Catatan Khotbah: Dewasa dalam Kristus. Ditulis ulang dari sharing Bp. Pdt. Agus Lianto di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan, pada Tgl. 11 Agustus 2024.
Kekuatan Sebuah Gagasan.
Pada suatu hari, Pdt. Agus Lianto bertemu dengan seorang misionaris senior berusia 79 tahun, di mana dirinya merupakan utusan Injil yang setia selama 37 tahun melayani pemberitaan Injil di pedalaman Papua. Misionaris ini bercerita mengenai pengalamannya dalam menjelajah dan masuk sampai ke pedalaman Papua, bertemu dengan suku yang selama ini masih belum terjangkau berita Injil dan belum mengenal peradaban. Orang-orang di dalam suku ini tidak dapat dijangkau kecuali dengan berjalan kaki selama puluhan jam, untuk masuk ke dalam daerah mereka.
Sebagian besar dari suku tersebut masih memiliki kebiasaan kanibal / suka memakan daging manusia. Bahkan kalau ada sebuah keluarga yang memiliki anak yang gemuk, sehat, dan lucu.. maka bisa jadi anggota keluarganya, atau tetangganya dapat memasaknya untuk dibuat menjadi masakan.
Mereka juga memiliki kebiasaan kalau orang tua kandung mereka sudah berusia sangat lanjut, maka diperbolehkan untuk anak-anaknya mengakhiri hidupnya, dan disajikan sebagai menu makanan pada hari itu. Mereka memiliki kepercayaan dengan memakan hidup-hidup tubuh fisik dari kedua orang tua, mereka dapat bersatu selamanya dengan kedua orang tua mereka. Bahkan mereka meyakini bahwa tindakan kejam ini adalah bukti kasih sayang, dan bakti mereka kepada orang tua mereka.
Kalau orang-orang pedalaman ini diajak ke kota untuk melihat bagaimana orang tua kita dikuburkan dengan layak dan penuh dengan penghormatan.. maka bisa jadi mereka akan marah dan mengata-ngatai betapa teganya kita karena mengubur dan meninggalkan orang tua kita sendirian di tempat kuburan seperti itu.
Melalui kebiasaan orang-orang di pedalaman tersebut, mungkin muncul pertanyaan di dalam hati kita,
“Kok bisa ya? Apakah mereka sudah tidak lagi memiliki hati nurani? Hal apakah yang membuat mereka sampai hati berbuat sejauh demikian?”
Jawabnya adalah karena adanya ide, gagasan, dan juga mindset / pola pikir yang telah diajarkan dan dilakukan berulang-ulang, dari generasi ke generasi.
Karena itulah kehidupan manusia ini unik, terus berkembang, dan akan menjadi seperti apa nantinya ditentukan oleh ide dan gagasan apa yang terus-menerus diajarkan, di dalam hidup ini. Dan karena kekuatan dari sebuah gagasan inilah, orang-orang di pedalaman Papua tersebut berani untuk mengakhiri hidup orang tuanya yang sudah lanjut usia, dan menjadikan mereka menu makanan.
Kehidupan dan hati nurani kita sepenuhnya ditentukan oleh adanya gagasan yang kita miliki. Itulah sebabnya, peperangan rohani paling berat itu letaknya ada di dalam gagasan. Kalau Iblis berhasil menipu seorang anak Tuhan dengan mencemari gagasannya, Iblis sendiri adalah adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yohanes 8:44).. maka dia tidak lagi perlu bekerja keras untuk membuat anak Tuhan tersebut menjauh dari rencana Tuhan terbaik, yang telah ditetapkan baginya.
Kalau kita memiliki sebuah gagasan maka hal tersebut nantinya akan membentuk believe / percaya, menjadi sebuah konsep yang dapat berujung melakukan suatu tindakan / perilaku, menjadi habit / kebiasaan, dan pada akhirnya akan membentuk karakter kita. Dan kalau sudah menjadi karakter, maka semuanya bisa menjadi otomatis dapat kita lakukan dengan begitu saja.
Contohnya. Bagi sebagian besar orang Surabaya, ada kata-kata tertentu yang begitu mudahnya mereka ucapkan. Bagi mereka, gagasan untuk mengatakan perkataan ini adalah hal yang keren, sehingga membuat mereka believe / percaya dengan mengatakan perkataan tersebut, hal itu dapat dipandang hebat. Lalu bertumbuh menjadi konsep dan berujung melakukan sesuatu, menjadi habit / kebiasaan, dan akhirnya menjadi karakter. Dan kalau sudah menjadi karakter, maka setiap ada peristiwa apa pun perkataan ini dengan begitu mudahnya akan diucapkan.
Dan kalau gagasan, kepercayaan, perilaku, kebiasaan dan karakter kita tepat di dalam Kristus, semua sudah terbentuk dengan baik dan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.. maka kita tidak akan perlu sampai bergumul, dan bahkan tidak perlu untuk mendatangi pencobaan tersebut.
Contoh lainnya. Kalau kita melihat ada dompet tebal berisi banyak uang milik orang lain yang terjatuh, bagaimana respon kita? Apa yang akan kita lakukan terhadapnya? Apa yang kita lakukan pertama kali akan menunjukkan bagaimana karakter kita. Kalau karakter kita tepat, maka secara otomatis kita tahu pasti apa yang harus kita lakukan, karena hati nurani kita akan memberitahukan. Tetapi bila kita masih mempergumulkan.. maka sesungguhnya hal tersebut masih menunjukkan apa yang sesungguhnya berada di dalam hati kita.
Gagasan yang benar tentang kehidupan akan mengarahkan kita pada right believe / kepercayaan yang benar, right attitude / sikap yang benar, right habit / kebiasaan yang benar, karakter yang benar, dan pada akhirnya akan membuat kita dewasa rohani di dalam Kristus.
Tiga Gagasan penting, yang menentukan bagaimana perjalanan di dalam hidup kita.
Pertama. Gagasan tentang Allah / Teologi.
Berbicara tentang siapa Pribadi Allah yang sebenarnya, apa itu Allah, apa mau-Nya? Apa kehendak, karakter, dan rencana-Nya yang sebenarnya di dalam hidup kita? Gagasan tentang Allah ini pada umumnya kita pelajari dengan ilmu teologi / menurut Wikipedia memiliki arti ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama, atau ilmu tentang Tuhan.
Kedua. Gagasan tentang Manusia / Antropologi.
Berbicara tentang siapakah manusia itu, apakah manusia itu.. dan ilmu yang mempelajari tentang manusia disebut dengan antropologi.
Tuhan Yesus sudah menebus kita dengan darah-Nya yang mahal, tetapi yang menjadi pertanyaannya adalah, kenapa Dia rela menyerahkan hidup-Nya bagi kita? Apakah semata-mata hanya karena kasih-Nya saja? Sama seperti yang dikatakan,
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
Kasih yang benar itu selalu memiliki arah dan alasan, itulah sebabnya kita harus tahu siapa dan apa posisi kita di hadapan-Nya, mengapa Dia rela menyelamatkan kita, berapapun harganya.
Siapa manusia? Firman Tuhan berkata,
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1:26-27).
Manusia adalah ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah, yang ditetapkan agar dapat memenuhi bumi ini dengan kemuliaan-Nya.
“Sebab bumi akan penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan TUHAN, seperti air yang menutupi dasar laut.” (Habakuk 2:14).
Ketika bumi penuh dengan pengetahuan tentang kemuliaan Tuhan, siapa yang melakukannya? Jawabnya adalah, manusia, yakni orang-orang dewasa secara rohani yang hidupnya mencerminkan karakter Kristus, yang akan memenuhi bumi ini.
Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus mau menyelamatkan kita dengan harga yang sangat mahal karena melalui hidup kita, setiap rencana Tuhan atas dunia ini akan digenapi. Setiap rencana Tuhan harus diselesaikan, melalui manusia.
Lalu ada pertanyaan, bila Tuhan itu memang Mahakuasa, mengapa Dia tidak menolong dan tetap mengizinkan kita harus melalui hal-hal yang tidak mengenakkan hidup kita? Mengapa Dia tidak mencegah dan tetap mengizinkan terjadi kejahatan?
Yang harus mencegah kejahatan untuk tidak terjadi adalah manusia itu sendiri. Bukan Tuhan. Dan kita dapat belajar sampai di satu titik, siapa yang harus menyelamatkan manusia? Tuhan Yesus sendiri yang harus turun dari Surga dan menjadi seorang manusia, untuk dapat menyelamatkan manusia.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!” (Filipi 2:5-11).
Ketiga. Gagasan tentang Keselamatan / Soteriologi.
Banyak dari antara kita yang memahami keselamatan hanya sebatas kita percaya Tuhan Yesus, bertobat, lalu pada akhirnya nanti kita akan mati pada suatu hari kelak, dan masuk Surga. Padahal karya penebusan Tuhan Yesus yang sudah diselesaikan-Nya dari atas kayu salib tidak hanya bertujuan agar segala dosa kita diampuni, kita diselamatkan, dan lalu kita masuk ke dalam Kerajaan Surga saja.. tetapi lebih dari itu ada tiga hal yang dapat kita pelajari darinya.
Pertama. Apa Tujuan Hidup orang percaya?
“Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” (Kolose 1:28-29).
Tujuan hidup kita adalah Kesempurnaan dalam Kristus, sama seperti yang diberitakan Paulus. Kata sempurna di dalam bahasa Yunani teleos, yang memiliki arti utuh, dewasa, dan lengkap. Jadi kata sempurna ini tidak berbicara tentang kesempurnaan yang tidak bisa salah, tetapi di dalam Alkitab banyak kali berbicara tentang sikap yang dewasa, kehidupan yang melalui banyak proses, sehingga karakternya semakin dewasa menyerupai Kristus. Dan ini yang harus kita usahakan dan pergumulkan.
Kita diselamatkan bukan hanya untuk masuk Surga saja setelah mati, tetapi menjadi dewasa di dalam Kristus. Karena itulah kita harus dimuridkan di dalam segala hikmat dan pengenalan pada Kristus, dan demi tujuan ini kita harus berjuang dan bergumul dengan segenap tenaga, sesuai dengan kuasa-Nya yang menyertai setiap kita.
Sebab kita memiliki pengharapan yang jauh lebih baik, yakni memerintah bersama Kristus di dalam langit dan bumi yang baru. Dan kalau kita mau memerintah bersama dengan-Nya, maka kedewasaan karakter itu mutlak diperlukan.
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58).
Di dalam Kristus, jerih payah kita tidak akan pernah sia-sia. Semua yang diperjuangkan untuk mencapai kedewasaan karakter bersama dengan Kristus, akan ada gunanya pada suatu hari kelak.
Kedua. Kedewasaan Rohani diwujudkan dengan Bersatu dalam Kasih, Ketertiban, dan Iman.
Setiap kita ini penting dan terlibat di dalam rencana Allah. Di dalam setiap ibadah, kita tidak hanya bernyanyi dan mengagumi betapa hebat kuasa-Nya yang selama ini bekerja di dalam hidup kita, tetapi juga selalu menyadari bahwa Dia itu mau memakai setiap kita untuk dapat menjadi alat / sarana untuk dapat menyatakan kuasa dan kehendak-Nya, di atas muka bumi ini.
“Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.” (Keluaran 14:21-22).
Kalau kita membaca bagaimana Tuhan membelah Laut Merah, kita akan menemukan bahwa Dia memakai Musa untuk “mengulurkan tangannya ke atas laut.” Lalu ada kisah di Yehezkiel 37 di mana Tuhan memberi urat-urat dan menumbuhkan daging, menutupi dengan kulit dan memberi napas hidup, supaya tulang-tulang kering tersebut dapat hidup kembali. Tetap Tuhan memakai Yehezkiel untuk bernubuat dan mengatakannya (ayat 4).
Do something. Lakukanlah sesuatu. Itulah sebabnya doa, pelayanan, bahkan segala aktivitas yang kita lakukan di dalam hidup keseharian itu penting dan harus menghadirkan Kristus. Carilah cara agar kita dapat menjadi dewasa rohani, karena ini semua akan membentuk bagaimana karakter kita.
“Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi, supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih.. Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus.” (Kolose 2:1-2,5).
Tolok ukur Kedewasaan Rohani penuh di dalam Kristus diwujudkan secara praktis dengan bersatu di dalam kasih yang mempersatukan, iman yang teguh kepada Kristus, dan ketertiban pribadi; bukan superioritas spiritual individu.
“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.” (Matius 5:21-22).
Di ayat di atas, Tuhan Yesus suka membongkar berbagai gagasan yang keliru. Saat kita marah, benci, tidak suka dengan seseorang, dan kalau kita tidak berhati-hati bisa menyebarkan gosip dan fitnah yang kejam.. maka kita sudah menjadi “pembunuh” sesama kita di hadapan Tuhan. Sehingga pada akhirnya kita tidak mungkin dapat bersatu di dalam kasih.
Oleh sebab itu bila ada perasaan jengkel, segera datangi dan bereskan. Milikilah hati yang besar, karena ini berbicara tentang kedewasaan di dalam hidup. Untuk inilah kita berjuang setengah hidup. Kalau kita bergumul menjadi dewasa secara rohani, maka kuasa dan anugerah Allah akan turun dan memampukan setiap kita.
Fokus anugerah Allah adalah membuat kita dewasa di dalam Kristus, mengampuni dan membebaskan kita dari segala dosa, serta membuat kita bertumbuh dewasa secara rohani.. sehingga dosa tidak lagi berkuasa atas hidup, kita terus berbuat benar, dan juga menyenangkan hati-Nya.
Hidup tertib sangat diperlukan untuk praktik iman, dan memampukan setiap kita untuk lebih mengasihi orang lain. Kalau kita tidak bisa hidup tertib, maka iman kita tidak akan bisa bertumbuh kuat, dan tidak bisa mengasihi orang lain.
“Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.” (1 Tesalonika 2:8-9).
Hidup tertib juga berbicara tentang bekerja dengan baik, menjalani kehidupan sesuai dengan aktivitas jam hidup yang normal, serta memiliki cara dan aturan yang baik dan benar.. tidak cukup hanya bermodalkan kita mengasihi Tuhan saja.
“Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Korintus 9:27).
Melalui ayat di atas kita belajar bahwa Paulus takut hidupnya didiskualifikasi, dan hal ini bukan berbicara tentang keselamatan yang bisa hilang. Tetapi yang Paulus ingin sampaikan adalah kalau dirinya tidak bisa hidup dengan tertib dan menguasai dirinya.. maka imannya tidak akan dapat bertumbuh dan menjadi runtuh.
Itulah sebabnya kita tidak cukup hanya dengan percaya dan menerima Kristus saja, tetapi juga melatih diri untuk terus hidup di dalam disiplin rohani, dan bertumbuh dewasa di dalam Kristus. Hidup ini memiliki aturan dan caranya tersendiri, kita tidak boleh seenaknya sendiri.
Firman Tuhan mengatakan,
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14).
Apa artinya? Pilihan untuk tetap berbuat benar, tidak banyak orang yang mau melalui dan menjalaninya. Oleh sebab itu tidak cukup hanya dengan kita percaya pada Kristus saja, lalu setelah itu kita bebas melakukan apa saja semau kita. Ini adalah gagasan yang keliru, sehingga hal ini membuat iman dan kasih kita tidak bertumbuh, dan kita juga tidak mencapai kedewasaan rohani.
“Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.” (Lukas 9:26).
Kalau kita tidak mau mengakui Kristus, selalu melibatkan dan bertumbuh dewasa menyerupai-Nya.. lebih memilih menjalani hidup ini hanya dengan cara, hikmat, dan kekuatan kita sendiri.. maka secara tidak langsung, kita ini malu mengakui Kristus, dan Dia juga akan malu mengakui kita. Selain itu, Dia juga akan menghakimi kita berdasarkan perbuatan dan juga kedewasaan rohani yang telah kita capai. Bagaimana kita menjalani hidup yang sudah dipercayakan ini dengan tertib dan penuh tanggung jawab.
Ketiga. Hidup Mengenal Kristus, sebagai Sumber segala hikmat dan pengetahuan.
Belajarlah dari Kristus, Sang Guru kehidupan. Dia menciptakan segala sesuatu, mengetahui segala sesuatu, dan Dia memiliki hikmat untuk menghadapi segala sesuatu.
Oleh karena itu percayalah pada Tuhan Yesus, dalam menempati dan mendampingi posisi kita. Dia tidak hanya sekadar menjadi Sang Juruselamat yang membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Surga saja, tetapi Dia juga adalah Juruselamat yang sanggup memberi dan mengajar kita segala jalan hikmat, pengetahuan, dan juga pengertian.. agar kita dapat menjalani segala aspek di dalam hidup ini dengan baik dan benar.
Firman Tuhan mengatakan,
“supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus,” (Kolose 2:2).
Kata kekayaan di ayat di atas tidak berbicara secara materi, tetapi harta yang berwujud hikmat dan kita dimampukan serta diberi hikmat untuk dapat mengenal rahasia Allah. Kalau kita bertumbuh dewasa secara rohani, maka kita akan memiliki harta, yakni hikmat, dan juga memiliki pengetahuan. Tuhan Yesus berkata,
“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” (Matius 6:25).
Semuanya bisa saja diizinkan terjadi di dalam hidup ini, tetapi kita tidak akan menjadi kuatir dan guncang karena kita memiliki Sang Sumber dari segala hikmat dan pengetahuan. Kita diberi hikmat mengapa hal ini dapat terjadi, dan untuk apa tujuan dari apa yang diizinkan untuk kita lalui.
Melalui Musim Kehidupan bersama Hikmat Kristus.
Semua ada musimnya, kalau tidak berbuah, berarti waktunya berakar. Kalau pekerjaan kita diizinkan mengalami sepi, bisa jadi Tuhan ingin agar kita lebih memiliki banyak waktu bersama keluarga, atau mungkin kita dapat mengambil waktu sejenak untuk beristirahat. Sesungguhnya ada banyak cara yang Tuhan sudah sediakan dan juga sudut pandang Alkitabiah kalau kita dapat memahami, sehingga di dalam hidup ini tidak ada satupun yang perlu dikuatirkan dan ditakutkan, karena Dia masih memegang kendali penuh atas segala sesuatu.
Hidup kita juga diberi hikmat, sehingga kita dapat memahami bagaimana kehidupan ini berjalan. Bahkan sesungguhnya hidup ini sebenarnya sederhana, asal ada makanan dan pakaian, cukuplah (1 Timotius 6:8).
Seseorang yang dewasa penuh akan menggunakan hikmat dan pengenalannya yang selama ini dibangun bersama Kristus, sebagai rujukan dan kuasa untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari bersama dengan segala tantangannya.
Tuhan Yesus itu jenius dan Dia mengetahui segala sesuatu, Dia sanggup memberi hikmat di dalam hidup kita, bahkan termasuk bagaimana caranya agar kita dapat mengembangkan usaha pekerjaan. Dia dapat mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2:1-11), memberi makan banyak orang dengan lima roti dan dua ekor ikan (Matius 14:17-21), dan juga banyak mukjizat di dalam Alkitab.
Tuhan Yesus yang sama yang sudah melakukan banyak mukjizat itu, mau menyertai setiap kita. Jangan takut, karena kita akan diberi hikmat dan bisa memiliki ketenangan sama seperti Kristus, di dalam menjalani setiap musim di hidup ini.
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yohanes 14:27).
Tuhan Yesus adalah Sumber pengharapan dan juga kekuatan bagi hidup kita, bila Dia menyertai kita, maka segala sesuatu dapat terjadi.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5).
Posisikan diri kita sedemikian rupa, sehingga tanpa Tuhan Yesus dan penyertaan dari-Nya, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Apa pun yang kita lakukan, baik itu bekerja, berusaha, dan berjuang.. sertakan Tuhan Yesus dan selalu melibatkan-Nya. Bawalah dan hormati nama Yesus, di setiap aspek kehidupan yang sedang kita lakukan. Bagaimana cara bekerja kita, cara kita dalam menghadapi seseorang.. biarlah hal tersebut sesuai dengan cara-Nya, di dalam firman-Nya. Melakukan segala sesuatu tidak dengan hikmat dan kekuatan kita sendiri.
Kalau kita setia melakukan bagian kita, maka Tuhan yang nantinya akan melakukan bagian-Nya yakni memelihara hidup kita.
Merubah Visi Kita.
Bagaimana seluruh bumi dapat mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Raja? Bagaimana kemuliaan-Nya dapat memenuhi seluruh bumi? Melalui setiap kita, orang-orang yang bertumbuh dewasa rohani di dalam Kristus, yang dipakai untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Jadi visi kita bukan hanya sekadar “setelah menerima Tuhan Yesus, saat kita mati nanti akan masuk Surga” saja. Kehebatan Allah tidak hanya pada kemampuan Dia untuk dapat melakukan apa pun, tetapi pada rencana-Nya yang mulia, yakni untuk tinggal di tengah-tengah kita dan memakai kita untuk dapat menyatakan kemuliaan-Nya.
Inilah artinya kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.
Karena itu bagi kita yang masih di dalam masa pertumbuhan dan belum dewasa secara rohani, bahkan mungkin selama ini kita tidak pernah mau serius untuk dimuridkan, Contact (kelompok sel di dalam Gereja MDC Surabaya) kadang datang kadang tidak, datang ke gereja sering terlambat dan hanya sekadar menjadi “konsumen” yang mendengar khotbah dan yang penting sudah menjalani aktivitas sebagai seorang Kristen..
Mari kita bertumbuh dan membuang jauh-jauh gagasan yang lama ini.
Menjangkau jiwa memang penting, tetapi sama seperti yang dikatakan Paulus di ayat di atas,
“Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” (Kolose 1:28-29).
Kita harus membawa diri dan terus mengejar pada kedewasaan rohani di dalam Kristus, menjadi sempurna seperti Dia.. bukan hanya sekadar berfokus menambah jumlah jemaat di dalam gedung gereja saja. Memang hal ini tidaklah mudah, karena kita harus berjuang dan membayar harga, menguasai diri dan hidup di dalam ketertiban, mengasihi dan mengampuni, menerima sesama, dan tetap berpegang pada pengakuan iman kita pada Yesus Kristus.
Sehingga pada akhirnya kita dapat dipandang sebagai hamba-hambaNya yang setia, sampai pada waktu-Nya kelak kita menerima kehormatan, yakni memerintah bersama dengan-Nya.
Sering kali kita bertanya mengapa Tuhan tidak campur tangan, bahkan tidak mencegah hal-hal tertentu terjadi di dalam hidup kita? Jawabnya jelas, karena yang harus mencegah semuanya itu adalah kita manusia, tentunya bersama dengan hikmat dan kasih Tuhan yang selalu menuntun. Tanggung jawab dan kuasa-Nya, itu sudah diberikan kepada kita. Pergunakanlah semaksimal mungkin.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Matius 28:19-20).
Kitalah yang harus pergi dan memberitakan Injil Kristus tersebut, kitalah yang dipakai Tuhan untuk dapat menjadi perpanjangan tangan-Nya, dan juga menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar.. sehingga rupa Kristus pada akhirnya dapat menjadi nyata dan dikenal dunia melalui hidup kita, melalui kebaikan dan kekudusan di dalam hidup kita, melalui kasih persatuan yang terus kita pelihara, ketertiban hidup, dan juga iman yang terus kita bangun teguh di dalam hidup kita.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments