top of page

Agus Lianto - Prosper at Work

Catatan Khotbah: Prosper at Work. Ditulis ulang dari sharing khotbah Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 28 Juli 2024.



Sering kali kata prosper ini memiliki konotasi / pemikiran yang negatif. Mengapa? Karena di masa lampau, tidak sedikit dari antara kita yang sering mendengar prosperity gospel / Injil Kemakmuran ini diberitakan di beberapa gereja. Tetapi sesungguhnya, kata prosper ini sangat penting karena Tuhan sendiri ingin agar setiap dari kita dapat mengalaminya di dalam hidup.


Di dalam bulan-bulan ini kita belajar tentang prosper / kelimpahan, yang di mana memiliki arti bahwa hidup kita tidak berkekurangan segala sesuatu yang baik. Hidup kita diberkati dan dipelihara Tuhan dengan sedemikian rupa dalam keadaan yang baik di segala area, baik itu di dalam kehidupan pribadi, kesehatan, hubungan orang tua dan anak, dan banyak hal baik lainnya.


Kalau kita mengenal siapa pribadi Tuhan dengan baik dan benar, maka seharusnya hidup kita mengalami prosper. Dan sekali lagi, kata ini bukan berbicara soal kaya raya, uang, dan kekayaan saja, tetapi lebih mencerminkan tentang kehidupan yang berhasil di dalam segala aspek, sesuai dengan cara dan kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab.


Prosper at Work.


Di dalam Kristus, apa saja yang kita kerjakan seharusnya berhasil karena ada berkat dan penyertaan dari-Nya, karena kita adalah anak-anakNya. Sama seperti lagu di bawah ini,


“Tuhan tak pernah gagal. Sanggup buktikan janji setia-Mu. Untuk selamanya imanku berkata, Tuhan tak pernah gagal.” (Lagu NDC Worship).

Tetapi dalam kenyataannya, banyak anak Tuhan yang hidupnya mengalami kegagalan, baik itu gagal dalam bidang finansial, keluarga, dan banyak hal lainnya. Ini bisa terjadi karena kita tidak sepenuhnya mau untuk mengikuti cara dan jalan-jalanNya Tuhan. Kita merasa bahwa hidup ini sudah berat dan sulit, ditambah lagi mengikut Tuhan, pasti dirasa semakin bertambah berat.


Kalau memang Tuhan tidak pernah gagal, sama seperti lirik lagu di atas, seharusnya hidup kita tidak berjalan seperti itu.


Mungkin saja selama ini kita bekerja dengan sangat keras dan mati-matian, mengorbankan banyak waktu dan kesehatan, tidak sempat beristirahat, mengorbankan waktu bersama keluarga, bersaing mati-matian di dalam dunia yang begitu kejam dan memiliki prinsip kalau kita tidak “memakan duluan” yaa kita yang akan “dimakan”. Kalau kita tidak “menjatuhkan duluan” yaa kita yang akan “dijatuhkan” oleh pesaing bisnis kita.


Apalagi kalau kita sudah berbicara soal uang, bisa jadi hal ini akan membuat sudah tidak ada lagi yang namanya hubungan keluarga dan juga teman baik. Yang ada sekarang hanyalah orang-orang dengan sifat “monster”, yang berusaha dengan segala macam cara dan kekuatannya sendiri, untuk dapat menguasai kehidupan sesama.


Kebenarannya adalah, Tuhan itu mau menyertai setiap kita. Tetapi sering kali cara hidup dan cara berpikir kita membuat Dia tidak memungkinkan untuk dapat menyertai kita, sehingga Dia tidak dapat berbuat apa-apa karena kita tidak mau membuka hati dan pikiran kita untuk mau mengikuti jalan-jalanNya Tuhan. Karena itulah Dia akan membiarkan kita untuk berjalan sesuai dengan hikmat dan jalan kita sendiri.


“Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:1-3).


Dari ayat di atas ditulis, berbahagialah seseorang yang kesukaannya itu merenungkan Taurat / firman Tuhan siang dan malam. Hal ini memiliki arti bahwa seseorang tersebut mau untuk menempatkan Tuhan dan firman-Nya, di tempat yang terutama di dalam hidupnya. Maka dikatakan hasilnya adalah, dirinya menjadi seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, dan yang tidak layu daunnya.. memiliki arti apa yang kita kerjakan dan apa yang dipercayakan di dalam hidup selalu ada pemeliharaan dan penyertaan dari-Nya. Dia mau agar kita dapat berhasil dalam segala area.


“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kolose 3:16-17).


Rasul Paulus mengajak setiap kita agar perkataan Kristus / firman Tuhan dapat diam dan tinggal di dalam hidup kita, sehingga kita memiliki hikmat dan kebenaran untuk dapat mengajar dan membimbing semua orang.. dan di dalam hati kita dipenuhi puji-pujian kepada-Nya.


Dalam aplikasi praktisnya, hal ini memiliki arti sementara kita bekerja, hati kita tetap dipenuhi ucapan syukur kepada-Nya, sehingga apa saja yang kita lakukan di dalam nama Yesus akan membawa reputasi dan karakter Kristus melaluinya.


Banyak kali orang Kristen setia berdoa dan membaca Alkitab di pagi hari, tetapi kemudian mereka meninggalkan Tuhan begitu saja di kamar Saat Teduh-nya. Mereka menjalani hari-hari mereka selanjutnya, tanpa menyertakan Tuhan dan tidak hidup sesuai dengan kebenaran firman-Nya.


Ibadah Raya pada hari Minggu, Doa Malam, Contact (Kelompok Sel), Doa Pagi.. tidaklah cukup bagi kita untuk dapat mengenal dengan sungguh akan siapa pribadi Tuhan, dan juga melakukan firman-Nya.


Anggaplah kita menyediakan waktu sebanyak delapan jam dalam seminggu untuk dapat mengikuti semua ibadah tersebut, dan kita dapat belajar tentang siapa pribadi Tuhan melaluinya. Tetapi untuk waktu di luar dari jam ibadah tersebut, di dalam keseharian, bisa jadi kita tidak lagi mengingat dan kita melupakan Tuhan, berkompromi terhadap dosa, dan juga tidak melibatkan-Nya di dalam pekerjaan kita.


Sehingga pada akhirnya kita memiliki dua dunia dan menjalani hidup dengan standar ganda, kita bekerja dan menjalani kehidupan ini sepertinya Tuhan itu tidak ada dan Dia tidak dapat melihat apa yang sedang kita kerjakan, di dalam keseharian di hidup ini. Kita mulai bekerja dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.


Bahkan ketika diizinkan ada seseorang yang berbuat tidak adil dan merugikan hidup kita, maka kita akan berubah menjadi seperti “monster” dan berbuat jahat terhadap mereka.


Contoh aplikasi praktisnya ketika meminjamkan uang pada seseorang, pada awalnya kita memiliki niat yang baik. Tetapi ketika orang tersebut tidak memiliki kesanggupan untuk mengembalikan uang kita.. maka kita menjadi tidak sabar, marah tak terkendali, dan pada akhirnya berubah menjadi “monster”. Kita memanggil preman untuk menagih utang, melaporkan pada polisi, bahkan memproses sampai di pengadilan untuk menghabisinya. Padahal kita memulai dengan niat baik, tetapi mengakhirinya dengan kekerasan.


Ketika kita bekerja tanpa melibatkan Tuhan, maka Dia akan mundur dan kita bekerja memakai kekuatan kita sendiri. Dengan kekuatan sendiri, lambat laun kita menjadi kuatir dan mulai berkompromi dengan banyak hal. Di dalam dunia ini, semuanya itu serba tidak pasti. Tetapi kalau kita melibatkan Tuhan, ada berkat dan pemeliharaan yang ajaib dari Dia, bagi hidup kita.


Ada empat prinsip kalau kita mau mengalami prosper / kelimpahan dari Tuhan, di dalam dunia pekerjaan yang sedang kita lalui.


Empat prinsip ini mengajar kita untuk tidak meletakkan kekuatan dan kepercayaan pada harta dan kekayaan, karena sesungguhnya kedua hal tersebut tidak menjamin apa pun. Kalau kita mau melakukannya, maka Tuhan yang akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan di dalam hidup (Roma 8:28).


Tidak ada lagi yang perlu untuk ditakutkan dan dikuatirkan. Kita dapat bekerja dengan tenang, rajin, hidup dipenuhi damai dan sukacita, memiliki banyak waktu bersama anak-anak, dan tidak akan berkekurangan di dalam segala hal yang baik.. karena Tuhan selalu kita libatkan di dalam setiap aspek di hidup kita.


Pertama. Tempat kita bekerja adalah waktu dan tempat terbaik untuk pemuridan.


“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kolose 3:17).


“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” (ayat 22-23).


Sebagian besar waktu kita dihabiskan di pekerjaan, yang merupakan tempat terbaik bagi kita untuk dapat bertumbuh serupa dengan Kristus. Karena itu, tempatkan Kristus selalu di dalam posisi kita di dunia kerja dan di manapun kita berada, dan kemudian belajarlah untuk dapat menjadi seperti Dia, sama seperti yang sudah diteladankan-Nya di dalam Alkitab. Karena sikap dan etika kerja seseorang akan sangat menentukan bagaimana kondisi kerohaniannya, yang kemudian nantinya juga akan menentukan bagaimana kondisi dari seluruh kehidupannya.


Melalui pekerjaan, kita juga mendapat kesempatan untuk menghormati dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. Kalau kita berdiri di hadapan takhta pengadilan Kristus, kita tidak akan ditanya oleh-Nya berapa banyak omzet perusahaan kita, sudah berapa banyak perusahaan yang kita dirikan dan berapa banyak jumlah pegawai kita, ataupun berapa banyak prestasi dan apa saja yang sudah kita raih selama hidup di dalam dunia ini..


Tetapi Dia akan bertanya apa saja yang sudah kita kerjakan, yang di mana membuat Dia bangga dan berkata pada kita akhirnya nanti,


“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, Aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuan-Mu.” (Matius 25:21).


Tuhan mengukur hidup kita dengan apa saja yang sudah kita kerjakan, selama kita dipercayakan waktu dan kesempatan di dalam dunia ini. Kalau selama bekerja kita tidak mau dan malu untuk mengakui Tuhan, serta tidak mau lagi untuk melibatkan-Nya di dalam setiap aspek di kehidupan kita, maka firman-Nya berkata,


“Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.” (Markus 8:38).


Pastikan kita bekerja dengan membawa dan selalu mengingat nama Yesus, sebab reputasi yang kita pertaruhkan di sini bukan lagi nama kita ataupun orang tua kita, tetapi nama-Nya. Tujuan kita di dalam bekerja adalah untuk menyenangkan dan membuat Dia bangga pada kita.


Bagaimana caranya di dalam pekerjaan, kita dapat dimuridkan?


Di dalam pekerjaan, setiap kita diproses untuk dapat menjadi serupa dengan Kristus, dan hal ini tidak mungkin dilakukan hanya dengan menghadiri setiap ibadah di dalam gereja saja. Sebab kerajinan kita dalam beribadah di gereja, tidak akan membantu dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan pertumbuhan rohani kita. Bukan berarti kita tidak ke gereja, karena rajin ke gereja saja belum tentu menjamin apalagi yang sama sekali memutuskan untuk tidak ke gereja.


Selain itu, seseorang dapat bertumbuh secara rohani dengan cara membiarkan firman Tuhan bekerja di dalam diri, dan merubah karakter orang tersebut.


Bagaimana caranya kita menjadi murid Kristus di dalam pekerjaan kita?


Dengan selalu melibatkan Tuhan Yesus berada di posisi kita, maka kita akan selalu dimampukan untuk dapat belajar dan bekerja dengan karakter yang semakin lama semakin disempurnakan, dan yang menyerupai Kristus. Karena apa pun momen yang terjadi di dalam hidup kita, merupakan kesempatan bagi kita untuk dapat semakin lebih dalam lagi untuk mengenal siapa Pribadi-Nya.


Kita perlu meminta hikmat-Nya, bila Yesus berada di posisi kita, apa yang akan Dia perbuat? Kita dapat meneladani-Nya dengan melakukan sesuai dengan apa yang tertulis di dalam firman-Nya.


Tuhan Yesus memulai hari-hariNya dengan berdoa terlebih dahulu, kita pun dapat berbuat demikian. Mungkin kita memiliki pertanyaan bahwa apa yang dihadapi Tuhan Yesus di zaman-Nya tidak sama dengan apa yang sedang kita hadapi hari-hari ini, di mana kita banyak menghadapi orang yang suka melawan, dan banyak persaingan bisnis..


Tetapi jangan pernah lupakan bahwa Tuhan Yesus tidak hanya sekadar Tuhan dan Juruselamat pribadi kita saja, tetapi Dia juga adalah Guru kehidupan.


Bila kita memanggil-Nya dengan sebutan Guru, maka kita adalah murid-muridNya. Dan hubungan Guru dan murid ini tidak dapat dibatasi dengan waktu-waktu kita belajar firman Tuhan hanya di dalam gedung gereja saja, tetapi juga di dunia kerja, dan di manapun kita ditempatkan oleh-Nya.


Di dalam Alkitab kita diberitahu bahwa ada penyertaan Roh Kudus di dalam hidup Yesus, selama Dia melayani di atas muka bumi ini, dan hal ini bisa juga terjadi di dalam hidup kita.


Bila Tuhan Yesus menyertai kita di tempat kerja, maka kita tidak akan pernah berjalan sendirian dan Dia akan selalu bertindak memberikan hikmat dan juga kekuatan bagi kita untuk dapat menyelesaikan setiap permasalahan yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita. Kalau Dia berada di tempat kerja kita, maka Dia akan tenang, tidak sikut-sikutan, bekerja dengan mantap, dan mendoakan semua yang berniat jahat di dalam hidup-Nya.


Kita dapat meneladani-Nya dan menjadi murid Kristus di tempat kerja ini. Tidak cukup hanya dengan rajin ke gereja untuk beribadah, melayani, dan ikut Contact.. tetapi hidup kita sama sekali tidak ada perubahan dan tidak bertumbuh secara rohani. Gunakanlah waktu kita di luar gereja untuk dapat bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus, di dalam kehidupan kita.


Kedua. Mengutamakan orang lain.


“Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.” (1 Korintus 10:24).

“dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” (Filipi 2:3-5).


Milikilah pikiran Kristus yang rela merendahkan diri di dalam ketaatan untuk menyelesaikan misi dan kehendak Bapa-Nya. Tempatkan diri kita sebagai hamba yang selalu mencari cara untuk dapat menguntungkan orang lain. Karena dengan kita belajar untuk mengutamakan orang lain, maka hal ini merupakan salah satu wujud tindakan iman dan penyerahan diri yang paling praktis untuk kita dapat mendatangkan kepercayaan dari orang lain, dan juga peninggian dari Dia.


Selain itu, kita bekerja bukan hanya sekadar mencari keuntungan pribadi saja, tetapi juga membawa manfaat dan keuntungan di dalam hidup orang lain, sehingga pada akhirnya hidup kita juga diuntungkan melalui apa yang kita kerjakan. Dan kalau kita berurusan dengan pelanggan, pastikan mereka diuntungkan dengan pekerjaan kita.


Kalau selama ini kita hanya berfokus untuk memuaskan diri sendiri, maka hal ini sama saja dengan kita mengesampingkan Tuhan.


Apa maksudnya?


Tindakan iman dan penyerahan diri yang paling praktis di dalam tempat kita bekerja, diwujudkan dengan membuat orang lain mendapat keuntungan dan juga membuat mereka dapat mengucap syukur karena telah membeli barang di tempat kita.


Orang-orang di sekitar lambat laun akan mengetahui bahwa barang yang dibeli di toko kita kualitasnya sangat baik, harganya cukup pantas untuk dapat dijual lagi, dan memiliki garansi juga. Sehingga pada akhirnya orang lain itu dapat melihat, dan yang namanya kepercayaan itu tidak bisa dibeli dengan uang. Kalau pelanggan sudah percaya pada kita, dia tidak akan berpindah ke tempat yang lain. Kalau kita sudah dipercaya, maka berkat jasmani akan mengalir dan promosi dari Tuhan juga akan datang.


Kita akan mengalami peninggian dari Tuhan karena Dia melihat hidup kita bisa dipercaya, dan kita tidak menggunakan berkat-berkatNya hanya untuk memuaskan kepentingan diri kita sendiri.


Jadi bekerja itu berbicara soal karakter, bukan hanya mendapat keuntungan semata.

Kadang-kadang kita bisa rugi, tetapi kalau kali ini kita bisa membuat seseorang mendapat keuntungan, kalau bisa memang jangan sampai kita terlalu banyak mengalami kerugian dan harus dihitung baik-baik.. maka pertimbangkanlah untuk mengambil kesempatan ini, karena yang terpenting adalah kita mendapat pelanggan terlebih dahulu. Selanjutnya kita dapat percaya dan berserah pada Tuhan yang menjadi partner / rekan kerja kita.


Dia pasti akan memberikan hikmat dan juga tuntunan-Nya. Dia adalah Allah yang setia dalam memelihara hidup kita.


Ketiga. Jangan mengejar uang.


“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:19-20).


“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia. Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?” (Pengkhotbah 5:9-10).


Dalam bekerja, jangan mengejar uang tetapi kejarlah karakter Kristus. Uang dan kekayaan tidak akan pernah menempati posisi penting dalam Kerajaan Allah, dan orang-orang yang mengejarnya akan berlari ke arah yang keliru.


Uang memang berguna bagi hidup kita, tetapi uang tidak selalu bisa untuk mempertahankan nyawa kita. Sedari kecil kita belajar dan bersekolah, lalu lulus kuliah dan mencari pekerjaan yang paling bagus, supaya kita bisa mendapat banyak uang dan bisa hidup dengan layak. Sehingga pada akhirnya kita tidak bisa membayangkan bila kita hidup tidak memiliki banyak uang. Memang uang banyak gunanya, tetapi uang tidak selalu menjamin hidup kita. Oleh karena itu, janganlah dikejar. Seseorang yang hidupnya mengejar uang, hidupnya akan selalu berlari ke arah yang keliru.


Tuhan Yesus pernah menceritakan kisah seorang kaya dan Lazarus yang miskin, di dalam Lukas 16:19-31. Keduanya sama-sama mati, tetapi Lazarus duduk di pangkuan Abraham dan orang kaya tersebut menderita sengsara di alam maut. Di Alkitab memang tidak dijelaskan apa dosa dari orang kaya sehingga menderita di alam maut, Alkitab hanya mencatat statusnya, kaya.


“Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.” (Lukas 6:24).

Hal ini bukanlah kata-kata kutukan, tetapi di dalam kekayaan, bisa jadi akan membuat kita lupa, merasa sudah tidak membutuhkan Tuhan lagi, dan meletakkan hidup kita di dalam kekayaan. Ketika menaruh hidup kita di dalam kekayaan, bisa jadi kita akan mengalami hal-hal yang dapat membuat kita jauh dari Dia. Berhati-hatilah.


Hal ini memang tidaklah mudah, karena uang sudah menjadi tuhan pada hari-hari ini.


“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.” (1 Timotius 6:10-11).


Kerja itu berbicara tentang bagaimana kehidupan Kristus itu bisa tampak dari apa yang kita lakukan, di tempat pekerjaan kita. Bekerja itu menjadi murid Kristus. Kalau kita bekerja dengan mengutamakan orang lain, maka Tuhan dapat memberkati kita, dan salah satunya diwujudkan dengan uang.


Tetapi kalau kita bekerja motivasinya hanya untuk sekadar mencari uang saja, bisa jadi kita akan sering bertengkar, memiliki banyak musuh, dan kita akan menjadi “monster kejam” yang dapat menghabisi sesama. Kita tidak mau rugi, sepeser pun kita tidak mau mundur. Selama kita berbicara tentang uang, jangan sampai kita berbuat jahat.


“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3:1).

Semua ada waktu dan masanya, termasuk ada waktunya kita mendapat keuntungan, ada waktunya untuk mengalami kerugian, termasuk bisa jadi kita “dimakan orang”, serta uang kita dipinjam sesama dan tidak dikembalikan.


Kalau kita terlalu mendewakan uang, memiliki prinsil bahwa semua hanya untuk uang.. maka yang lainnya akan menjadi tidak penting. Kalau ini yang kita lakukan, sama saja kita mengusir Tuhan dari pekerjaan kita. Kalau kita mengejar uang, kita pasti akan bermusuhan dengan siapapun di sekitar kita.


“Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”” (Lukas 12:15).


Kalau kita mau bekerja disertai Tuhan, jangan mengejar uang, tetapi kejarlah karakter Kristus.


Keempat. Mencukupkan diri.


“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.” (1 Timotius 6:7-8).


Pengeluaran kita hari-hari ini tidak dapat diduga, ada saja, dan jumlahnya tidaklah sedikit. Tetapi ayat di atas mengatakan bahwa di dalam segala hal yang kita butuhkan, setiap dari kita pasti dimampukan untuk dapat mencukupkan diri.


“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”” (Ibrani 13:5).


Karakter Kristus ditambah rasa cukup akan menghasilkan kepuasan di dalam hidup, dan kita akan dilindungi dari keserakahan dan juga berbagai tipu daya kekayaan, serta membebaskan diri kita dari kekuatiran dunia yang menghimpit.


Hari-hari ini kita menghadapi beberapa momen seperti menjelang pergantian presiden, beberapa perang di dunia yang tak kunjung usai, harga-harga menjadi mahal dan daya beli menurun, dan banyak hal yang bisa berdampak pada pekerjaan kita. Tetapi kalau kita memahami apa makna dari rasa cukup, kita tidak akan pernah kuatir. Karena kebutuhan manusia, sebenarnya tidaklah banyak.


Kita juga tidak perlu sampai ngenes / mengasihani diri sendiri, sebab sekalipun kita diizinkan berada di dalam keadaan yang tidak ada uang.. kita masih tetap bisa makan. Masih ada pemeliharaan Tuhan yang setia di dalam hidup, melalui uluran tangan anak-anak Tuhan lainnya yang memberkati hidup kita.


Hidup itu bukan dari uang saja, tetapi sesungguhnya dari Tuhan dan berkat-berkatNya.


“Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”” (Matius 4:4).

Kalau kita memiliki rasa cukup, maka pandangan kita menjadi jernih sehingga kita dapat melihat betapa pastinya penyertaan dan pemeliharaan Allah di dalam hidup ini, karena kita sendiri hidup di dalam dunia yang serba tidak pasti.


Tetapi bila kita mau menaruh rasa percaya kita tetap kepada Tuhan, dan kita sesekali menatap kesetiaan Tuhan di masa lalu.. ada ataupun diizinkan tidak ada uang, kita tidak akan sampai kelaparan dan menjadi gelandangan. Tetap masih ada rumah, ada tempat untuk kita berlindung, ada pakaian yang baik, dan bisa beribadah ke gereja.


Dan kalau kita sekarang sedang diizinkan berada di dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, jangan ngenes / self pity / mengasihani diri sendiri. Belajarlah mencukupkan diri dalam segala hal, karena kita tahu bahwa hidup kita pasti dipelihara Tuhan. Ini semuanya dapat terjadi bila kita menyertakan Tuhan bersama kita, di setiap hari.


Seseorang yang dapat merasa cukup dan puas dengan berkat-berkat yang sudah Tuhan berikan, akan memiliki kekuatan untuk terus melangkah maju, di dalam setiap musim di kehidupan.


“Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya,” (Mazmur 1:3).

Di ayat ini dikatakan ada musim berbuah, dan pastinya ada musim yang tidak menghasilkan buah. Tetapi seseorang yang disertai Tuhan itu akan berbuah pada musimnya. Dan bila kita diizinkan berada di “musim yang tidak menghasilkan buah”, maka hal ini adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk dapat “menancapkan akar kita jauh lebih dalam lagi” di dalam Kristus. Kita diberi kesempatan untuk mencari Tuhan lebih lagi.


Kalau pekerjaan kita sedang sepi, tidak banyak yang bisa dilakukan.. tetaplah memenuhi hati kita dengan mazmur dan puji-pujian, sambil meminta tuntunan dan penyertaan dari Tuhan.


Mungkin bisa jadi ketika keadaan di toko diizinkan sepi, Tuhan menginginkan agar kita memiliki waktu untuk banyak beristirahat dan juga memiliki waktu lebih bersama dengan anggota keluarga kita. Karena Tuhan tidak pernah menyuruh kita untuk menjadi “sapi perah”, bagaimanapun juga Dia ingin agar kita dapat menikmati hidup dan juga menikmati berkat-berkat dari Dia.


Kalau seseorang memiliki rasa cukup dan puas, ketika melihat saldo rekening di bank diizinkan mengalami penurunan, dirinya tetap dapat berkata “pasti cukup.” Mengapa? Karena kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan itu pasti setia memelihara dan mencukupkan semua kebutuhan kita. Ada saja berbagai cara dan jalan yang Dia sediakan untuk memelihara hidup kita. Berkat-Nya selalu pas.


Jangan pernah ngenes / mengasihani diri sendiri, mungkin memang belum waktunya bagi kita untuk masuk ke dalam musim berbuah.

Kalau kita ngenes, maka ucapan syukur dan kekuatan kita dapat menghilang. Dengan kita ngenes, hal ini belum tentu dapat merubah keadaan. Kalau kita tetap optimis, sukacita, bertemu pelanggan memberikan senyuman, ada kepercayaan diri dan sukacita yang memancar keluar.. bisa jadi seseorang yang tidak ingin beli, bisa berubah; dan mau beli di toko kita.


Perkataan kita yang positif dan penuh berkat, maka banyak orang akan mencari kita. Dan kita tidak akan mungkin bangkrut, bila kita memiliki rasa puas dan cukup di dalam hidup ini.


Kasih setia Tuhan itu begitu besar, Dia adalah Allah yang tidak mungkin bisa gagal. Jadi kalau kita merasa pekerjaan kita sedang tidak berhasil dan mengalami berbagai kesulitan.. kemungkinan besar kita sedang “menyingkirkan Tuhan” dari pekerjaan. Kita memiliki nilai kalau bisnis jangan melibatkan Tuhan, jangan memakai ayat Alkitab, tujuan kita selalu mencari profit / keuntungan.


Dalam bisnis, Kristus, karakter-Nya, kehadiran-Nya, dan kebaikan-Nya menjadi nomor satu. Selalu libatkan Dia, karena kita akan melihat bahwa Dia akan membuat pekerjaan kita tidak sampai gagal. Karena di pekerjaan ada nama Yesus, kita tidak mungkin bangkrut. Cuma cara kerja kita jangan sampai membuat malu nama Yesus. Dia pasti akan turut bekerja, menyertai, menuntun dan memberikan hikmat, hari demi hari.


Jangan pernah takut sekalipun kita diizinkan harus melalui lembah kekelaman, di sana pasti ada tuntunan dan penyertaan dari-Nya. Terkadang di masa lembah kekelaman, Tuhan dapat mengajar kita untuk melepas berbagai hal yang Dia tidak berkenan di dalam hidup kita.


Sama seperti Tuhan yang memberikan manna bagi orang Israel di setiap harinya, selama empat puluh tahun. Bekerja sehari, cukup untuk makan sehari. Di dalam masa-masa itu, Tuhan mengajar bangsa Israel untuk menempatkan Dia sebagai seorang Papa yang sanggup untuk memelihara hidup dan sanggup untuk memberi mereka makan.


Sama seperti sikap kita kepada anak-anak yang memberi mereka makan untuk satu hari, tidak untuk sepuluh hari sekaligus, dan memberitahu mereka untuk tidak perlu kuatir atas hari esok. Karena besok pasti ada makanan, masih ada semua yang dibutuhkan.. karena papa masih ada.


Demikian juga dengan Bapa di Surga. Kalau kita mengikutsertakan dan memanggil Dia di setiap saat, belajar mengucap syukur di setiap momen yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita, jangan ngenes karena memang tidak ada yang perlu dikuatirkan.. Tuhan itu tidak pernah gagal.


Ambillah keputusan untuk selalu melibatkan Tuhan, dan jangan pernah berjalan sendirian. Mintalah selalu penyertaan-Nya di setiap hari, dan tinggalkan berbagai praktik yang berkompromi terhadap dosa, dan yang menyakiti hati-Nya.


Sekalipun hal ini bisa membuat kita rugi, bagi Tuhan untuk memberkati hidup kita itu sangatlah mudah. Tetapi untuk membuat kita dapat menjadi serupa dengan Kristus di tempat kerja kita, maka hal ini adalah tanggung jawab diri kita sendiri. Ini adalah keputusan yang harus kita ambil, karena Dia tidak bisa mengambil alih dari diri kita.


Ambillah keputusan untuk kita selalu dapat menyenangkan hati-Nya, melalui perkataan dan perbuatan. Biarlah Dia yang tidak pernah gagal itu menyertai hidup kita, untuk kita dapat menjadi partner-Nya. Kita akan melihat apa saja yang kita lakukan, akan diperbuat-Nya berhasil.


Amin. Tuhan Yesus memberkati..

26 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page