Catatan Khotbah: “The Shepherd’s Journey.” Ditulis ulang dari sharing khotbah Ibu Pdt. Dr. Agnes Maria, di Ibadah Minggu di MDC Graha Pemulihan pada Tgl. 19 Januari 2025.
Menjelang akhir zaman, Tuhan mencari orang-orang yang setia kepada-Nya.
Oleh anugerah Tuhan, pada Tgl. 1 Januari yang lalu Ibu Pdt. Agnes Maria bersama tim mendapat kesempatan untuk berziarah rohani ke Turki, dan Tgl. 11 ini sudah kembali ke Indonesia. Di Turki yang merupakan tempat kelahiran dari rasul Paulus, yang dulunya memiliki nama Kilikia, di kota Tarsus. Dari Turki, Paulus menuju ke Antiokhia, Siprus, kemudian kota-kota di Asia Kecil (Anatolia), dan kembali lagi ke Antiokhia untuk memberitakan Injil Kristus pada mereka.
Menurut sumber Wikipedia, dicatat bahwa di seantero Provinsi Nevşehir, Turki, diperkirakan terdapat sekitar 30 kota bawah tanah.
Salah satunya ditemukan kota kuno di Derinkuyu di Turki yang berada 85 meter di bawah tanah dengan 18 tingkat terowongan, bisa menampung sekitar 20 ribu orang. Para arkeolog di Departemen Kebudayaan Turki mengatakan, Derinkuyu sendiri diukir pada batuan vulkanik dan menjadi semacam koloni semut buatan manusia.
Saat Ibu Pdt. Agnes bersama tim mengunjungi tempat tersebut, tak jarang mereka harus menyesuaikan posisi karena harus masuk melalui pintu yang sempit, untuk melihat banyak ruangan yang ada di kota bawah tanah tersebut.
Hal ini mengingatkan kita pada firman-Nya,
“Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” (Matius 7:13-14).
“Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” (Matius 22:14).
Memasuki tahun 2025, kita disambut dengan berbagai berita yang menyesakkan mulai dari bencana alam, peperangan, berbagai krisis ekonomi, dan banyak hal lainnya. Bahkan Los Angeles di awal tahun ini juga mengalami kebakaran hebat, yang dampak kerugiannya diperkirakan sudah mencapai ribuan triliun rupiah.
Bagaimana kita menyikapi semuanya ini?
Melaluinya kita dapat belajar bahwa hal ini adalah cara Tuhan untuk dapat menyatakan kasih-Nya, di mana Dia tidak hanya memberi hal-hal baik saja dalam kehidupan anak-anakNya, tetapi juga ada nasihat dan teguran, serta hajaran. Melalui semuanya itu bertujuan untuk membuat kita lebih bersungguh hati lagi kepada-Nya.
“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (Ibrani 12:5-8).
The Shepherd’s Journey.
Di dalam Alkitab sendiri banyak terdapat tokoh yang berprofesi sebagai seorang gembala.
Dimulai dari Habel yang mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya (Kejadian 4:4). Abraham, Ishak, Yakub / Israel dan semua saudaranya. Musa dalam pelariannya, yang menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian (Keluaran 3:1).
Bahkan Tuhan Yesus sendiri juga berkata,
“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” (Yohanes 10:11).
Mazmur 23.
Daud menuliskan kitab Mazmur ini, dari semula memakai kata ganti “Ia” di ayat 1-3, tetapi mulai ayat 4-6 menggantinya dengan kata “Engkau” dan “-Mu”. Melaluinya kita dapat belajar bahwa ada hubungan personal yang dibangun karib antara Daud bersama dengan Allahnya.
Daud menulis Mazmur 23 ini berdasarkan pengalaman hidupnya. Seharusnya agar dapat terlihat lebih keren, Daud dapat memilih untuk menulis judul perikopnya dengan,
“TUHAN adalah Rajaku,” atau “TUHAN adalah Matahariku,” atau “TUHAN adalah Sumber kehidupanku.”
Tetapi alih-alih menulis itu semua, Daud lebih memilih judul perikopnya ditulis dengan memakai kata-kata “TUHAN, Gembalaku yang baik”. Padahal profesi gembala pada saat itu adalah pekerjaan di bawah rata-rata, dan paling sering diremehkan orang-orang sekitar. Profesi gembala biasanya dilakukan oleh anak yang paling bungsu, dan yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya.
Contohnya adalah Daud sendiri. Di dalam 1 Samuel 16:11 dituliskan pada kita,
Lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?” Jawabnya: “Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.”
Anak pertama pada mulanya dipilih menjadi penggembala. Tetapi bila ada anak yang kedua diberikan pada anak yang kedua, demikian pula seterusnya sampai ada anak yang paling terakhir / bungsu.
Kapan Mazmur 23 ditulis? Besar kemungkinannya pada saat Daud sudah tidak berusia muda lagi, karena melihat kata-katanya, Mazmur ini adalah kisah pengalaman pribadinya yang sudah melalui “lembah kekelaman” (Mazmur 23:4).
The Shepherd who guides you everywhere.
Ada saat di mana kita mengalami berbagai keadaan sulit, ditolak sekitar, disakiti dan diperlakukan tidak adil, dan melalui semuanya itu membuat kita ragu, apakah Tuhan itu masih ada dan Dia masih mengasihi hidup kita? Kenyataannya, Dia tetap ada bersama kita. Dia selalu menuntun dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian.
Pertama. Sang Gembala akan membawa kita ke tempat yang nyaman dan damai.
“Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,” (Mazmur 23:2a).
Kapan domba itu dapat berbaring dengan nyaman? Yakni pada saat mereka sedang berada di dalam keadaan yang sangat kenyang, dan saat mereka trust / percaya pada gembalanya bahwa keadaan mereka pada saat itu adalah aman, dan tidak akan terjadi sesuatu yang dapat membahayakan nyawa mereka. Dan pertanyaan selanjutnya adalah, siapakah gembala yang ada di hidup kita?
Ketika diri kita memutuskan untuk mau digembalakan di dalam sebuah gereja lokal, dalam konteks ini gereja MDC Surabaya, maka posisi kita adalah menjadi domba dan gembalanya adalah Pdt. Andreas Rahardjo, Pdt. Daniel Sumitro, dan tim penggembalaan yang ada, termasuk ketua Contact kita. Bagi yang berperan menjadi orang tua, maka anak-anak adalah domba yang harus digembalakan dan dimuridkan agar mereka dapat bertumbuh menjadi serupa seperti Kristus. Di tempat pekerjaan, sebagai pemimpin kita harus bertindak menjadi gembala yang dapat mengayomi orang-orang yang bekerja di tempat kerja kita.
Dalam kehidupan nyata, yang namanya “gembala” adalah orang-orang yang memberikan pengajaran dan tuntunan yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, dan kita memiliki personal experience / pengalaman pribadi bersama mereka.
Tetapi lebih dari semuanya itu, jadikan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, serta menjadi Gembala Agung kita. Di mana kita dapat mempercayai bahwa Dia yang akan selalu memberikan tuntunan terbaik-Nya serta mencukupkan setiap kebutuhan yang ada di dalam hidup kita. Paulus juga menulis,
“Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:19).
Ada kisah dari seorang ibu yang sudah berusia lanjut, yang meminta beras satu kaleng kecil pada toko yang menjual bahan makanan. Sang pemilik toko yang melihat pada awalnya menyuruh karyawannya untuk mengusir ibu tersebut. Begitu ibu ini meninggalkan tokonya, pemilik dari toko segera menyuruh karyawannya untuk mengikuti ibu tersebut sambil membawa beras seberat 25 Kg, untuk diantar sampai ke rumahnya.
Sesampainya di rumah, ibu berusia lanjut ini tidak habis pikir mengapa meminta satu kaleng kecil saja pada awalnya ditolak tetapi sekarang malah dikasih satu karung beras seberat 25 Kg? Besoknya sang pemilik toko memberi alasannya.
Ibu berusia lanjut ini meminta dari kekurangannya. Sebagai pemilik toko, dirinya tidak mungkin memberi menurut kekurangan dari ibu tersebut, tetapi memberi menurut kekayaan yang dimilikinya sebagai sang pemilik toko.
“Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku.” (ayat 2b-3a).
Inilah yang dialami Daud, Tuhan menyegarkan dan mencukupkan tidak hanya kebutuhan rohaninya saja tetapi juga kebutuhan jasmaninya.
Dalam konteks hidup di Timur Tengah, gembala yang baik akan rela meninggalkan rumah selama berbulan-bulan bersama para dombanya, demi mencari padang berumput hijau dan membimbing domba-dombanya ke air yang tenang.
Sifat dari domba tidak akan berani untuk meminum dari aliran sungai deras. Karena itulah, tugas dari gembala adalah membuat bendungan atau aliran air yang baru dan tenang sehingga domba-domba peliharaannya dapat minum dengan tenang.
Daud mengalami keadaan dikejar Saul, jatuh di dalam dosa, dibuang ayah dan keluarganya, anak-anaknya melakukan dosa dan kejahatan serius.. sering kali kita menganggap bahwa semuanya ini adalah “musuh” dan jangan sampai kita mengalaminya. Bahkan kalau sampai ada yang mengalaminya, kita akan menganggapnya sebagai aib yang ingin untuk kita tutupi, dan jangan sampai ada orang lain yang mengetahui hal ini.
Tetapi Daud diizinkan mengalami semuanya itu, dan melaluinya Daud berkata,
“TUHAN adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1).
Hal ini memiliki arti, apa pun keadaan yang dialami Daud.. dirinya tidak akan pernah berhenti untuk mempercayai bahwa Tuhan adalah Gembala terbaik bagi hidupnya, dan seberat apa pun keadaan yang sedang dialami, Daud mau untuk terus dibimbing di dalam penggembalaan-Nya.
Ada cerita unik pada saat presiden pertama RI, Bung Karno diminta untuk memberikan kata sambutan di perayaan Natal di Jakarta pada tahun 1963. Ia memulai pidatonya demikian,
Spanduk di depan saya tertulis: “Yesus adalah gembala yang baik. Itu salah.. Itu keliru..” terangnya.
Tentu saja segenap jemaat yang hadir pada saat itu diam terperangah. Mereka tidak mampu untuk mengeluarkan suara dan sepatah kata.
Setelah beberapa detik sunyi berlalu, Bung Karno kemudian melanjutkan lagi pidatonya.
Yang benar begini: “Sesungguhnya Yesus adalah Gembala yang Terbaik!”
Perkataan Bung Karno tersebut disambut riuh tepuk tangan dan nada gembira dari para jemaat. Setelah gemuruh hiruk pikuk mereda, Bung Karno melanjutkan pidatonya,
“Kita semua yang hadir di sini ditantang. Sudahkah kalian menjadi domba-domba terbaik-Nya?”
Firman Tuhan mengatakan,
“Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
Tuhan Yesus adalah satu-satunya Gembala dan Juruselamat yang terbaik bagi setiap kita, karena hanya Dia yang berani menyerahkan nyawa-Nya untuk penebusan dosa-dosa kita.
Arti kata “pintu”.
“Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:9-10).
Kata “pintu” memiliki 2 pengertian.
Kalau domba masuk ke dalam kandang, maka di dalam kandang tersebut ada pintu masuk. Nah, gembala yang baik akan menuntun domba-dombanya untuk masuk ke dalam kandang tersebut dan berjaga di depan pintunya. Bisa dikatakan bahwa gembala tersebut adalah pintunya, kalau mau mengambil domba, maka harus berurusan pertama kali dengan gembalanya dulu.
Tetapi yang namanya pencuri, dia tidak akan berani untuk masuk melalui pintu karena dijaga oleh sang gembala. Pencuri akan memanjat di atap untuk mencuri domba-domba tersebut.
Gembala akan menuntun para domba untuk dapat masuk melalui pintu yang benar. Gembala tersebut tidak perlu sampai mengancam apalagi memperdaya domba-dombanya, karena domba-dombanya tahu dan merasa aman ketika ada gembala yang berada di dekat mereka.
Pintu yang kedua memiliki arti pintu keluar, di mana sang gembala yang menuntun domba-dombanya untuk keluar mengembara dan mencari padang berumput hijau.
Pastinya sebagai seorang yang pernah berprofesi sebagai penggembala, Daud menyadari keberadaannya sama seperti “domba lemah” yang pernah digembalakannya, dan dia sangat bergantung dan membutuhkan pertolongan dari Gembala / Tuhan.
Di Timur Tengah sendiri kondisi geografisnya pada saat itu memiliki banyak gua, dan kalau misal pencarian rumput itu sampai harus mencari ke tempat yang jauh, gembala dan domba-dombanya akan mencari gua sebagai tempat tinggal bagi mereka untuk bermalam. Gembala akan tidur di depan pintu gua, untuk menjaga domba-dombanya dari segala serangan binatang buas.
Ketika kita berperan sebagai “gembala” maka sadarilah bahwa setiap kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga setiap “domba” yang sudah dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita.
Kedua. Sang Gembala akan membawa kita ke jalan yang benar, tidak hanya jalan yang baik.
“Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.” (Mazmur 23:3b-4).
Kalau kita mau jujur, di dalam hidup ini sering kali kita membutuhkan nasihat yang benar, tidak hanya nasihat yang terlihat baik saja. Dan nasihat yang benar itu tidak selalu mengenakkan perasaan, tetapi menjaga hidup kita untuk tetap berbuat benar dan terus berdiri di atas kebenaran firman Tuhan, tidak mau digoyahkan oleh hal apa pun juga.
Di dalam ayat 3b-4 di atas, ditulis ada transisi kata ganti orang. Dari yang semula memakai kata ganti “Ia”, ketika berjalan masuk ke dalam lembah kekelaman berubah menjadi “Engkau”.
Kapan saatnya kita merasa Tuhan begitu dekat dan personal? Dari Mazmur 23 kita dapat belajar bukan hanya pada saat kita mengalami keadaan “padang rumput hijau” dan mengalami kedamaian (ayat 1-3), yang di mana tidak sedikit dari antara kita yang karena terlalu enak dan nyaman, bisa jadi sampai melupakan Tuhan.
Tetapi kita dapat merasa lebih dekat dan karib dengan-Nya justru pada saat mengalami momen “lembah kelam” dan air mata. Di momen seperti inilah, Tuhan ingin bergaul lebih karib bersama dengan pribadi kita.
Di dalam masa transisi padang rumput ke lembah kelam, Tuhan menuntun kita ke jalan yang benar, kita memiliki hubungan yang lebih karib, dan semakin mendalam bersama-Nya.
Di dalam Matius 7:13-14 kita kembali diingatkan bahwa jalan menuju kehidupan itu sempit jalannya. Demikian pula domba terkadang harus masuk melewati pintu kandang yang sempit, yang sudah ditunjukkan gembala. Walau terkadang pintu kandang tersebut tidak selalu mengenakkan dirinya / membuat nyaman, tetapi sang gembala tahu apa yang terbaik bagi domba-dombanya.
Dari Mazmur 23:3b-4 kita mendapat jaminan bahwa sekalipun kita berjalan di dalam lembah kekelaman (masa yang sukar), gada dan tongkat Tuhan itulah yang akan menyertai dan menghibur kita.
Gada itu fungsinya untuk meremukkan kepala musuh, singa, dan beruang. Gada berbicara tentang adanya penyertaan dan perlindungan Tuhan di dalam hidup anak-anakNya. Sedangkan tongkat Tuhan berfungsi untuk menuntun, mengarahkan, dan melindungi anak-anakNya. Tongkat bagi sang gembala adalah untuk menegur dan membawa kembali domba-domba nakal yang ingin keluar dari jalur sang gembala.
Titanic dan satu keluarga yang tertinggal.
[ Ditulis ulang dari sumber: http://belajar-alkitab.blogspot.com/2012/11/berkat-dari-digigit-anjing.html?m=1 ]
Ada sebuah kisah tentang Clark Anderson yang tinggal di sebuah kota kecil di Skotlandia. Dirinya adalah seorang tukang kayu yang memiliki 9 orang anak, dan memiliki mimpi besar untuk dapat menjadi imigran sukses di Amerika. Mengapa? Karena di abad 20, Amerika telah menjadi benua yang begitu banyak didatangi orang dari berbagai lintas negara, karena tergiur dengan pekerjaan tambang emasnya.
Dengan penuh semangat, Clark dan istrinya bekerja keras siang dan malam untuk menabung agar mendapatkan paspor bagi keluarganya. Mereka lalu memesan tiket kapal pesiar yang akan berlayar ke New York setahun lagi, di tahun 1912. Seluruh anggota keluarga dipenuhi dengan semangat dan sukacita membayangkan betapa cerah masa depan mereka kelak, dan mereka juga mendapat tiket kapal pesiar yang bernama Titanic yang pada saat itu sangatlah besar dan mewah, serta di-klaim begitu aman untuk ditumpangi.
Namun 7 hari sebelum keberangkatan keluarga ini, putra bungsunya terkena musibah digigit seekor anjing. Dokter yang menangani putra bungsunya kemudian menggantung sebuah label kuning di depan rumah mereka dengan tulisan “kemungkinan rabies”, dan semua penghuni rumah wajib dikarantina selama 14 hari. Pada saat itu, rabies memang mengganas dan sangat berbahaya.
Pupus sudah mimpi yang dimiliki keluarga Clark. Uang mereka sudah hangus karena tidak jadi naik kapal pesiar Titanic, bahkan sekarang Clark harus mengeluarkan tambahan pengeluaran biaya untuk pengobatan putra bungsu mereka.
Clark sangat sedih, diam-diam menyelinap keluar dari rumah dan pergi ke dermaga untuk melihat pelepasan dari kapal mewah tersebut. Dirinya sangat kecewa dan menitikan air mata, atas “ketidakberuntungan” yang sedang keluarganya alami. Clark juga kesal pada putra bungsunya, benci pada pemilik anjing yang telah menggigit putranya, dan bahkan kecewa pada Tuhan mengapa Dia mengizinkan semuanya ini terjadi. Sepertinya Tuhan menggagalkan rencana yang selama ini diperjuangkannya dengan susah payah.
5 hari kemudian ada berita besar yang muncul, dan hal ini dengan cepat menyebar ke seluruh dataran di Eropa. Dikabarkan bahwa kapal mewah Titanic yang selama ini dibangga-banggakan, telah tenggelam beserta dengan sebagian besar dari kru dan penumpangnya. Kapal yang dengan angkuh oleh pembuatnya dikatakan aman dan,
“Bahkan Tuhan sendiri tidak akan dapat menenggelamkan kapal ini.”
Justru telah tenggelam, dan memakan korban jiwa lebih dari 1.500 orang.
Oleh karena itu apa pun yang diizinkan-Nya terjadi di dalam hidup kita, sekalipun memang tidaklah mudah keadaanya.. rencana Tuhan tetap yang terbaik. Bukankah firman Tuhan menulis,
“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yesaya 55:8-9).
•••••
Terkadang lembah kekelaman dan air mata bukan sebuah pilihan, dan harus kita lalui, suka ataupun tidak suka. Tetapi apa yang baik bagi kita, belum tentu baik bagi Tuhan. Sebagai Bapa dan Gembala yang baik, Dia menuntun kita ke jalan yang benar, yang seharusnya kita lalui.
Satu-satunya kelebihan yang dimiliki domba bukanlah kepandaian dan sifatnya yang stabil, tetapi dalam keadaan gelap sekalipun, domba itu mengenal suara gembalanya.
Karena itu jangan pernah menjauh dari kawanan domba Allah, yang dapat menjagai hidup kita untuk tetap setia berjalan di dalam rencana-Nya. Dengan tetap berada di dalam kawanan domba Allah, dapat mempertajam pendengaran kita akan suara-Nya serta mengenal dan memahami, apa rencana-Nya yang terbaik di dalam hidup kita.
Itulah sebabnya Ibu Pdt. Agnes pada saat berada di momen lembah kekelaman dan air mata, dirinya selalu memperkatakan kebenaran firman Tuhan dan mendengar suara Tuhan yang menguatkan hatinya untuk tetap setia mengiring-Nya,
“Agnes Maria, you are Mine.. you are My servant..”
Dia mengenal dan memanggil nama kita. Sesungguhnya, hal ini lebih dari cukup bagi kita.
Saat mengalami masa kesesakan, Tuhan itu mengenal nama kita. Jangan lupakan bahwa lembah kekelaman dan air mata bukan tempat tinggal tetap, tetapi hanya tempat transit sementara.
“Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku;” (Mazmur 23:5a).
Di lembah kekelaman, kepala dari beruang dan singa itu telah diremukkan memakai gada dari sang gembala. Di hadapan lawan yang sedang sekarat dan yang ingin memakan domba, justru di hadapan pemandangan tersebut, dombanya malah dikasih makan enak sama sang gembala.
Melalui ayat di atas berbicara tentang adanya peninggian dari Tuhan, di hadapan lawan-lawan kita. Tuhan yang menjadi Gembala Agung kita, mengejek lawan-lawan kita, menguatkan dan membesarkan iman kita agar tidak perlu takut dalam menghadapi semua lawan kita.
Dia tahu season / musim yang sedang kita jalani. Ada saatnya kita memang ditinggikan, tetapi ada saatnya kita belajar untuk setia dan menguatkan iman pada saat berada di dalam lembah kekelaman.
Setelah para domba selesai memakan rumput, mereka pulang saat matahari terbenam, dan sering kali harus melewati lembah kelam. Keadaan gelap, tidak ada sinar matahari, di mana para domba hanya mengandalkan suara gembala mereka dengan iman, bukan dengan apa yang dilihat.
Bukankah firman Tuhan juga mengatakan,
“sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat” (2 Korintus 5:7).
Kita memang tidak bisa melihat Tuhan secara kasatmata di dalam dunia ini, tetapi tongkat-Nya, yaitu firman Tuhan di dalam Alkitab, yang akan menuntun dan menyertai hidup kita. Karena itu, rajinlah dalam membaca firman Tuhan / Alkitab di setiap hari, agar kita dapat mengenal dan mengalami Pribadinya lebih dalam lagi.
“Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.” (Mazmur 23:5b).
Domba sangat bisa mengalami stres dan depresi. Itulah sebabnya mengapa kita manusia sering kali digambarkan seperti domba karena kita pun bisa mengalami hal yang sama pada saat diizinkan berada di dalam keadaan sulit, mengalami sakit secara mendadak, ada masalah keuangan, dll.
Tetapi satu hal yang kita tidak boleh lupakan adalah, jalani dan lalui setiap journey / perjalanan di dalam hidup kita bersama dengan Sang Gembala Agung yakni Tuhan Yesus, yang pasti akan memberi kita kasih dan tuntunan hikmat-Nya.
Mengurapi kepala dengan minyak.
Bagi domba, diberi minyak di bagian kening kepalanya seperti mendapat sensasi penyegaran dan relaksasi. Selain itu, kata-kata “pialaku penuh melimpah” juga memiliki arti bejana hati kita yang sebelumnya kosong tetapi kita mau menyediakan ruang dan memberi diri untuk dipenuhi serta dipimpin oleh Roh Kudus, di setiap hari.
Mengapa sang gembala perlu untuk mengurapi bagian kening domba dengan minyak?
[ Ditulis dari sumber https://ensiklopedia.telkomuniversity.ac.id/peneliti-ungkap-solusi-alami-untuk-masalah-domba-di-australia-yang-bernilai-280-juta/ ]
Kepadatan lalat yang tinggi membuat domba berisiko terserang ‘serangan lalat’, yaitu penyakit yang disebabkan oleh belatung lalat yang menggali daging domba dan mulai memakannya hidup-hidup, sehingga menyebabkan luka yang menyakitkan. Hal ini memengaruhi nilai jual domba, mengurangi keberhasilan pengembangbiakan, dan sering kali mengakibatkan kematian.
“Lalat hijau merupakan masalah besar bagi industri peternakan domba Australia. Lalat ini menyebabkan penyakit mengerikan yang memerlukan biaya mahal bagi peternak dan menjadi masalah kesejahteraan hewan yang nyata bagi domba,” kata Tom Jameson, seorang peneliti PhD di Departemen Zoologi Universitas Cambridge.
•••••
Pentingnya pemberian minyak selain untuk disegarkan dan diperbarui, ada musuh lalat hijau berukuran besar di padang gurun yang bisa menyerbu di bagian kepala domba.
Lalat tersebut bisa menggigit sampai bagian dalam dan masuk sampai ke dalam kepala, tujuannya adalah memakan otaknya. Domba yang merasa kesakitan akan menghantamkan kepalanya di atas bebatuan cadas. Bagi domba, lebih baik cepat mati daripada harus menahan rasa sakit sehebat itu.
“Ia (Iblis) adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44).
Kita melihat hari-hari ini bagaimana Iblis sebagai bapa dari segala dusta berusaha menipu manusia dan menggerogoti pikirannya, sehingga membuat manusia menjadi takut, kecewa, putus asa, tidak memiliki pengharapan, depresi, dan pada akhirnya merasa untuk apa lagi kita hidup.
Tetapi izinkan Tuhan Yesus sebagai Gembala Agung mengurapi kepala kita dengan minyak Roh Kudus, dan penuhilah isi pikiran kita dengan firman-Nya.. sehingga tidak ada lalat / dusta dari Iblis yang dapat masuk dan merusak pikiran kita.
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2).
Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk selalu memperbarui budi dan pikiran kita.
Watchman Nee dalam bukunya “The Spiritual Man” pernah mengatakan,
The Spirit is both a builder and a dweller. He cannot dwell where He has not built; He builds to dwell and dwells in only what He has built.
Roh Allah memiliki fungsi sebagai pembangun dan penghuni. Dia tidak dapat tinggal di tempat di mana Dia tidak diizinkan untuk membangun. Dia membangun untuk tinggal, dan Dia hanya tinggal ketika Dia diizinkan untuk membangunnya.
Jadi, behind everything is a spirit. Di balik segala sesuatu ada roh. Dan yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah,
roh siapa yang kita izinkan untuk membangun dan tinggal di dalam hidup kita? Apakah Roh Allah? Atau roh jahat? Kita harus memilih salah satunya. Kita tidak dapat memilih keduanya.
Hari-hari ini Iblis bekerja secara terang-terangan dan sangat luar biasa melalui sosial media. Sasarannya adalah untuk mengacaukan dan merusak pikiran kita, sama seperti lalat hijau yang menggerogoti daging dari otak domba.
Karena itu betapa pentingnya untuk memenuhi hidup kita dengan persekutuan yang karib bersama dengan Roh Kudus di dalam doa dan pembacaan firman-Nya / Alkitab di setiap hari, tertanam dan berbuah di dalam gereja lokal yang ada, serta memiliki komunitas rohani / Contact yang sehat dan saling menguatkan.
Ketiga. Sang Gembala akan membawa kita ke Rumah yang kekal / Surga.
Peran kita sebagai orang tua, pemimpin, gembala di gereja.. hanya bisa berjuang dan mengantar mereka / domba-domba yang dipercayakan Tuhan di dalam hidup kita, untuk memulai perjalanan rohaninya sendiri bersama dengan Tuhan.
Tetapi kita sendiri juga harus berjuang dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kerohanian pribadi kita. Selain itu, hanya Sang Gembala sendiri yang dapat membawa kita sampai kepada kekekalan Surga. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat membawa kita pada kekekalan Surga.
Firman Tuhan mengatakan,
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6).
Hanya Yesus yang merupakan satu-satunya Jalan menuju Bapa, dan tidak ada lainnya.
“Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.” (Mazmur 23:6).
Berapa banyak orang yang sudah meninggalkan kita, mereka memutuskan untuk tidak mau lagi mengiring Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat pribadi, Gembala Agung yang sanggup menuntun dan mengarahkan hidup kita.
Kita manusia sering kali tidak setia, tetapi Tuhan Yesus tetap setia dan Dia menanti kapan waktunya kita mau untuk kembali dengan bersungguh hati lagi kepada-Nya.
Surga adalah rumah kekal kita untuk selamanya. Firman Tuhan mengatakan,
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45).
Biarlah setiap kita diberi kerinduan untuk dapat membangun hubungan karib kita dengan Tuhan lebih dalam lagi di dalam doa dan membaca firman-Nya / Alkitab, serta tetap bersemangat untuk melayani Tuhan, menjadi berkat dan terang Kristus bagi yang membutuhkan pertolongan-Nya.
Amin. Tuhan Yesus memberkati..
Comments