Catatan Khotbah: Menyederhanakan Hidup. Ditulis dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Doa Malam pada Tgl. 28 Maret 2023.
“Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 18:2-3).
Menyederhanakan apa yang berada di dalam hati adalah hal yang mutlak agar kita dapat merasakan hadirat-Nya, dan juga mengenal kehendak-Nya. Di ayat di atas, Tuhan ingin agar kita mau bertobat dan memiliki iman yang sederhana seperti anak kecil, tetapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Alih-alih memiliki iman sederhana, hidup kita justru dipenuhi dengan banyak dalih dan alasan, sehingga kita tidak mengenal lagi apa mau dan kehendak-Nya yang terbaik bagi setiap kita.
“Lihatlah, hanya ini yang kudapati: bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih.” (Pengkhotbah 7:29).
Setiap dari kita pada dasarnya diciptakan “polos” dan jujur. Tetapi dalam kenyataannya, hidup kita banyak dilukai dan dikecewakan oleh sekitar sehingga kita memberi banyak dalih dan alasan hanya untuk membangun pertahanan diri, agar kita tidak dilukai kembali oleh sekitar. Memang, menjadi seorang anak kecil akan membuat kita berada dalam posisi yang rentan, karena kita polos dan mudah dibohongi. Tetapi kita perlu memiliki iman dan pola pikir seperti anak-anak, agar dapat percaya seutuhnya kepada-Nya.
“Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan , ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun. Akan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya.” (Lukas 6:46-49).
Sering kali kita membatasi Yesus sebagai Pribadi Allah yang berdaulat hanya di hari Minggu saja, tetapi tidak dalam hidup keseharian. Di ayat di atas dikatakan bahwa kita memanggil-Nya dengan sebutan Tuhan, tetapi kita tidak mau melakukan apa yang Dia perkatakan. Yesus adalah Tuhan, tidak hanya di hari Minggu di dalam gereja saja tetapi juga di setiap aspek di dalam hidup kita. Baik itu di keluarga, sekolah, pekerjaan, dan di manapun kita berada.. Yesus adalah Tuhan di atas semuanya.
Untuk percaya pada-Nya, kita harus mengenal dengan baik dan dalam akan siapa Pribadi-Nya. Dia tidak dapat memaksa kita untuk percaya, sebab Dia tidak menciptakan kita seperti robot. Dia mau agar dengan keputusan kita sendiri, kita mau taat dan percaya kepada-Nya.
Terkadang kita juga memiliki pikiran, kalau melakukan semua yang tertulis di dalam firman Tuhan, maka Dia akan mempersulit hidup kita. Tuhan tidak akan menyuruh dan memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang kita tidak mau lakukan. Sebuah kenyataan kita masih bisa “lari menjauh” dari apa yang Dia mau untuk kita perbuat, adalah kenyataan bahwa Dia tidak dapat memaksa kita. Tetapi yang Dia dapat lakukan adalah berbicara dengan lembut di dalam hati kita, di sepanjang hidup kita.
Hidup Sepenuhnya dalam Rencana Tuhan.
Cara umum Tuhan memimpin hidup kita adalah dengan melihat di mana kita ditempatkan pada hari ini. Di tempat tersebut adalah kehendak Tuhan bagi kita agar dapat melakukan semua kebenaran firman Tuhan, di dalam hidup kita. Sumber ketidakpercayaan yang sesungguhnya bukan terletak pada apa yang terjadi di luar kita, tetapi terletak pada kita yang tidak mengenal dengan benar akan siapa Pribadi Tuhan yang sesungguhnya dalam hidup kita, bahwa Dia masih mau dan sanggup untuk menolong setiap kita.
“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.” (Yohanes 15:7-8).
Kalau kita tinggal di dalam-Nya, dan firman-Nya tinggal di dalam hati dan hidup kita.. firman Tuhan di atas mengatakan agar kita meminta apa saja, dan kita akan menerimanya. Ketika firman-Nya itu tinggal di dalam hidup kita, maka kita akan mengenal dengan benar siapa Pribadi-Nya, apa yang sesungguhnya menjadi kerinduan-Nya. Panggilan untuk menjadi seorang anak kecil artinya Tuhan itu ingin terlibat sepenuhnya di dalam hidup kita. Dia memimpin hidup kita.
Tanpa penyertaan-Nya, maka kita akan diinjak-injak dunia sebab hidup kita tidak didesain untuk berjalan sendirian. Firman Tuhan mengatakan,
“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”” (Ibrani 13:5).
Tuhan merindukan agar kita dapat bekerjasama dengan-Nya. Sama-sama dapat berbicara dan juga kita dapat mendengar suara dan kehendak-Nya. Seorang yang ditipu itu karena banyak maunya dan tidak mau menyederhanakan pikiran dan juga jalan di hidupnya. Hidup sederhana itu tidak menginginkan banyak. Yang kita perlukan sesungguhnya dari hidup ini bukanlah dari nafsu ataupun ambisi di dalam hidup kita.
Menyederhanakan Hidup Kita.
Kalau hidup kita sederhana, pasti Dia akan menyertai kita. Firman-Nya berkata,
“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:31-32).
Masalah pasti datang. Tetapi ketika Yesus berkata pada Petrus,
“.. Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Matius 16:18).
Dia ingin agar kita tetap berdiri teguh di atas “Batu Karang” yang tidak lain adalah Pribadi Yesus sendiri yang selalu membungkus dan melindungi hidup kita. Kita tidak berjalan sesuai dengan mau dan pola pikir kita sendiri.
Kalau berjalan dengan jalan kita sendiri, maka Dia akan minggir sehingga kita akan berjuang dengan hikmat dan kekuatan sendiri.. dan pada akhirnya kita menjadi babak belur. Tetaplah berjalan di jalan yang benar. Kalau kita mau jahat sama orang yang jahat sama kita, justru hidup kita lebih jahat karena kita sudah tahu kebenaran, tetapi kita masih mau membalas yang jahat.
“Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!” (Roma 12:14).
Berdoalah bagi mereka yang menganiaya. Berdoa dan berkatilah orang-orang yang selama ini berhutang pada kita. Siapa tahu ketika hidup mereka diberkati, hutang kita akan dibayar. Tetapi jika seandainya tidak, tetaplah berdoa dan memberkati mereka. Firman Tuhan berkata,
“Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” (Mazmur 37:25-26).
Anak cucu orang benar tidak akan meminta-minta. Kita meminjami seseorang itu dengan berkat Tuhan. Kalau seseorang dapat meminjami orang lain, berarti hidupnya sudah diberkati. Kalau kita memulai dengan berkat dan kebaikan Tuhan, apakah kita akan mengakhirinya dengan hal-hal yang akan mendukakan hati-Nya?
Uang yang dipinjam juga berasal dari Tuhan, dan Dia dapat membalikkan seutuhnya. Tetapi permasalahannya adalah,
Apakah kita mau mengikuti jalan-Nya atau tidak?
Percayalah pada-Nya. Kalau kita memanggil-Nya dengan sebutan Tuhan, mengapa kita tidak mau mempercayai-Nya? Mempercayai Tuhan itu sederhana, tetapi menuntut komitmen. Badai pasti datang, tetapi hidup kita tidak akan tergoncang karena kita tidak menjalani hidup ini dengan cara dan hikmat kita sendiri. Tetaplah mengakui dan melibatkan Tuhan. Ada Pribadi Tuhan di setiap perkataan dan perbuatan kita. Dengan demikian, hidup kita menjadi sederhana.
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.” (Amsal 3:5-8).
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments