kita, tetapi lebih kepada memudahkan, agar nantinya kita dapat menguasai ilmu dan rumus Matematika serta mengerjakan semua soal tersebut dengan tuntas.


Demikian pula hal yang sama dengan apa yang namanya “Menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikut Aku.” Tujuan akhirnya adalah agar setiap kita ini dimampukan untuk dapat melakukan ayat firman Tuhan, sama seperti yang sudah tertulis di dalam Alkitab. Kita tidak akan bisa menjadi murid-muridNya dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya, bila kita tidak mau belajar untuk melakukan ketiga hal di atas.


Demikian hal yang sama kita tidak akan pernah bisa menguasai ilmu dan rumus, serta menyelesaikan soal-soal matematika yang sudah diberikan pada kita.. maka kita juga tidak akan bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita, bila kita tidak mau melakukan ketiga hal di atas.


“Menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikut Aku” juga merupakan sebuah undangan bagi kita untuk menerima keselamatan, tidak hanya berlaku setelah kita meninggalkan dunia yang fana ini saja, tetapi juga berlaku pada saat kita masih hidup di dalam dunia ini.


Dia merindukan agar Kerajaan Allah itu dapat dinyatakan dan dialami dalam hidup kita, di dalam dunia ini. Semuanya ini berbicara tentang kehidupan yang penuh dan yang dapat memberikan makna, damai sejahtera yang melampaui segala akal dan sukacita surgawi, mukjizat dan kesembuhan Ilahi.. semuanya dapat kita alami, pada saat kita masih hidup di dalam dunia ini.


Kalau kita sudah meninggalkan dunia yang fana ini dan bersama dengan Kristus di dalam kekekalan Surga, maka kita akan mengalami kepenuhan-Nya. Ujungnya adalah langit dan bumi yang baru.


Tetapi semuanya itu bisa dimulai dari hari ini. Kita dapat menikmati dan menggunakan kuasa-Nya untuk mematahkan segala kuasa dan pekerjaan Iblis. Inilah yang namanya hidup di dalam keselamatan. Dan untuk mengalami semuanya ini, sekali lagi diperlukan apa yang namanya..


“Menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikut Aku.”


Salib Kristus adalah Keuntungan.


“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” (Lukas 9:25).

Sebenarnya ketika kita berusaha untuk memperoleh seluruh isi dunia ini, maka ujungnya hal ini dapat merugikan dan membinasakan diri kita sendiri. Dengan kita mau memikul Salib Kristus di setiap harinya maka hal ini adalah sebuah keuntungan, bukan pengorbanan. Secara manusia kita mungkin membayar harga, tetapi ada keuntungan yang jauh lebih besar, yang sedang menanti setiap kita. Semuanya bertujuan agar kita dapat mengalami keselamatan itu sendiri.


Jadi, Tuhan Yesus mati buat kita tidak hanya untuk mengalahkan dan menghancurkan pekerjaan Iblis saja, sehingga kita tidak perlu lagi hidup diperhamba oleh kuasa Iblis.. tetapi pada saat Dia menyelesaikan karya-Nya yang sempurna di atas kayu salib, kuasa Iblis itu dipatahkan sepenuhnya. Tuhan Yesus sudah menjadi seorang Pemenang.


Karena itu tetaplah menghadapi setiap masalah yang diizinkan terjadi dengan kepala tegak. Kita menghadapinya bukan dengan hikmat dan kekuatan sendiri, tetapi dengan menyadari bahwa Tuhan Yesus telah menang, dan kita terus dimampukan-Nya untuk berjalan bersama-Nya di dalam Jalan Kemenangan-Nya.


Kita juga dapat mengalami keselamatan di dalam setiap aspek di hidup kita, serta terus dimampukan untuk tetap “Sekali Yesus, Selamanya Yesus”, tetap setia mengiring Dia, dan tetap menjadi pelaku firman Tuhan sampai setiap kita nantinya akan tiba di garis akhir kehidupan, bertemu dengan-Nya di dalam kekekalan Surga kelak.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

Comments


GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

©2025 by GKPB Masa Depan Cerah Surabaya

bottom of page