Catatan Khotbah: “Hidup Penuh Syukur & Sukacita.” Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 5 Januari 2025.
Kita telah mendengar banyak hal yang akan terjadi di tahun 2025 ini. Peperangan antar bangsa melawan bangsa juga tak kunjung berakhir. Padahal di tahun 2014 ada seorang yang menulis sebuah buku dan meramalkan bahwa peperangan tidak akan terjadi lagi karena dengan adanya kemajuan teknologi, dunia akan menjadi satu—kita menjadi warga negara global. Adanya free trade / perdagangan bebas juga dianggap sebagai salah satu alasan tidak ada lagi peperangan berlarut, dan yang memakan banyak korban rakyat sipil.
Di zaman sekarang setiap orang di setiap belahan dunia dapat berkomunikasi dan mendapat banyak informasi, tidak dibatasi oleh apa pun. Di zaman dahulu, akses komunikasi begitu sulit sehingga banyak orang dengan mudahnya termakan hasutan. Pada hari-hari ini sumber informasi tidak berpusat pada satu sumber saja, sehingga kita bisa mencari banyak referensi dengan bebas dan tidak mudah termakan hasutan dari pihak tertentu.
Tetapi semua ramalan dari buku tersebut terbantahkan, sebab sampai di tahun 2023 bangsa-bangsa tetap saling berperang dan bahkan hal ini telah memengaruhi situasi secara global.
Di tahun 2025 ini, tidak ada satupun dari kita yang dapat memastikan apakah semua perang tersebut akan berakhir atau tidak. Kita tidak bisa meramalkan dengan pasti, serta mengendalikan apa saja yang nantinya akan terjadi. Bahkan bisa jadi di tahun 2025 ini dapat terjadi banyak hal di dalam hidup kita, baik maupun kurang baik.
Kalau kita tidak bisa meramal dan mengendalikan apa yang terjadi, maka kita akan mulai mempersiapkan diri, mempersiapkan kekuatan dan juga sumber daya, serta yang tidak kalah pentingnya adalah memiliki sikap untuk menyambut apa saja yang nantinya dapat terjadi.
Kalau kita sudah bersiap diri sedari semula, maka setiap kita nantinya akan dimampukan Tuhan untuk dapat melaluinya dengan kemenangan, bukan dengan sikap yang penuh dengan putus asa. Memulainya dengan Hati yang Penuh Ucapan Syukur dan Bersukacita, serta mempertahankan sikap ini untuk terus terjadi di hidup kita.
Inilah yang membuat diri kita berharap. Kalau kita tidak memulainya dengan memiliki sukacita, maka kita tidak akan memiliki harapan. Sebab Harapan adalah sikap kita yang mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi di dalam hidup kita, sedangkan Sukacita adalah perasaan bahwa semua yang terjadi di dalam hidup kita adalah baik adanya. Sehingga, yang namanya harapan, sukacita, dan ucapan syukur itu berkisah di dalam kebaikan.
Kalau kita dapat menyadari hal ini dengan baik, maka ada sukacita dan ucapan syukur, dan hal ini yang akan menjadi kekuatan di dalam hidup kita. Menghadapi situasi apa pun, hati kita akan belajar untuk mengucap syukur, pikiran menjadi jernih dan bersih, serta kita bisa menimbang dan memutuskan langkah apa yang harus diambil untuk selanjutnya. Tetapi bila kita stres dan tidak bisa mengucap syukur, maka pikiran dapat menjadi buram, dan kita tidak akan bisa mengambil keputusan dengan jelas dan yang terbaik.
Ayat Bacaan: Filipi 1:3-11.
Dari ayat-ayat di atas kita akan belajar apa rahasia kehidupan dari Paulus agar dirinya dapat tetap bersukacita dan mengajak jemaat Filipi untuk dapat mengikuti jejak teladan hidupnya. Padahal saat itu posisi Paulus sendiri sedang berada di dalam penjara yang pastinya tidak baik-baik saja, dan tidak dapat mengunjungi jemaat yang ada di Filipi. Bahkan menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey.
Keadaan di Filipi pada saat itu juga banyak menghadapi tantangan, karena pada saat itu banyak pengajar palsu yang memiliki motivasi tidak benar, dan yang ingin merebut simpati serta menghasut. Sampai Paulus menuliskan,
“Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,” (3:2).
Memang ada masalah, tetapi Paulus memilih sikap untuk memenuhi hatinya dengan sukacita.
Posisi kita memang tidak menjadi seperti seorang Paulus, mungkin kita berperan menjadi seorang ayah, ibu rumah tangga, anak, menjadi pelajar / mahasiswa, dan ada yang bekerja di marketplace. Tetapi ada beberapa prinsip dari Paulus yang dapat dipelajari, agar kita juga bisa memenuhi hati kita dengan sukacita, sehingga kita terus dimampukan Tuhan untuk dapat melalui setiap musim dengan kemenangan yang berasal dari-Nya.
Bagian Pertama. Fokus pada Apa yang Berarti.
“Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini.” (1:3-5).
Merupakan langkah awal menuju hati yang penuh dengan ucapan syukur dan juga sukacita.
Paulus tahu bahwa jemaat di Filipi bukanlah jemaat sempurna, tetapi Paulus berfokus hanya pada hal baik yang Tuhan sudah kerjakan di dalam hidup mereka, yang sudah setia terhadap persekutuan di dalam Berita Injil. Demikian pula di dalam hidup kita. Tuhan itu sudah memberikan banyak hal baik, dan berfokuslah pada hal baik tersebut. Tetapi kecenderungan kita sebagai seorang manusia, sering kali kita hanya berfokus melihat pada hal yang kurang baik saja, yang selama ini diizinkan terjadi di dalam hidup kita.
Fokus hidup manusia itu ada 3,
Pertama. Berfokus pada hal baik dan berarti, yang Tuhan sudah kerjakan di dalam hidup kita.
Kedua. Berfokus pada kedua hal yakni, baik dan kurang baik.
Banyak dari kita yang berpikir bahwa fokus kedua ini adalah pandangan tepat dan bijaksana. Memang kita melihat banyak hal baik yang Tuhan sudah berikan, tetapi kita juga menjalani kehidupan dengan banyak keluhan.
Adalah hal benar adanya, kalau ada cahaya pasti akan membentuk bayangan. Tetapi kita masih memiliki pilihan untuk berfokus pada cahaya, daripada berfokus pada bayangan. Kalau kita berfokus pada keduanya, maka keberadaan yang satu akan meniadakan keberadaan lainnya.
Bila kita berfokus pada kedua hal yakni baik dan kurang baik, maka hal ini lambat laun akan menetralkan semangat dan membuat kita menjadi seorang Kristen yang suam-suam kuku / tidak memiliki kesungguhan hati. Pada akhirnya, keputusan kita akan menghilangkan keindahan cahaya / hal baik dan menggantinya dengan bayangan / hal kurang baik.
Sikap ini juga dapat menetralkan ucapan syukur kita, dan kita menjadi seorang Kristen yang setengah hati. Ketika kita berada di posisi ini, kita juga tidak akan berharap terlalu banyak kepada Tuhan. Kita hanya menjalani hidup ini seadanya.
Ketiga. Hanya berfokus pada hal yang jelek saja, akhirnya hidup kita tidak lagi memiliki harapan.
Hidup kita menjadi negatif dan mengalami stres berkepanjangan, karena tidak ada lagi yang dapat diharapkan. Kalau kita masih memiliki akal sehat, jangan mengambil fokus hidup yang ketiga.
Pilihan fokus yang terbaik adalah yang pertama, yakni berfokus pada hal baik dan berarti, yang Tuhan sudah kerjakan di dalam hidup kita. Pilihlah untuk berfokus pada realitas / kenyataan tersebut. Memang kita harus realistis, yang berbicara tentang sikap kita yang mau mengenali dan mengakui bahwa masih ada kebaikan Tuhan yang terus bekerja di dalam segala sesuatu, di hidup kita.
“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” (Yakobus 1:17).
Kalau kita terus “berdiri di atas 2 perahu”, berfokus pada hal baik dan kurang baik, maka hidup kita akan mudah diguncang ketika badai kehidupan diizinkan menerpa. Kita jadi ragu, apakah Tuhan masih mengasihi hidup kita atau tidak.
Bagian Kedua. Tuhan akan Meneruskan Karya-Nya.
“Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” (Filipi 1:6).
Hal ini bukan berarti terus kita menutup mata, hanya berfokus melihat hal baik dan mengabaikan yang kurang baik. Kenyataannya, memang ada bagian terang dan gelap. Tetapi marilah kita belajar untuk berfokus melihat apa yang baik / terang dan bernilai sebagai pemberian dari Tuhan. Terhadap hal yang kurang baik / gelap, kita melihatnya sebagai Tuhan itu masih belum selesai bekerja. Dia akan meneruskannya di hidup kita, sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.
Tuhan akan menyelesaikan apa yang dimulai-Nya.
Dia masih terus bekerja keras bersama dengan kita, untuk menyelesaikan segala karya-Nya. Penciptaan dunia di kitab Kejadian 1-2 adalah langkah pertama-Nya, tetapi tidak berhenti hanya sampai di sana saja. Setelah manusia jatuh di dalam dosa (Kejadian 3), ada penebusan melalui karya Kristus Yesus di atas kayu salib (Efesus 1:7), kita diperdamaikan dari segala dosa (Roma 5:10), dan ada langit dan bumi yang baru (Wahyu 21) di mana,
“kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” (21:3-4).
Adanya masalah yang masih diizinkan terjadi, merupakan sebuah pertanda bahwa Tuhan masih belum selesai bekerja di dalam hidup kita.
Pdt. Agus memiliki kegemaran menonton tayangan youtube, channel yang menggambarkan aktivitas kegiatan dari seorang pelukis yang memulai karya lukisannya. Pelukis ini akan memulainya terlebih dahulu dengan membuat sketsa mata. Begitu selesai dirinya menggambar sketsa satu mata, hanya dari gambar satu bagian matanya saja, Pdt. Agus tahu bahwa nantinya sketsa ini akan terus dilukis dan berakhir menjadi lukisan luar biasa.
Selesai menggambar satu sketsa mata, pelukis ini lalu menggambar alis dan bagian atas kepalanya. Pelukis ini memakai banyak warna gelap, tidak cerah dan sama sekali tidak menarik. Tetapi dirinya terus menggores kuasnya di atas kanvasnya.
Melihat hal itu Pdt. Agus memiliki 3 pilihan,
Pertama. Berfokus hanya pada coretan gelap, kosong, dan tidak berbentuk. Tetapi kalau kita hanya berfokus dan berhenti di tahap ini, maka kita akan kehilangan poin dari apa yang ingin dilukis.
Kedua. Melihat secara keseluruhan, dan melihat sketsa gambar yang belum selesai dibuat.
Ketiga. Berfokus pada apa yang pelukis ini sedang gambar dan kerjakan, terutama pada saat pelukis tersebut sedang menggambar sketsa pada bagian matanya. Bila kita berfokus pada bagian ketiga ini, maka akan muncul Harapan dan Sukacita, kita dapat percaya bahwa nantinya sketsa tersebut dapat berubah menjadi gambar yang bagus.
Ini adalah cara kita dalam memandang jalannya kehidupan. Bukan mengabaikan, tetapi kita menilai dan berfokus pada apa yang Tuhan masih dan sedang kerjakan di dalam hidup kita.
Mungkin hari-hari ini kita masih berfokus pada masalah keluarga, dan juga beberapa hal lainnya. Tetapi Paulus memberikan teladannya, bahwa dirinya tetap memilih untuk menjaga Harapan dan Sukacitanya. Paulus memilih untuk melihat bahwa orang-orang yang ada di sekitarnya masih belum selesai diproses dan dibentuk sama Tuhan, dan tentunya setiap kita yang masih perlu dibentuk banyak oleh-Nya.
Kalau dari channel youtube pelukis tersebut, kita hanya menjadi penontonnya saja dan tidak berbuat apa-apa. Tetapi di dalam kehidupan nyata, Tuhan sangat rindu untuk dapat bekerja sama dengan kita, untuk dapat menyelesaikan apa yang sudah direncanakan-Nya dari semula.
Bukankah firman Tuhan berkata,
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28).
Kata bagi di dalam bahasa Yunaninya memiliki arti bersama. Dia tidak hanya for us / bagi kita, tetapi juga with us / bersama dengan kita.
Berfokuslah pada hal baik yang Tuhan masih dan sedang kerjakan di dalam hidup kita. Tuhan masih terus menyempurnakannya, sama seperti lirik lagu lama ciptaan dari “Giving My Best” di tahun 2005 yang kata-katanya berbunyi,
“Jadikan aku indah, yang Kau pandang mulia. Seturut karya-Mu di dalam hidupku. Ajarku berharap hanya kepada-Mu, taat dan setia kepada-Mu Tuhan..”
Masih ada bagian yang indah, dan teruslah percaya serta berfokus memandang-Nya. Memang masih ada banyak bagian yang belum selesai dan sedang di dalam proses penyempurnaan, tetapi landaskan hidup kita pada karya-Nya yang sempurna secara keseluruhan. Percayalah bahwa hasil akhir dari-Nya adalah yang terbaik, jauh lebih baik dari segala rancangan kita yang terbaik.
“Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yohanes 5:17).
Masih banyak hal yang Tuhan sedang kerjakan, dan kita dilibatkan Allah di dalam kisah-Nya (HIS-story). Inilah arti kehidupan yang dicari semua orang.
Sering kali kita merasa bahwa rencana Tuhan atas kehidupan kita itu berjalan sangat lambat, dan hidup kita kesannya hanya biasa-biasa saja. Tetapi ambillah bagian dalam kisah-Nya dan teruslah terlibat untuk menyelesaikan karya-Nya di dalam hidup kita. Berfokuslah melihat apa yang baik, dan lakukan bagian kita bersama dengan Tuhan.
Bisa jadi kita “menggores” warna dan bagian yang kurang tepat, tetapi selama hati kita benar dan terus melekat pada Tuhan.. maka Dia sebagai Grand Master bisa menumpuk goresan tersebut, dan membuatnya menjadi lukisan yang lebih sempurna. Sebab ini semua adalah HIS-story / kisah-Nya.
Kebahagiaan sejati tidak terletak pada banyaknya materi maupun prestasi yang dapat kita raih dari dalam dunia ini, tetapi apakah kehidupan kita ini memiliki dan memberikan arti bagi sesama?
Hidup kita adalah bagian dari HIS-story, ada kisah yang jauh lebih besar dari kisah hidup kita sendiri. Libatkan selalu diri kita di dalam rencana-Nya.
The God Delusion / Delusi akan Tuhan.
Adalah buku nonfiksi bestseller karangan Richard Dawkins. Menurut sumber Wikipedia, di dalam buku ini Dawkins berpikir bahwa Pencipta itu tidak ada dan kepercayaan terhadap Tuhan secara personal merupakan delusi atau kepercayaan yang salah. Pada Januari 2010, “Delusi Akan Tuhan” versi bahasa Inggris telah terjual sebanyak lebih dari dua juta salinan. Buku ini telah mengundang berbagai komentar, dan banyak buku yang ditulis sebagai tanggapan dari buku ini.
Pada tahun-tahun itu, Ateis / sebuah pandangan filosofi yang menolak percaya dan tidak meyakini adanya keberadaan Tuhan, telah menjadi agama baru. Bahkan di Amerika sendiri diadakan ada satu hari khusus di mana mereka bersama-sama satu negara menghujat Salib, Kristus, bahkan Allah sendiri. Mereka berlomba-lomba membuat video menghujat Roh Kudus, dan pemenangnya akan mendapatkan buku “The God Delusion”.
Padahal firman Tuhan dengan jelas berkata,
“Aku (Yesus) berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” (Markus 3:28-29).
Tetapi konsep Ateis ini tidak bertahan lama, hari-hari ini sudah sangat jarang sekali ada yang mau mengaku dan memakai status ini. Selama 14 tahun konsep ini tidak menjawab banyak pertanyaan penting yang ada di dalam hidup manusia, di mana konsep ini menganggap hidup hanyalah sebuah kebetulan dan kecelakaan alam semesta belaka. Hidup sama sekali tidak memiliki kisah dan makna. Siapa manusia yang dapat bertahan dengan membawa konsep ini di sepanjang hidupnya?
Kalau ada masalah sedikit pasti akan terguncang hidupnya. Setelah konsep Ateis ini bangkrut, mereka sekarang berubah konsep menjadi New Thinker, yang menerima konsep spiritual tetapi menolak apa yang namanya religion / agama.
Mereka percaya bahwa manusia tidak bisa hidup dari materi saja, tetapi mereka tidak mau mengakui keberadaan Tuhan, karena menganggap Tuhan itu memiliki banyak aturan dan suka menghukum. Mereka hanya ingin berbahagia saja.
Padahal bila kita ingin menjalani sebuah kehidupan yang berbahagia, libatkan diri kita di dalam kisah-Nya. Jadikan hidup kita ini memiliki dan memberi arti bagi sesama. Kelak pada saat kita meninggalkan dunia yang fana ini, kita akan menyadari bahwa selama kita hidup di dunia, kita sudah menghabiskan waktu dengan hal-hal yang jauh lebih bernilai, daripada menjalani hidup hanya sekadar untuk memuaskan diri sendiri.
Cara kita hidup adalah berfokus pada apa yang baik dan berarti. Pada apa yang kurang baik, kita dapat memandangnya sebagai ruang bagi kita untuk dapat bertumbuh, menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan pada sesama, serta merupakan kesempatan bagi kita untuk terus berlatih bersama-Nya di dalam membangun dan menyelesaikan rencana-Nya.
Jadi kita tidak akan mudah kecewa dan berputus asa. Bukankah firman-Nya berkata,
“demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:11).
Teruslah melekat kepada-Nya, berperan serta di dalam rencana-Nya, jangan mengeluh, dan hilang harapan. Berdoa dan bukalah diri kita, mintalah selalu anugerah-Nya. Dia yang akan mengerjakan karya-Nya atas hidup kita sampai sempurna.
Bagian Ketiga. Masa Depan yang Memuliakan Tuhan.
“Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Filipi 1:9-11).
Kita harus mengetahui dan memiliki gambaran masa depan kita itu akan menjadi seperti apa? Hal apakah yang seharusnya kita harapkan?
Paulus memiliki gambaran agar hidup jemaat di Filipi menjadi seperti ayat di atas. Karena itu, ambillah gambaran yang jauh lebih besar dan terapkan di dalam hidup kita. Tujuan akhir dari apa yang kita kerjakan seharusnya adalah untuk memuliakan nama-Nya, bukan nama kita.
Mintalah hikmat dan pengertian, bagaimana caranya agar kita dapat memuliakan Tuhan di setiap aspek di hidup kita. Siapa dan apa pun yang sedang kita kerjakan hari-hari ini, harapkanlah agar di masa depan nantinya, apa yang kita kerjakan ini dapat memuliakan nama-Nya. Pada akhirnya kelak, kita akan bersyukur dan bersukacita karena Tuhan dapat memenuhi harapan tersebut dengan cara-Nya tersendiri, bukan dengan cara kita.
Di setiap aspek di hidup kita, mungkin masih terdapat banyak hal yang perlu dipelajari dan dibenahi. Tetapi kita dapat berdoa agar Tuhan memenuhi hati dan hidup kita dengan kasih dan hikmat-Nya, dan kita juga diberi pengertian. Sebab kasih tanpa hikmat, hasilnya tidak akan terarah dan berujung pada sikap manja. Hikmat tanpa kasih, juga tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Di dalam pekerjaan, kita dapat meminta pada Tuhan agar kita dapat memimpin dengan kasih-Nya yang disertai dengan hikmat dan pengertian-Nya. Bagaimana caranya agar orang-orang yang bekerja di tempat usaha kita, para customer / pelanggan, dan rekan kerja semuanya dapat diuntungkan. Kita juga harus memiliki wawasan yang luas dan mau untuk terus belajar.
Kalau kita memiliki kasih dan hikmat Tuhan untuk bisa memimpin, kita mempunyai bahan dan landasan untuk melakukan keputusan yang benar, berkata-kata dan bersikap benar, memiliki hidup suci dan tak bercacat cela.. kalau kita taat dan setia mau melakukan semuanya ini, maka akan ada nama baik dan integritas yang lahir darinya.
Hal ini yang nantinya membuat,
“kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Filipi 1:9-11).
Kalau kita tidak pernah memiliki gambaran masa depan di mana hidup kita dapat memuliakan nama-Nya, maka kita hanya berharap untuk menjalani kehidupan yang hanya untuk memuaskan diri kita sendiri saja. Tidak salah bila kita memiliki kehidupan yang semuanya serba baik adanya, tetapi selama ini Tuhan tidak bekerja hanya untuk memuaskan kepentingan diri kita sendiri saja.
Luaskan visi yang kita miliki selama ini. Menjalani sebuah kehidupan yang tujuan akhirnya adalah untuk memuliakan nama Tuhan, dapat menjadi berkat, dan Dia dapat dipermuliakan di dalam setiap aspek di hidup kita.
Tahun 2025 ini, hal apakah yang baik dan yang melebihi kepentingan diri kita sendiri?
Cobalah memikirkan dan mencari jalan bagaimana caranya agar kita bisa menjadi berkat bagi sesama? Apakah dengan memperhatikan keberadaan orang-orang di sekitar? Bagaimana caranya agar hikmat dan kasih Allah dapat mengalir melalui hidup kita? Sehingga hidup kita “tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (ayat 11).
Apa yang kita harapkan tidak hanya untuk memuaskan kepentingan diri sendiri saja, tetapi juga untuk memuliakan nama-Nya.
Memang kita tidak pernah tahu akan apa yang terjadi di masa depan, bisa jadi mungkin ada beberapa kerugian, pengkhianatan, dan hal apa pun bisa saja terjadi. Kita tidak bisa memastikan dan mengendalikan semuanya itu, tetapi kita masih bisa mengendalikan bagaimana sikap dan fokus kita untuk tetap melihat pada apa yang baik, pada apa yang Tuhan masih kerjakan, dan melihat bagaimana hasil akhir dari rencana Tuhan itu adalah yang terbaik bagi setiap kita.
Jangan lupakan bahwa,
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17).
Memang masih banyak hal yang perlu diproses dan masih belum selesai, jadi bersabarlah. Berdoa dan bertanyalah pada Tuhan, bagian apa yang dapat kita lakukan untuk menyelesaikan rencana-Nya? Kalau kita mau berdisiplin di dalam hidup, maka kita akan diberi hikmat dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan setiap rencana-Nya.
Di tahun 2025 ini, tanggalkan segala harapan di mana kita hidup hanya untuk memuaskan kepentingan diri sendiri saja. Sebab orang-orang yang selama ini hanya mengejar kepentingan dirinya sendiri akan diguncang hidupnya. Tetapi penuhilah hati dan hidup kita dengan sukacita serta ucapan syukur. Memang hal ini terlihat klise dan sederhana, tetapi firman Tuhan mengajar..
“Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”
“Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: “Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.” Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” (Ibrani 12:26-28).
Allah yang baik sedang terus bekerja, dan Dia akan menyelesaikan setiap dari rencana-Nya di dalam hidup kita dengan cara yang luar biasa. Jangan pernah berputus asa dan hilang harapan, tetaplah mempertahankan sikap hati yang penuh dengan ucapan syukur dan tetap bersukacita.
Sebab Tuhan itu baik, Dia adalah Allah yang setia, dan tidak pernah meninggalkan hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comentários